Hasil survei terbaru Litbang Kompas menunjukkan kader PDIP yang juga Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersaing ketat dengan Ketua Umum Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024.
Sementara eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berada pada posisi ketiga.
Dalam simulasi terbuka, elektabilitas Ganjar berada di angka 24,9 persen, Prabowo Subianto 24,6 persen dan Anies Baswedan 12,7 persen. Uniknya, Litbang Kompas mencatat perolehan Ganjar itu terus naik dibandingkan survei sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perolehan Ganjar kali ini kembali naik setelah pada Mei 2023 turun ke angka 22,8 persen. Posisi keterpilihannya sekarang mendekati elektabilitas Januari 2023 yang sebesar 25,3 persen," dikutip dari survei Litbang Kompas yang dimuat Harian Kompas, Senin (21/8).
Merespons hasil survei terbaru Litbang Kompas itu, pengamat politik dari Trias Politika Strategis, Agung Baskoro berpendapat Ganjar baru 'half rebound' atau 'setengah menyalip' rivalnya, Prabowo.
Agung berpendapat demikian karena melihat Ganjar hanya unggul tipis di angka margin of error dari Prabowo dalam simulasi nama terbuka. Pada simulasi terbuka yang digelar Litbang Kompas, elektabilitas Ganjar memang unggul di angka 24,9 persen. Sementara itu, Prabowo mengantongi elektabilitas 24,6 persen dan Anies Baswedan berada di angka 12,7 persen.
Di sisi lain, Agung menyoroti Ganjar masih kalah dari Prabowo ketika simulasi head to head Litbang Kompas diberlakukan. Bila Prabowo hanya melawan Ganjar, Litbang Kompas mendapati Ketum Gerindra itu unggul 52,9 persen. Sementara itu, Ganjr mendapat angka 47,1 persen.
"Jadi kita bisa asumsikan rebound yang benar-benar 'full rebound', ini masih 'half rebound' karena Ganjar unggul tipis dalam jangka margin of error. Dan ketika kita benturkan simulasi head to head, half rebound Ganjar terbukti. Bahwa suara Ganjar konsisten tertinggal dari Prabowo sejak Mei 2023," kata Agung kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/8).
Hasil survei Litbang Kompas itu berbeda ketimbang hasil survei mereka sebelumnya yang dirilis pada Mei 2023. Prabowo saat itu menempati urutan pertama dengan potensi keterpilihan sebesar 24,5 persen. Kemudian disusul Ganjar 22,8 persen dan Anies 13,6 persen.
Meski demikian, Agung mengatakan kenaikan elektabilitas Ganjar di simulasi terbuka menunjukkan kerja internal mesin partai mulai bergerak. Ia menilai PDIP memiliki keunggulan memiliki infrastruktur mesin partai yang militan ketika Pemilu digelar.
Kemudian, ia juga menilai para relawan Ganjar juga mulai bergerak bersama mesin kader PDIP.
"Ini sesuai dengan arahan Bu Mega agar memanfaatkan instrumen infrastruktur partai mulai pusat dan ranting. Dibarengi dengan relawan Ganjar kan juga mulai bergerak," kata dia.
"Di luar mesin partai bergerak, saya belum lihat ada isu-isu strategis yang memang mengiringi naiknya elektabilitas Ganjar," imbuh pria jebolan UGM tersebut.
Pada kondisi ini, Agung berpendapat Ganjar harus memikirkan sejumlah langkah ekstrem ke depannya supaya menjadi 'full rebound' ketimbang hanya mengandalkan mesin partai.
Salah satunya, ia mengatakan Ganjar sudah harus memikirkan siapa cawapres yang akan menemaninya di Pilpres.
Ia pesimistis bila Ganjar sekadar memilih cawapres yang 'flat' seperti politikus PPP Sandiaga Uno atau Menteri BUMN yang juga Ketum PSSI Erick Thohir. Menurutnya dua sosok itu belum bisa mengangkat keterpilihan Ganjar.
Oleh karena itu, Agung menganggap usul memasangkan Ganjar dengan Anies sebagai ide menarik.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Said Abdullah sempat membayangkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan bersatu dalam memimpin Indonesia. Said menilai keduanya bakal menjadi sebuah kekuatan lantaran sama-sama masih muda dan cerdas.
"Dan ini ada suara memasangkan Ganjar dengan Anies. Itu menarik meski sulit secara politik. Kalau dia ngomong Anies menarik," kata Agung.
Tak hanya Ganjar, proses seleksi cawapres menjadi titik krusial pula bagi Prabowo dan Anies untuk mendongkrak elektabilitasnya.
Agung menilai Prabowo kini memiliki tugas memilih Cawapres yang tepat agar menang Pemilu. Kuncinya, lanjut dia, cawapres nyaman harus dari Jatim dan berlatar Islam moderat dan pemuda.
"Di Jatim itu final battle. Karena Ganjar menang besar di Jateng , Prabowo emang sebagian di Jabar. Penentuan akhir di Jatim. Maka bisa dia menang pilpres di 2024, maka penentuan cawapres dari Jatim menentukan," kata dia.
Sementara Anies, Agung menilai narasi perubahan yang kerap didengungkan butuh lebih diperjelas ke publik selain soal penentuan cawapres. Baginya, narasi yang dibawa itu penting supaya masyarakat dapat dengan mencerna lebih baik.
"Misal ngomong infrastruktur, apanya mau diubah? Bagaimana mau dia melengkapi. Lalu hilirisasi, dia ngomong hilirisasi soal gimana? Mau diubah atau bagaimana?" kata Agung.