Gus Yahya Tolak Cap Warga NU Seperti Kebo di Pemilu: Menghina Sekali

CNN Indonesia
Minggu, 03 Sep 2023 08:30 WIB
Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf menolak cap yang mengibaratkan warga NU sebagai kerbau dan bisa diarahkan pada Pemilu 2024.
Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf menolak cap yang mengibaratkan warga NU sebagai kerbau dan bisa diarahkan pada Pemilu 2024. (Foto: CNN Indonesia/Ramadhan Rizki Saputra)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menolak anggapan yang mengibaratkan warga NU sebagai kerbau yang bisa diarahkan pada masa Pemilu mendatang. Menurutnya anggapan tersebut sangat menghina.

"Sekarang mindset orang itu masih banyak 'warga NU ini kebo-kebo yang disuruh ibunya ke sana ke mari gampang'. Itu anggapan yang menghina sekali kepada warga NU," kata pria yang akrab disapa Gus Yahya itu di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9).

Kendati begitu, ia tak kaget dengan kenyataan bahwa warga NU jadi rebutan banyak capres-cawapres dan partai politik di musim pemilu karena menginginkan suara dari kelompok tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Survei terakhir dari Alfara misalnya menyebutkan bahwa 59,2 persen mengaku sebagai pengikut NU. Jadi mereka itu identifying them self sebagai warga NU," kata dia.

Namun, Gus Yahya menegaskan warga NU terdidik dan cerdas. Ia meyakini warga NU bisa berpikir mandiri dan menentukan pilihannya sendiri dengan kebutuhannya.

Gus Yahya menegaskan PBNU tidak terkait dengan salah satu pasangan capres-cawapres. Dia mengatakan tidak ada capres-cawapres atas nama NU.

"Soal sikap sudah saya sebutkan berulang kali, saya tegaskan sekali lagi di sini, tidak ada calon atas nama NU. Saya ulangi ya, tidak ada calon atas nama NU," ujarnya.

"Kalau ada klaim bahwa kiai-kiai PBNU merestui itu sama sekali tidak benar. Karena tidak pernah ada pembicaraan di dalam PBNU mengenai calon, sama sekali," imbuhnya.

Ia mengatakan preferensi pilihan politik tidak berada dalam ranah urusan organisasi keagamaan yang dipimpinnya. Dia menyerahkan pilihan politik secara bebas kepada masing masing warga.

"Itu di luar domain kami sebagai organisasi keagamaan kemasyarakatan yaitu domain parpol silakan, dan silakan berjuang untuk mendapatkan kepercayaan rakyat," tuturnya.

Dia menyebut bahkan dirinya dengan jajaran NU yang lain memungkinkan memiliki preferensi politik yang berbeda. Menurutnya, itu adalah hak yang harus dihormati.

"Saya sendiri sebagai ketum PBNU dan teman-teman di PBNU punya sikap yang sama, kami tidak mau warga ini harus dicocok-cocok idungnya diseret ke sana ke mari. Enggak mau," tuturnya.

Tak ada panggung untuk bacapres

PBNU bakal menggelar musyawarah nasional (munas) alim ulama dan konferensi besar (konbes) pada 18-20 September mendatang di Pondok Pesantren Al-Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur. Menurutnya agenda itu akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Selain itu, Yahya juga menegaskan PBNU tidak akan memberikan panggung kepada para bacapres pada dua agenda tersebut. Alih-alih capres, Gus Yahya mengatakan mereka lebih memilih mengundang ahli di luar NU terkait perkembangan teknologi terkini.

"Tidak ada, tidak ada [bacapres]. Jadi nanti ada mungkin kita nanti ada undang dari ahli di luar lingkungan NU apabila dibutuhkan, misalnya ada soal AI [kecerdasan buatan]," ujarnya di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9).

"Saya kira kita butuh ahli yang bisa menjelaskan kepada ulama-ulama ini AI itu apa? Dan dia beroperasi dengan cara apa, sehingga para ulama ini bisa membuat kesimpulan keagamaan tentang topik tadi itu, meminta fatwa pada AI itu. Tapi kalau capres tidak ada," imbuh pria yang pernah menjadi juru bicara Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.

Gus Yahya menyatakan tema yang diangkat dalam agenda tersebut adalah 'Mendampingi Umat, Memenangi Masa Depan.'

Ia menjelaskan, tema itu dipilih karena NU sedang merancang satu set agenda dan program yang diorientasikan pada pendampingan masyarakat di akar rumput secara langsung.

[Gambas:Video CNN]



(dmi/chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER