Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto buka suara soal kelanjutan proyek jet tempur KF-21 Boromae kolaborasi RI dengan Korea Selatan.
Dalam waktu dekat, ia mengaku bakal berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait pembayaran untuk kelanjutan proyek itu.
"Saya kira ini akan kita selesaikan dalam waktu dekat karena ini suatu Keputusan Presiden. Jadi saya kira nanti kita akan sinkronkan antara Kementerian Keuangan dengan Kementerian Pertahanan," kata Prabowo di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (6/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengaku belum mengetahui informasi terakhir perihal utang pembayaran KF-21 Boramae.
"Aku belum update mengenai itu karena kalau itu transaksi ada di Kemenhan, kalau kami di Kemenkeu ya nanti akan proses kalau itu sesuatu perjanjian," ujarnya," kata Sri Mulyani di DPR RI, Selasa (4/7).
Korsel diketahui menggandeng Indonesia untuk bekerja sama membuat jet tempur KF-21. Proyek itu merupakan kerja sama industri pertahanan RI-Korsel bernilai 8,1 triliun won atau sekitar Rp92 triliun.
Namun, proyek sempat tertunda karena pembiayaan dan permasalahan teknologi itu sendiri.
Pada Februari lalu, Dubes RI untuk Korsel, Gandi Sulistyo, mengatakan proyek pembuatan jet tempur siluman KF-21 Boramae kolaborasi antara kedua negara terus berlanjut setelah sempat mandek selama beberapa tahun.
Gandi mengatakan pemerintah bahkan telah menempatkan dua pilot Indonesia di Negeri Ginseng untuk menjalani uji terbang dan kelayakan sebelum jet tempur ini diproduksi massal.
"Indonesia telah menempatkan dua tes pilot dari TNI AU --dari 4 yang disiapkan-- yang bergabung dengan 32 engineer PTDI [PT Dirgantara Indonesia] yang tergabung dalam program KF-21/IFX ini," kata Gandi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (17/2).
Pada kesempatan tersebut, Prabowo merespons soal nyinyiran usai membeli 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar.
Prabowo mengatakan pemerintah memang sering terpaksa membeli pesawat bekas, namun ia memastikan pesawat yang dibeli masih memiliki usia pakai yang cukup lama.
"Kebetulan memang banyak yang seolah-olah nyinyir, yang seolah-olah ya mau macem-macem, yang menilai bahwa diomongin pesawat bekas, pesawat bekas, ya memang sering terpaksa kita beli pesawat yang tidak baru," kata Prabowo.
Prabowo menjelaskan usia pakai Mirage masih sekitar 15 tahun lagi.
"Jadi Mirage 2000-5 ini masih punya usia pakai ya kira-kira 15 tahun lagi, karena baru dipakai kurang lebih 30 persen flying hours yang bisa dipakai," katanya.
![]() |
Lebih lanjut, ia juga mengatakan Mirage 2000-5 adalah pesawat yang paling potensial untuk memenuhi kekuatan udara selagi menunggu pesawat Rafale dari Prancis datang.
Pada Februari 2022 silam, Kemhan diketahui meneken kontrak kerja sama pembelian enam pesawat tempur generasi 4,5, Rafale. Pesawat pertama baru tiba pada 2026.
Rafale juga diproduksi pabrikan Dassault, pabrik yang sama yang memproduksi Mirage 2000-5.
"Saya dikasih penjelasan karena memang banyak sistemnya itu sebetulnya menuju ke tingkat Rafale. Jadi itu kita pakai satu untuk kekuatan deterrent, interim, sekaligus untuk membiasakan penerbang-penerbang kita dengan teknologi Prancis," kata Prabowo.