Terpisah, Ketua DPP Bidang Teritorial Pemenangan Pemilu Partai Nasdem Effendy Choirie mengakui suara dari Anies Baswedan masih lemah di Jawa Tengah. Namun, ia optimistis Anies dapat meraup suara signifikan di kawasan ini pada hari pencoblosan nanti.
Ia mengatakan Anies-Cak Imin akan mengambil formula tersendiri untuk mendongkrak suara. Salah satunya mendekati warga Nahdlatul Ulama (NU) yang ada di Jateng untuk memaksimalkan suara Anies. Baginya, warga NU di Jateng masih memiliki basis massa signifikan.
"Iya pasti dekati warga NU. Langkahnya ya sama. Nanti itu digarap bersama NasDem dan PKB," kata pria yang akrab disapa Gus Choi itu kepada CNNIndonesia.com, Kamis (22/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Ketua Umum kelompok relawan Prabowo Subianto, 'Prabowo Mania 08' Immanuel Ebenezer atau Noel mengakui bila Jateng sekian lama ini merupakan basisnya PDIP.
Meski begitu, ia yakin Prabowo mampu berbuat banyak di Jateng untuk memperoleh suara signifikan di Pilpres 2024 nantinya.
"Kami yakin ke depan bukan soal merah atau PDIP, ini soal kepemimpinan nasional, dan masyarakat Jateng punya kesadaran itu. Ini soal kepemimpinan," kata Noel.
Lihat Juga : |
Noel mengklaim relawan pendukung Prabowo sudah kerap turun menggelar deklarasi di beberapa kawasan yang potensial di Jateng. Tujuannya, untuk meyakinkan pemilih di Jateng untuk mendukung Prabowo.
"Kita sudah turun, seperti lakukan deklarasi di basis Pak Prabowo yang kalah di Pilpres lalu," kata dia.
Noel turut menggandeng tokoh-tokoh lokal berpengaruh di Jateng, seperti tokoh agama, budayawan hingga politikus untuk menggaet suara di Jateng.
Di samping itu, Ia juga mengatakan relawan kerap meyakinkan warga Jateng dengan pelbagai program unggulan akan dijalankan oleh Prabowo ketika menjabat sebagai presiden nantinya.
"Kita juga meyakinkan mereka ya ada beberapa program Pak Prabowo yang berpihak kepada mereka," kata dia.
![]() |
Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menjelaskan akar kuat PDIP di Jateng tak lepas dari faktor historis dan latar belakang sosial politik masyarakat kawasan tersebut.
Dari sisi historis, Wasis menjelaskan Jawa Tengah telah dikuasai Partai Nasional Indonesia (PNI) pada pemilu pertama digelar pada 1955. PNI ini kemudian yang menjadi cikal bakal akar lahirnya PDIP.
Pada pemilu tersebut, PNI memimpin di Jateng dengan raihan suara sebesar 33,5 persen. Disusul PKI sebesar 25,8 persen, NU 19,7 persen, dan Masyumi 10,0 persen.
"Ini akhirnya bingkai mengapa 'warna merah' itu selalu konsisten di Jateng. sejak masa PNI, dari situ kita bisa lihat basis nasionalis itu di Jateng dari Pemilu 1955," kata Wasis.
Memasuki era Orde Baru, Jawa Tengah dikuasai oleh Golkar secara telak. Misalnya di Pemilu 1997, suara Golkar di Jateng mencapai 68,26 persen sementara PDI hanya 2,73 persen.
Namun, tak sedikit yang menganggap bahwa pemilu di masa Orde Baru sarat dengan kecurangan serta mobilisasi pegawai negeri sipil.
Wasis mengatakan kebanyakan basis warga Jateng merupakan kaum abangan-proletar, seperti tani hingga buruh. Basis ini merupakan konstituen kuat PNI kala itu yang kemudian dijaga oleh PDIP sampai saat ini.
Wasis tak heran jika pemilu pasca Reformasi 1999, PDIP selalu memenangkan Pemilu legislatif maupun pemilihan gubernur di Jateng.
"Jateng sudah dikenal sebagai 'Kandang Banteng' sejak tahun 1999 sampai 2019 warnanya dominan merah. Ini konsisten ya ketimbang provinsi lain di Jawa yang berubah-ubah warna," kata dia.
Melihat hal itu, Wasis memprediksi kandidat capres yang akan didukung PDIP memiliki potensi menang kembali di Pilpres 2024.
Meski begitu, ia tak menutup kemungkinan pula suara capres dari PDIP akan bergeser ke kandidat lain lantaran ada isu konflik proyek tambang kuari di Wadas, Jateng.
Proyek ini mengundang penolakan dari warga wadas untuk Proyek Bendungan Bener. Pada Februari 2022, warga dikepung oleh ratusan polisi. Aksi itu dikecam oleh banyak pihak, terutama organisasi HAM.
Wasis melihat PDIP akan meracik upaya supaya isu konflik Wadas dapat dilokalisir jelang Pilpres. Di sisi lain, ia menilai para kandidat lain di luar capres diusung PDIP akan menggunakan isu ini sebagai senjata elektoral ketika di Jateng nantinya.
"Ya pengelolaan isu ini penting. Artinya PDIP harus melokalisir ini. Kalau capres dari koalisi lain entah dijadikan senjata lawan politik kembali ke strategi elektoral masing-masing Dan isu ini bisa bawa ke peta elektoral nanti," kata dia.
Lihat Juga : |