Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbicara soal mitos yang membelenggu orang Indonesia selama ini.
Mitos-mitos itu, lanjutnya, termuat pada tiga buku yang terkenal, yakni buku 'Manusia Indonesia' karya Mochtar Lubis, buku 'Mitos Pribumi Malas' karya Syed Hussein Alatas dan 'Asian Drama' karya Gunnar Karl Myrdal.
"Dari tiga pemikiran besar dari tiga buku itu paling tidak tiga mitos yang selama ini membelenggu seolah-olah mematok, sehingga kita kehilangan untuk bergerak jadi bangsa maju," kata SBY di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (24/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mitos pertama, lanjut SBY, sempat dimuat dalam buku 'Manusia Indonesia' karya Mochtar Lubis. Mitos manusia Indonesia dalam buku itu di antaranya bercirikan munafik, tidak bertanggung jawab, berjiwa feodal, berwatak lemah, percaya takhayul dan berjiwa seni.
SBY menilai enam ciri manusia Indonesia oleh Muchtar Lubis itu, lima konotasinya negatif, sementara hanya satu yang positif.
"Kalau ada yg keberatan rumusan beliau, paling tidak ini 46 tahun lalu. Republik sudah terjadi pergeseran dan transformasi," kata dia.
Kemudian, SBY juga mengutip buku 'Mitos Pribumi Malas' karya Syed Hussein Alatas. Buku itu, lanjutnya, berisikan bahwa ada mitos di Asia Tenggara sebagai pribadi yang malas, terbelakang dan intelektualitas rendah. Bagi SBY, mitos tersebut lebih berkonotasi negatif.
Lalu SBY menyinggung buku berjudul 'Asian Drama' yang memotret watak, karakter, kultur manusia di Asia yang sulit untuk maju.
Tak hanya itu, SBY mengatakan ada dua mitos lagi yang membayangi Indonesia. Salah satunya soal mitos bila negara ingin sejahtera, maka harus berfokus pada pembangunan ekonomi dan melupakan demokrasi.
Kemudian, terdapat mitos negara harus mengurangi kebebasan bila keamanan ingin stabil.
"Seolah kita harus milih stabilitas dan keamanan yang baik atau kebebasan yang rusak keamanan. Ini mitos yang berlangsung di masyarakat berlangsung berpuluh-puluh tahun seolah kita tak bisa memilih keduanya," kata dia.
Meski begitu, SBY menganggap mitos itu sudah banyak berubah di manusia Indonesia saat ini. Ia mencontohkan ciri manusia Indonesia yang ditulis Muchtar Lubis puluhan tahun silam itu kini sudah mulai mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
"Era globalisasi kita jadi bagian dari masyarakat dunia. Bertukar pikiran, ada tatanan baru, modernisasi. Itu semua akhirnya watak yang disampaikan Muchtar Lubis dan lain-lain itu mengalami pergeseran dan perubahan. Saya punya keyakinan enam ciri yang lima negatif dan satu positif itu sudah ada pergeseran yang lebih positif," kata SBY.
Kemudian, SBY membantah mitos yang termuat pada buku 'Mitos Pribumi Malas'. Baginya, warga Indonesia kini makin produktif.
Kemudian SBY juga menentang mitos yang tertulis pada buku 'Asian Drama'. Baginya, Indonesia kini jadi negara terbesar ketiga terbaik di dunia.
"Indonesia negara terbesar di ASEAN. Dan kita makin maju. Tahun 2008 Indonesia masuk G-20 ekonomi terbesar di dunia. Sekarang the biggest country, artinya kita bisa berubah, Indonesia terus berubah dan akan terus berubah," kata dia
Tak hanya itu, SBY juga menegaskan Indonesia tak harus memilih salah satu antara pertumbuhan ekonomi atau demokrasi. Baginya, keduanya bisa berjalan dengan baik dan beriringan di Indonesia.
Ia juga mengatakan stabilitas keamanan di Indonesia masih terjamin seiring dengan pemberian kebebasan warga yang luas.
"Ketika saya dengan teman-teman yang hadir dapatkan mandat rakyat, saya kira masih ingat ekonomi kita tumbuh baik enam persen, demokrasi kita tumbuh baik. Saya bisa berdebat, indonesia kita bisa hadirkan dua-duanya. Dan stabilitas keamanan dengan kebebasan," kata SBY.
"Jangan kita dihantui oleh mitos. Kita bisa hadirkan ekonomi, stabilitas dan keamanan nasional dengan kebebasan pada hak asasi manusia," tambahnya.
(rzr/sfr)