Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan perbaikan dan rekonstruksi jembatan dan akses yang putus akibat terjangan banjir lahar dingin Gunung Semeru harus menjadi prioritas.
Pasalnya, menurut Khofifah, fasilitas umum dan infrastruktur memiliki dampak pada mobilitas masyarakat. Karena itu, proses rekonstruksi harus segera dilakukan.
"Insya Allah kita tidak menunggu masa tanggap darurat, karena hal-hal yang terkait dengan koneksitas dan mobilitas penduduk harus segera dilakukan rekonstruksinya, tidak perlu menunggu proses masa tanggap darurat selesai," kata Khofifah saat meninjau lokasi terdampak banjir lahar dingin di Kabupaten Lumajang, Minggu (9/7/).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khofifah mengungkapkan Jembatan Kaliglidik II yang rusak karena terjangan lahar dingin diperkirakan akan segera dimulai pengerjaannya oleh tim PUPR, dengan anggaran PUPR.
Kemudian, untuk Jembatan Kaliregoyo dan Kloposawit, akan dikerjakan Pemprov Jatim. Selebihnya, kata dia, dari BNPB akan dikerjakan Pemkab Lumajang.
Selain itu, Khofifah juga berpesan agar logistik masyarakat bisa terpenuhi. Ia pun meminta pemerintah kabupaten dengan pemerintah desa terus berkomunikasi.
"Ada beberapa kebutuhan logistik harus terpenuhi. Jadi, dibutuhkan sama-sama proaktif dan kegotongroyongan semua pihak, karena pada dasarnya logistik, layanan kesehatan kita cukup dan dapur umum ada," imbuh dia.
Untuk memastikan ketersedian dan kelayakan makanan bagi pengungsi, Khofifah juga meninjau dapur umum yang didirikan Dinsos Jatim. Dalam sehari disiapkan sebanyak 3000 bungkus makanan untuk 3 kali makan para pengungsi.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga menyerahkan santunan sebesar Rp30 juta kepada ahli waris korban bencana tanah longsor di Kecamatan Pronojiwo sebanyak tiga orang yakni Galih Adi Perkasa (23), Candra Agustina (20) dan GN (4 bulan).
Kemudian, dia juga memberikan paket bantuan sosial sebanyak 200 paket sembako, dan bantuan spesifik bagi lansia dan ibu menyusui sebanyak 200 paket bagi keluarga terdampak.
Sebagai informasi, berdasarkan data BPBD Jatim per Minggu (9/7), akibat bencana banjir lahar dingin dan longsor ini tercatat sebanyak 1.038 warga mengungsi di 18 titik pengungsian.