Kemenkes Sebut Warga Terpapar Antraks Tak Perlu Karantina

CNN Indonesia
Kamis, 06 Jul 2023 15:00 WIB
Kemenkes menyatakan antraks merupakan penyakit zoonosis atau penularan dari hewan ke manusia, sehingga tidak menular dari manusia ke manusia.
Kemenkes menyebut warga yang dinyatakan suspek maupun positif antraks tidak perlu melakukan karantina mandiri layaknya warga yang terpapar virus corona (Covid-19). (iStockphoto/vchal)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut warga yang dinyatakan suspek maupun positif antraks tidak perlu melakukan karantina mandiri layaknya warga yang terpapar virus corona (Covid-19).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi menjelaskan antraks merupakan penyakit zoonosis atau penularan dari hewan ke manusia, sehingga tidak menular dari manusia ke manusia.

"Memang tidak perlu dilakukan karantina, karena tidak menular dari orang ke orang. Tapi memang betul bahwa sporanya itu lama bisa bertahan," kata Imran dalam konferensi pers secara daring, Kamis (6/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imran mengatakan spora yang dihasilkan oleh bakteri bacillus anthracis penyebab penyakit antraks pada hewan ternak maupun manusia dapat bertahan selama lebih dari 40 tahun.

Spora sebagai sumber infeksi ini sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia tertentu serta mampu bertahan selama puluhan tahun di dalam tanah. Spora ini bisa memicu kontaminasi antraks pada hewan ternak dan manusia jika dihirup kemudian masuk lewat saluran pernapasan.

"Spora ini juga bisa masuk ke manusia, kemudian masuk lewat luka pada tubuh, makan dan minum dengan kandungan spora tadi. Bakteri ini bisa dimakan oleh hewan di mana nanti hewan yang sakit dagingnya dikonsumsi oleh manusia," jelasnya.

Imran menjelaskan sejak 2016-2022 penyakit ini sudah memakan korban di DIY, namun belum tercatat korban meninggal dunia. Namun pada 2023 ini, Kabupaten Gunungkidul mencatatkan tiga kasus kematian akibat antraks.

Ia mengatakan seorang warga yang meninggal suspek antraks. Sementara dua warga lainnya tidak diperiksa, namun diketahui memiliki kontak erat dengan sapi mati penyebab antraks dan menunjukkan gejala positif antraks.

Rincian kasus, pada 2016 dilaporkan 15 kasus antraks pada manusia. Kemudian 2017 menurun menjadi 4 kasus, pada 2018 nol kasus, 2019 naik menjadi 31 kasus, 2020 menurun menjadi 3 kasus, 2021 nol kasus, 2022 ada 23 kasus, dan 2023 ini sementara 9 kasus.

Infografis - Waspada Gejala Antraks pada Manusia

Perihal Pemkab Gunungkidul yang menyebut ada 87 pasien positif terpapar antraks, Imran mengatakan sebagian hanya terindikasi positif berdasarkan pemeriksaan sero survei, sehingga tidak bisa dimasukkan ke dalam data positif antraks.

"Mereka yang juga tanpa gejala itu tidak bisa dimasukkan antraks, tapi orang-orang ini akan diberikan pengobatan," ujar Imran.

(khr/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER