Melawan Api dan Menanam Kopi di Sudut Hutan Sungai Buluh Jambi

msa | CNN Indonesia
Senin, 03 Jul 2023 09:09 WIB
Warga melindungi Hutan Lindung Gambut Sungai Buluh dari pembalakan liar hingga kebakaran hutan. Selain itu, mereka pun dapat untung dari menanam kopi.
Ilustrasi. Warga melindungi Hutan Lindung Gambut Sungai Buluh dari pembalakan liar hingga kebakaran hutan. Selain itu, mereka pun dapat untung dari menanam kopi. (Foto: Unsplash/Ales Krivec)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ahmad Fauzi dan sejumlah kawannya bergegas menuju Hutan Lindung Gambut (HLG) Sungai Buluh di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi pada pertengahan Juni lalu. Dia yang baru saja meninjau kanal dengan melewati jalur air menggunakan perahu mesin.

Suara mesin dan gemericik air, mengiringi perjalanan Fauzi bersama kawan-kawannya. Di pinggir kanal, terlihat perkebunan yang berdiri di atas lahan gambut, yakni barisan pohon pinang dan sawit yang dikelola oleh warga setempat.

Tiba di dermaga kecil, Fauzi melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke permukiman dan jalur transportasi perusahaan Hutan Tanaman Industri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak sampai satu kilometer, mereka melewati semak-semak dan pipa besi yang berada di pinggir jalanan berdebu tadi. Mereka tiba di HLG Sungai Buluh tak lama setelahnya. Ternyata, hutan lindung ini berbatasan dengan kawasan perusahaan.

HLG yang memiliki luas 17.476 hektare itu berada di tiga desa, yakni Pematang Rahim, Sinar Wajo, dan Sungai Beras, Kecamatan Mendahara Ulu, Tanjung Jabung Timur, Jambi.

Masing-masing desa itu memiliki persetujuan perhutanan sosial, yakni Hutan Desa Pematang Rahim dengan luas 1.185 hektare, Hutan Desa Sinar Wajo dengan luas 5.500 hektare, dan Hutan Desa Sungai Beras dengan luas 2.200 hektare.

Beragam pohon dan satwa menjadi penghuni HLG Sungai Buluh.

Hutan gambut ini pun dijaga oleh Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) dan Masyarakat Peduli Api (MPA) yang dibentuk di masing-masing tiga desa tersebut. Di tiga desa itu juga terdapat gerakan ekonomi komunal yang mencegah masyarakat merusak HLG Sungai Buluh.

Fauzi merupakan salah satu anggota LPHD Pematang Rahim. Ia cukup aktif berpatroli untuk mengantisipasi adanya kebakaran dan aktivitas yang merusak hutan.

Dia menyampaikan HLG Sungai Buluh terancam aktivitas pembalakan hutan, kebakaran, dan perambahan. Bahkan, sudah ada seorang pemodal bersama para preman yang berani mengambil kayu dari hutan tersebut.

"Kalau kami yang cegah, parang panjang yang kami hadapi," tuturnya, Selasa (13/6).

Ketua LPHD Pematang Rahim, Suryani mengatakan bahwa sejak terbentuk lima tahun lalu, LPHD terus-menerus melakukan patroli sehingga aktivitas merusak hutan berkurang.

Namun kala Covid-19 melanda, LPHD Pematang Rahim kesulitan bergerak sehingga terjadi peningkatan perambahan hutan.

"Tahun 2020, kami tidak bisa aktif di lapangan. Karena ada aturan seperti PPKM, sehingga gerakan kami di lapangan terkendala. Bukan ada unsur pembiaran.Masyarakat yang tidak mengerti, buka lahan untuk perkebunan sawit," kata dia.

Patroli di tengah keterbatasan

Pasca pandemi Covid-19, LPHD Pematang Rahim kembal aktif melakukan patroli. Di tengah keterbatasan, mereka pun mencegah aktivitas perusakan hutan dengan mengingatkan masyarakat.

"Kami juga sudah melaporkan kepada pihak berwenang.Kepentingan kami hanya satu, hutan terjaga untuk masa depan anak cucu. Jangan sampai nanti hutan hanya tinggal cerita, tidak ada bentuknya lagi," kata Suryani.

LPHD Pematang Rahim diketahui mendapatkan SK pada tahun 2018. Sedangkan LPHD Sinar Wajo dan Sungai Beras, dua tahun lebih dahulu mendapatkan SK. Ketiga lembaga tersebut kurang lebih menghadapi situasi yang sama, yakni menjaga HLG Sungai Buluh di tengah keterbatasan daya.

"Kami cuma bisa melaporkan. Sosialisasi sampai ke rumah-rumah juga sudah kami lakukan. Kami ini ibaratnya diberikan pistol kosong, dikasih tanggung jawab tapi tidak ada kewenangannya," kata Abdul Hamid, Bendahara LPHD Sungai Beras.

Diketahui pada 2015 dan 2019, terjadi kebakaran hutan dan lahan di HLG Sungai Buluh. Peristiwa ini tersimpanjelas di benak Yunus yangkinimenjadi Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Sinar Wajo.

Yunus dan anggotanya kala itu turut berjibaku memadamkan api dengan peralatan seadanya. Pemadaman ini sangat sulit dilakukan mengingat kebakaran terjadi di lahan gambut saat musim kemarau.

Meski terjadi peristiwa besar itu, kata Yunus, MPA Sinar Wajo masih saja memiliki peralatan yang terbatas. Mereka berharap perhatian dan dukungan pemerintah untuk menghadapi kemarau dibarengi fenomena El Nino.

"Saat ini kami cuma memiliki dua alat mesin pompa air untuk memadamkan api," kata Yunus.

Hutan Lindung Gambut (HLG) Sungai Buluh, Tanjung Jabung Timur, Jambi.Hutan Lindung Gambut (HLG) Sungai Buluh, Tanjung Jabung Timur, Jambi. (Foto: CNN Indonesia/Alfahri)

Baca halaman selanjutnya ...

 

Tanam Kopi dan Pohon Jelatung

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER