SELUSUR POLITIK

Riwayat 'Hantu' Golput dan Ancaman di Pemilu 2024

CNN Indonesia
Kamis, 28 Sep 2023 14:00 WIB
Golongan putih adalah kalangan yang tidak menggunakan hak suaranya di pemilu. Sudah terjadi sejak Orde Baru. Di 2024, masih ada potensi golput meningkat.
Ancaman golongan putih tetap ada di Pemilu 2024 mendatang jika kekecewaan pada pemerintah terus meningkat (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)

Diprediksi turun di 2024

Merunut hasil riset litbang Kompas di Januari 2023, tren penurunan golput akan terus berlanjut hingga Pemilu 2024 mendatang. Pasalnya, berbagai kalangan antusias menggunakan hak suaranya.

Namun, tetap ada potensi golput jika kekecewaan terhadap pemerintah terus meningkat dan dimobilisasi oleh kalangan tertentu.

Survei Litbang Kompas menyatakan hanya 0,6 persen responden generasi Z (pemilih berusia 17-26 tahun) berniat golput. Generasi Y muda (pemilih berusia 27- 33 tahun) terdapat 1,0 persen yang berniat golput dan dari Generasi Y tua ada sebanyak 1,3 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, hanya 1,3 persen responden dari kalangan Generasi X (Pemilih berusia 34-55 tahun) yang berniat untuk golput dan 1,0 persen kelompok Baby Boomers (pemilih usia 56-74 tahun) yang hendak golput.

Seluruh responden dari lima kalangan generasi memiliki antusias tinggi dalam mengikuti pemilu 2024 yang akan datang.

Sebanyak 67,8 persen responden dari generasi Z mengaku akan memilih capres, partai dan caleg. Diikuti responden dari generasi Y muda sebesar 77,9 persen, generasi Y tua 73,1 persen, generasi X 68,1 persen dan Baby Boomers 75,3 persen.

Survei Litbang Kompas dilakukan melalui metode wawancara tatap muka dengan melibatkan 1.202 responden pada 25 Januari hingga 4 Februari 2023. Responden dipilih secara acak dengan menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi Indonesia.

Metode ini memiliki tingkat kepercayaan 95% dengan margin of error kurang lebih 2,83 persen.

Insert - Tingkat Partisipasi PilpresFoto: Basith Subastian/CNNIndonesia

Tetap ada potensi golput

Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) memiliki pandangan yang berbeda terkait potensi golput di pemilu 2024 mendatang.

Koordinator nasional JPPR Nurlina Dian Paramita menilai gelombang golput bisa saja muncul kembali di pemilu 2024 mendatang.

Terlebih, menurut Dian, masa kampanye pemilu kali ini tak lebih dari tiga bulan, sehingga membuat para kontestan tak punya banyak waktu untuk menarik hati para calon pemilih.

"Potensi tersebut akan berpeluang besar terjadi pada pemilu tahun 2024 karena para calon yang berkontestasi dalam pemilu tidak dapat optimal membangun chemistry dengan pemilih," kata Mita kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/9).

Ia pun menilai metode alternatif kampanye melalui media sosial belum efektif menyerap aspirasi masyarakat sekaligus membangun hubungan untuk mendapat kepercayaan masyarakat.

Apalagi masih banyak daerah 3T di Indonesia yang belum terjangkau jaringan internet.

Mita menilai terdapat kemungkinan gerakan golput yang terorganisir seperti di tahun 1971 dapat bangkit kembali di tengah situasi masyarakat saat ini yang kerap menghadapi tindakan represif negara untuk mengatasi konflik.

Mita mengambil contoh penangangan konflik kasus di Rempang, Batam yang dapat menjadi salah satu faktor pendorong masyarakat untuk mengorganisir gerakan golput akibat kekecewaan terhadap pemerintah.

"Apabila ke depan pemerintah merespons kasus-kasus (seperti) Rempang dengan pendekatan represif akan menimbulkan letupan-letupan lain yang akan muncul, serta muncul rasa kekecewaan masyarakat yang notabene pemilih," jelas Mita.

"Mereka berpotensi mengorganisir kekuatan untuk menolak sesuatu termasuk melakukan golput," Mita menambahkan.

Insert - Jumlah Pemilih Muda Pemilu 2024Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia

Di Pemilu 2024 nanti, masyarakat memiliki hak untuk memilih calon anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, DPD serta capres-cawapres di hari yang sama yakni 14 Februari 2024.

Sejauh ini belum ada daftar caleg dan capres-cawapres yang resmi. KPU masih melakukan penelitian terhadap caleg yang didaftarkan partai politik. Masa pendaftaran capres-cawapres pun belum dibuka.

Ranu Alghani Aji (25), salah satu mahasiswa perguruan tinggi swasta mengaku akan golput di pilpres mendatang. Ia mengaku pesimis dengan sejumlah tokoh yang digadang-gadang bakal menjadi capres serta cawapres.

"Pun yang hari ini jadi kandidat juga sebenarnya bukan pilihan semua rakyat. Sistem terpilihnya dalam partai kan menurut ku juga agak semrawut sistemnya, Presidential Threshold dan yang lainnya," kata Ranu.

"Golput nanti dengan cara datang ke TPS, tapi coblos putihnya aja," imbuhnya.

Sementara itu, Rizyan (23) salah satu sarjana yang berwiraswasta mengaku telah memutuskan diri untuk menggunakan hak suaranya.

Ia beralasan ada motif bisnis dan pribadi dibalik calon legislatif dan eksekutif yang akan dipilih.

"Ya, karena ada kepentingan juga dibalik siapa yang mau dipilih. Baik dari segi bisnis ataupun identitas," kata Rizyan.

(mab/bmw)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER