Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terjadi di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Menurut laporan, titik-titik api sulit dipadamkan karena sumber air terbatas akibat kemarau.
"Kemarau kering saat ini membuat tim di lapangan cukup kesulitan mendapatkan akses air untuk pemadaman karhutla," kata Plt BPBD Kota Palangkaraya Alman P Pakpahan di Palangkaraya, dikutip dari Antara, Minggu (24/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alman menjelaskan petugas harus mencari sumber-sumber air yang masih ada di sekitar lokasi kebakaran. Menurutnya, tim pemadam tak jarang harus mencari sumber air cukup jauh dari titik kebakaran.
Parit-parit di sekitar kawasan lahan gambut yang biasanya banyak menampung air, kini mulai surut bahkan mengering di sejumlah lokasi. Alman mengatakan, pada kondisi tertentu, tim juga berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk pasokan sumber air.
Alman melanjutkan lahan gambut yang terbakar biasanya juga menyisakan bara api di bawah tanah, sehingga yang muncul dan terpantau dari atas tanah hanya asap. Para petugas terkadang hanya bisa memperkirakan titik api yang berada di bawah tanah.
Ia menuturkan kontur lahan gambut yang berongga bisa saja menjadi jalan asap kebakaran keluar dari dalam tanah. Karena itu, titik api bisa dekat dari sumber keluarnya asap atau bisa juga sangat jauh.
Dengan kondisi tersebut, petugas pemadam hanya bisa berupaya melakukan pemadaman dengan terus melakukan pembasahan dan penyiraman di area lahan terbakar.
"Bahkan kemarin, di sekitar kawasan Tabat Kalsa, relawan sampai harus berjuang dua hari untuk memadamkan di sekitar lokasi. Salah satu indikator kebakaran gambut padam ialah tidak munculnya lagi asap dari dalam tanah," kata dia.
Alman pun mengimbau warga tidak membakar lahan dengan alasan apapun dan kepentingan apapun. Dia menegaskan penanganan kebakaran lahan gambut sangat sulit dilakukan.
"Untuk saat ini para petugas bahkan menghiraukan kesehatan mereka untuk melakukan pemadaman. Mereka bahkan juga bisa saja jarang bersama keluarga jika sudah terjadi karhutla," katanya.
Kekeringan menyebabkan karhutla di beberapa wilayah Indonesia. Sepanjang bulan Januari-Juli 2023, Sipongi KLHK mencatat terjadi karhutla seluas 90.405 hektare.
Beberapa wilayah yang memiliki indikasi kebakaran terluas adalah Nusa Tenggara Timur (28.718 hektare), Kalimantan Barat (12.537 hektare), dan Nusa Tenggara Barat (9.662 hektare).
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Thomas Nifinluri mengatakan karhutla sering terjadi di lahan gambut.
"Prioritas penanganan ini juga tidak terlepas dari kondisi gambut yang akan mudah terbakar dan lebih sulit dipadamkan bila terjadi kekeringan khususnya saat musim kemarau," kata Thomas dalam keterangannya (4/9).
(tsa)