Belasan orang ditangkap dalam kasus peredaran narkotika di Sulawesi Selatan diduga jaringan bandar narkoba internasional Fredy Pratama.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, tim dari Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri melakukan penggeledahan di salah satu rumah diduga bandar narkoba berinisial NN alias SR di Pinrang, Sulsel, Senin (11/9).
"Penggerebekan pengedar sabu skala besar di Pinrang memang ada oleh Bareskrim Polri," kata Kapolres Pinrang AKBP Andiko Wicaksono kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (16/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari penggerebekan rumah bandar narkoba tersebut, diamankan sekitar belasan orang yang diduga terlibat peredaran narkoba jaringan Fredy Pratama di Sulsel.
Meski demikian, Andiko enggan lebih jauh menjelaskan kronologi penggerebekan dan penangkapan bandar narkoba di Pinrang yang diduga terlibat jaringan Fredy Pratama.
"Terkait info detailnya, mungkin bisa ke Mabes Polri ya, Mas," ujarnya.
Sebelumnya, Bareskrim Polri mengungkap bandar besar narkotika jaringan internasional Fredy Pratama alias Miming alias Cassanova. Total barang sitaannya berupa 10,2 ton sabu yang terkait jaringan itu selama periode 2020-2023.
Polisi menyebut Fredy Pratama sebagai salah satu sindikat penyalur narkotika terbesar di Indonesia. Mayoritas narkoba di Indonesia pun disbeut terafiliasi dengan jaringan Fredy.
Setiap bulannya, sindikat Fredy disebut mampu menyelundupkan sabu dan ekstasi masuk ke Indonesia 100 kilogram sampai 500 kilogram dengan modus operandi menyamarkan sabu ke dalam kemasan teh.
Bareskrim pun tengah mendalami potensi keterlibatan sindikat narkoba Fredy dengan jalur peredaran Segitiga Emas Asia Tenggara.
"Sedang didalami oleh penyidik untuk memastikan keterkaitan dengan jaringan Segitiga Emas," ujar Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Kombes Jayadi saat dikonfirmasi, Jumat (15/9).
Kawasan 'segitiga emas' atau Golden Triangle di Asia Tenggara yang dimaksud mencakup sebagian Burma, Cina, Laos, dan Thailand. Berdasarkan sejarahnya daerah tersebut menjadi pusat peredaran dan sumber narkotika internasional sejak abad ke-16 dan ke-17.
"Hasil investigasi dari para tersangka yang sudah tertangkap, FP tidak punya pabrik, tetapi sebagai pengendali antara pemilik barang yang ada di luar negeri dengan jaringan yang ada di Indonesia," jelasnya.
"Kepastian sumber barang masih dalam penyidikan," tandasnya.
(mir/arh)