Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengaku pernah diminta mendampingi Anies Baswedan dalam kontestasi Pilpres 2024 sejak 2021 silam.
Dalam pidato politik yang ia sampaikan saat deklarasi Bakal Calon Presiden dan Bakal Calon Wakil Presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di Hotel Majapahit, Surabaya, permintaan itu datang dari Kiai Kholil As'ad Samsul di Situbondo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan tersebut, kata dia, putra pendiri Nahdlatul Ulama (NU) tersebut meminta agar dirinya menjadi pasangan Anies Baswedan sebagai Calon Wakil Presiden.
"Sebetulnya ada cerita menarik tahun 2021, saya dipanggil Kiai Kholil As'ad Samsul di Situbondo," kata Muhaimin Iskandar.
"Beliau hadir di sini, beliau adalah putra pendiri NU. Saya dipanggil [dan dibilang] 'Muhaimin, menurut saya kamu harus sama Anies'," lanjutnya.
Kendati demikian, Cak Imin mengaku pada saat itu dirinya tidak berani menolak ataupun menyanggupi permintaan dari Kiai Kholil tersebut.
"Saya enggak berani menolak tapi juga enggak berani mengiyakan. Sambil jalan saya bilang gini, loh loh gak bahaya tah," jelasnya sambil tertawa.
Anies Baswedan dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) hari ini resmi dideklarasikan sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum NasDem Surya Paloh, dengan Anies dan Cak Imin duduk di atas panggung. Mereka kompak menggunakan kemeja putih.
"Saya mengenal kedua sosok ini sebagai lebih dekat dalam kurun waktu cukup panjang," kata Paloh di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu (2/9).
Paloh mengatakan sejak awal partainya telah mengusung Anies sebagai capres 2024. Ia mengaku kini memutuskan memilih Cak Imin untuk menjadi cawapres.
"Pasangan yang pertama yang mendaftar pertama (ke KPU nanti) adalah pasangan yang kita miliki hari ini," ujarnya.
"Saya mengucapkan selamat kepada Anies Baswedan sebagai calon presiden, dan Bung Muhaimin sebagai calon wakil presiden," katanya.
Anies Baswedan sebelumnya merupakan bakal calon presiden yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Koalisi itu terdiri dari NasDem, Demokrat, dan PKS.
Sementara itu, PKB semula tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju bersama Gerindra, Golkar, PAN, dan PBB dalam mengusung Prabowo Subianto. NasDem lantas mengajak PKB berkoalisi.
Keputusan NasDem itu direspons keras oleh Demokrat. Mereka menarik dukungan dari Anies karena Agus Harimurti Yudhoyono batal dijadikan cawapres.
Gerindra pun menyatakan koalisi dengan PKB resmi bubar. Sementara itu, PKS menegaskan masih mendukung Anies sebagai cawapres, tapi masih akan membahas opsi Cak Imin sebawai cawapres ke Majelis Syuro, sesuai dengan tata organisasi partai.
Dengan adanya deklarasi koalisi NasDem dan PKB ini, peta koalisi Pilpres 2024 berubah lagi. Poros koalisi masih mungkin berubah sampai pendaftaran dibuka KPU mulai pertengahan Oktober sampai November 2023.
(tfq/end)