Ketua Umum NasDem Surya Paloh mengkritisi progres Revolusi Mental yang diusung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sejak 2014 belum memenuhi harapan untuk menjadi kenyataan.
Dalam Apel Siaga Perubahan yang digelar NasDem di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada akhir pekan lalu, Surya Paloh mengatakan progres dari Revolusi Mental itu tak terlihat hingga kini.
"Sayang seribu kali sayang, sayang seribu kali sayang, harapan belum menjadi kenyataan," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memperkuat pernyataan ketua umumnya, Wasekjen Partai NasDem Jakfar Sidik menganggap gerakan revolusi mental yang diusung Jokowi saat bertarung dalam Pilpres 2014 itu tak berfokus pada pembangunan manusia melainkan pada pembangunan infrastruktur.
"Kita juga melihat bahwa revolusi mental yang menjadi tagline lebih didorong proses pembangunan infrastruktur, dan itu menurut kita bukanlah pada konstruksi manusianya, bukan pada mentalnya," ujar Jakfar dalam program Political Show di CNNIndonesia TV, Senin (17/7).
Jakfar menyinggung momen kala NasDem berada di barisan koalisi Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019. Jakfar menyebut gagasan NasDem kala itu melihat gerakan restorasi Indonesia yang diperjuangkan sejalan dengan program revolusi mental yang digagas Jokowi.
Menurutnya gerakan tersebut tak lagi seirama, karena dalam memimpin pemerintahannya ternyata Jokowi lebih mementingkan pembangunan infrastruktur ketimbang pembangunan manusia.
"Gerakan perubahan, restorasi Indonesia itu semangatnya adalah membangun manusianya," ucapnya.
"Proses pembangunan manusia proses dari revolusi mental itu belum lah sesungguhnya memuaskan, ada peningkatan, ya benar, tapi belumlah memuaskan," imbuh Jakfar.
Jakfar juga mengaku NasDem kerap mengingatkan Jokowi agar revolusi mental dijalankan sebagaimana mestinya.
"Menurut saya tidak hanya sekarang ya, prosesnya ada di DPR, ada di pertemuan Pak Surya Paloh dengan Pak Joko Widodo yang rutin sebelum ini. Sebelum kita memutuskan berkoalisi dengan teman-teman Demokrat dan PKS," kata dia.
Jakfar menegaskan spirit revolusi mental akan tetap diperjuangkan pihaknya untuk diperjuangkan apabila bakal capres yang diusungnya bersama Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan, menang di Pilpres 2024 mendatang.
"Mungkin bahasanya beda, tapi pembangunan manusia, peningkatan kualitas manusia, peningkatan kebahagiaan dan kesejahteraan umum itu pasti dilanjutkan dalam bentuk yang lebih up to date, lebih upgrade,dan lebih mungkin dikerjakan secara bersama-sama sebagai sebuah negara dan bangsa," ujarnya.
Sementara itu, dalam acara yang sama, Politikus PDIP Putra Nababan tak menampik jika gerakan revolusi mental belum dijalankan secara maksimal.
Namun ia mengatakan hal itu tidak terlalu berpengaruh lantaran tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Jokowi yang tinggi.
Ia juga mengatakan Presiden Jokowi merupakan simbol dari revolusi mental itu sendiri lantaran Jokowi merupakan figure yang bersih.
"Itu tidak signifikan ya, artinya tentang bicara tentang mengkritik revolusi mental, karena kalau kita melihat masalah di revolusi mental tentunya kita harus percaya dong, tren dari kinerja Jokowi," ujarnya.
"Pak Jokowi sendiri adalah simbol revolusi mental yg harus jadi panutan menterinya, dirjennya, seluruh aparatur di daerah, termasuk kita," imbuh pria yang juga anggota Komisi X DPR RI itu.
Selain itu, Putra juga mengatakan bakal capres dari partainya yakni Ganjar Pranowo akan melanjutkan gerakan revolusi mental Jokowi yang belum maksimal tersebut apabila terpilih menjadi presiden.
"Kalau saya membongkar surveinya Pak Ganjar yang milih Pak Ganjar itu merakyat, bekerja dengan baik, dan itu karakter Jokowi semuanya. Jadi sudah pas untuk melanjutkan itu, simbolnya sudah dapat," kata mantan pemimpin redaksi stasiun televisi berita tersebut.