Para personel rumah produksi film porno di Jakarta Selatan yang digerebek polisi memiliki keunikan latar belakang. Simak penuturan kuasa hukum dan penyidik berikut.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya telah menetapkan lima tersangka dalam kasus produksi film porno di sebuah rumah di Jakarta Selatan. Kelima tersangka ialah I, JAAS, AIS, AT dan SE.
Tersangka I berperan sebagai sutradara, admin, pemilik dan yang menguasai website serta produser dari film-film yang diunggah di tiga situs tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JAAS berperan sebagai kameramen; AIS berperan sebagai editor film; AT berperan sebagai sound engineering; SE sebagai sekretaris sekaligus talent atau pemeran.
Berdasarkan hasil penyidikan Polda Metro Jaya, kelima tersangka ini melakukan aksinya sejak 2022 dan meraup keuntungan hingga Rp500 juta. Keuntungan itu disebut telah diubah menjadi aset.
Saat ini, Polda Metro Jaya tengah mendalami keterlibatan 16 talent, 5 pria dan 11 wanita.
Dua dari sebelas pemeran wanita ini diduga ialah Siskaeee dan Virly Virginia. Sedangkan lainnya ialah CN, E, BLI, M, MGP, S, J, ZS dan AB. Sementara, lima pemeran pria berinisial BP, P, UR, AG, dan RA.
Dirangkum dari beberapa keterangan, berikut pengakuan soal latar belakang unik rumah produksi film porno Jaksel itu:
AKBP Ardian Satrio Utomo, Kepala Subdirektorat Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, mengatakan I belajar secara autodidak hingga akhirnya bisa menjadi sutradara.
"Dia awalnya dari tukang urut, dia belajar otodidak terus akhirnya dia jadi Youtuber, konten kreator, terus jadi sutradara," kata dia, Kamis (14/9).
I menjalani profesi sebagai tukang urut sejak tahun 1990 hingga 2003. I lantas beralih profesi menjadi pemulung kertas hingga tahun 2006.
Kemudian, I kembali menjajal profesi baru sebagai seorang wirausaha penampung kertas di tahun 2006 hingga 2009. Setelahnya, barulah I mulai menjajal dunia entertainment.
Bahkan, kata Ardian, di tahun 2016 hingga 2020 I sempat membuka agensi dan kelas akting. Di tahun 2020, I lantas mulai menjadi konten kreator dan berakhir menjadi seorang sutradara.
"Saat ini tersangka bekerja di webstreaming menjabat sebagai pemilik sejak 2022 dengan tugas dan tanggung jawab sehari-hari yaitu membuat film (produser), sutradara, penulis, promosi, editing, akuisisi, pendanaan," tuturnya.
Ardian turut membeberkan inspirasi I selaku sutradara dalam memproduksi film diperoleh dari pengalamannya menonton berbagai genre film.
"Dari pengalaman nonton film gitu lah. Pengalaman dia nonton film gituan. Pengalaman dia nonton komedi juga. Dulu kan ada film komedi yang di Lativi. Mungkin dari situ," ucap dia
Tersangka AIS dan JAAS, yang adalah editor film dan kameramen, diklaim mendapat gaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR).
"Jadi mereka di situ dibayar bukan berdasarkan per judul film, bukan juga berdasarkan per member, tapi mereka di situ dibayar per bulan, dan itu pun dibawah UMR," ujar kuasa hukum dua tersangka itu, Hika T.A Putera, di kantor Polda Metro Jaya, Jumat (15/9).
"Saya dapat informasi gaji mereka itu di bawah Rp4 juta per bulan. Awal direkrutnya itu karena saling kenal, diajak," lanjut dia.
Klaim tak bisa melawan hingga riwayat film religi di halaman berikutnya...