Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku bermimpi naik kereta bersama Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu mengaku menaiki kereta Gajayana ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia menyebut tiket perjalanan kereta itu dibayari Presiden yang terpilih pada Pilpres 2024.
Mulanya ia mengaku dijemput oleh Jokowi di kediamannya di Cikeas untuk selanjutnya menjemput Megawati di kediamannya sebelum mereka bertiga ke Stasiun Gambir. Sampai di Gambir, SBY melihat Presiden ke-8 RI sudah menunggu dan menyerahkan tiket kereta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Stasiun Gambir, sudah menunggu Presiden Indonesia Ke-8 dan beliau telah membelikan karcis kereta api Gajayana ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur," kata SBY dalam utas yang diunggah Senin (19/6) siang.
SBY menulis dalam mimpinya mereka juga sempat minum kopi sembari berbincang santai. Kereta yang mereka tumpangi pun sampai di Solo. Jokowi lantas turun dari kereta. SBY juga turun di Solo. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Pacitan, Jawa Timur menggunakan bus.
Sementara Megawati yang terus melanjutkan perjalanan ke Blitar. SBY menceritakan mimpinya itu tepat satu hari usai pertemuan elite Partai Demokrat yang diwakili Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan PDIP yang dipimpin oleh Puan Maharani di Senayan, Minggu (18/6).
Terkait mimpi itu, Jokowi hingga Puan merespons baik pertemuan tersebut. Beberapa parpol juga berharap pertemuan SBY dan Megawati bisa betul-betul terealisasi demi Pemilu 2024 yang damai.
Lihat Juga : |
Direktur Eksekutif Algoritma sekaligus Dosen Departemen Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Aditya Perdana menyebut mimpi itu menggambarkan keinginan SBY untuk melakukan rekonsiliasi hubungannya dengan Megawati.
Keduanya pernah bertarung di Pilpres 2004 silam. Kala itu, Megawati sebagai incumbent melawan SBY yang juga merupakan anak buahnya sebagai Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan.
SBY maju dari Partai Demokrat yang kala itu baru terbentuk. Hasil akhirnya, ia pun tampil sebagai pemenang mengalahkan Megawati dan hubungan keduanya makin memburuk. PDIP menjadi oposisi selama dua periode kepemimpinan SBY.
Langkah yang sama pun diambil SBY dan Demokrat pada masa kepemimpinan Jokowi sejak 2014.
"Ada keinginan Pak SBY untuk mengatakan bahwa satu, masa lalu yang terkait Bu Mega itu bisa terselesaikan dengan upaya yang sedang dilakukan PDIP dan juga Demokrat," kata Adit ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (20/6).
"Ya memang mereka semua sedang membuka diri ya, jadi mungkin sekat-sekat yang terjadi di masa lalu. Mereka mau mengakui itu sebuah perbedaan dan mau duduk bareng," sambungnya.
Adit juga menilai mimpi itu menggambarkan harapan SBY untuk berada di dalam pemerintahan usai 2024 nanti. Di mana, pada masa pemerintahan Jokowi, Demokrat merupakan partai oposisi bersama PKS.
"Nah, pertanyaannya kemudian di dalam pemerintahannya siapa? apakah kemudian capres ke-8 Ganjar Pranowo? atau yang lain?" ujar dia.
Dalam mimpinya, SBY mengaku memiliki tujuannya masing-masing dengan Jokowi dan Megawati. SBY ke Pacitan, Jokowi ke Solo, dan Megawati ke Blitar. Menanggapi itu, Adit menilai hal itu sebagai tanda bahwa mereka memiliki 'rumah' masing-masing.
Menurut Adit, hal itu bisa diinterpretasikan secara beragam, contohnya partai politik yang berbeda.
"Tapi, pesan yang terlihat adalah ya gerbongnya sama, arah perjalanannya sama, sehingga kemudian mereka mau duduk bareng diskusi di dalam gerbong kereta itu, kereta itu ya yang kita maksud pemerintahan," ucapnya.
Adit juga berpendapat mimpi itu bisa saja berkaitan dengan peta koalisi di Pemilu 2024. Namun, menurutnya koalisi hingga kini masih berproses dan sangatlah cair.
Di sisi lain, pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menyebut mimpi itu tak terkait dengan koalisi di Pemilu 2024.
Ia menilai mimpi itu lebih kepada ajakan SBY yang mengajak Megawati dan Jokowi untuk menjadi guru bangsa usai tidak lagi menjabat sebagai presiden.
"Saya pikir tidak, itu lebih pada ajakan simbolis untuk kembali sebagai warga biasa dan menjadi guru bangsa setelah pemerintahan baru paska 2024 terbentuk," ucap Wasisto kepada CNNIndonesia.com, Rabu (21/6).
Ia menganggap SBY yang bermimpi dirinya, Megawati, dan Jokowi kembali ke rumahnya masing-masing lebih menunjukkan ketiganya sudah masuk ke masa purna tugas sebagai presiden.
Ia pun mengartikan Presiden ke-8 yang membelikan tiket kereta itu sebagai bentuk dia menjalankan pemerintahan nantinya secara independen tanpa ada ikut campur presiden-presiden pendahulunya.
"Saya pikir itu lebih pada upaya "kembali ke asal" setelah semua tugas kepresidenan telah paripurna. Hal itu juga ditafsirkan agar presiden ke-8 nanti benar-benar sepenuhnya mengelola pemerintahan tanpa ada bayang-bayang kepresidenan sebelumnya," kata dia.
Lihat Juga : |