Sejarawan Sepakat Mega, Supersemar Jadi Dalih Lucuti Kekuasaan Sukarno

CNN Indonesia
Jumat, 25 Agu 2023 15:54 WIB
Sejarawan Asvi Warman Adam membenarkan pernyataan Ketum PDIP Megawati bahwa Supersemar yang dikeluarkan Sukarno ke Soeharto sebagai penyimpangan sejarah.
Sejarawan Asvi Warman Adam mengatakan Soeharto yang kala itu menjabat Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban menyalahgunakan Supersemar untuk merebut kekuasaan Presiden Sukarno. (AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menyebut terjadi penyimpangan sejarah di balik Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang berujung pada peralihan kekuasaan dari Sukarno kepada Soeharto.

"Mengapa, ketika zaman Pak Harto, saya dengan segala hormat saya, atau zaman Orde Baru, mengapa kita melihat itu bahwa penyimpangan sejarah sebenarnya," kata Megawati dalam acara peresmian Patung Bung Karno di Omah Petroek, Sleman, DIY, Rabu (23/8).

Megawati bercerita sempat diundang dalam acara di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Saat itu, ia mengajak semua pihak untuk berpikir secara objektif terkait rangkaian peristiwa Supersemar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gampangnya, saya di Lemhannas mengatakan begini, kalian mbok mikir, peristiwa itu jangan lihat saya anaknya (Sukarno), tapi berpikir lah logic dan objektif," katanya.

Sejarawan Asvi Warman Adam membenarkan pernyataan Megawati bahwa Supersemar sebagai penyimpangan sejarah.

Asvi mengatakan Soeharto yang kala itu menjabat Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban menyalahgunakan Supersemar untuk merebut kekuasaan Presiden Sukarno.

"Betul, Supersemar itu penyimpangan sejarah. Secara normal penggantian kekuasaan melalui pemilu. Soeharto menyalahgunakan Supersemar untuk mendapatkan kekuasaan," ujar Asvi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (25/8).

Asvi menyebut Supersemar betul-betul ada dan bukan surat fiktif. Menurutnya, surat itu diketik dan diserahkan oleh Sukarno kepada tiga orang jenderal untuk disampaikan ke Soeharto.

"Ya adalah (Supersemar). Ada yang mengetik, ada Sukarno yang menandatangani. Ada yang membawa dari Sukarno di Bogor ke Jakarta," katanya.

Asvi mengungkap Supersemar asli yang diberikan kepada Soeharto hanya berisi perintah untuk menertibkan situasi selepas peristiwa Gerakan 30 September pada 1965.

Ia tak yakin ada yang bisa mengubah naskah Supersemar terlegalisir. Akan tetapi, Asvi meyakini Supersemar dipelintir atau ditafsir secara berbeda oleh Soeharto untuk mendapatkan kekuasaan

"Karena Soeharto mau mengambil kekuasaan. Menafsir perintah secara berbeda," katanya.

Terkait pertimbangan menjatuhkan Sukarno karena dinilai bekerja sama dengan PKI, Asvi menepis klaim tersebut. Menurutnya, Sukarno tak mungkin membantu para pihak yang ingin mengambil alih kekuasaannya.

"Tidak masuk akal bila Sukarno membantu gerakan yang mencoba merebut kekuasaan darinya," ujarnya.

Kontroversi Supersemar di halaman selanjutnya...

Kontroversi Supersemar

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER