Lebih lanjut, Dedi mengatakan jika MK memutuskan untuk mengabulkan gugatan syarat usia capres dan cawapres dan Gibran berlabuh menjadi cawapres Prabowo, hal itu akan menjadi lonceng 'perang' terbuka antara PDIP dan Jokowi.
"Karena mustahil Jokowi tidak mengerahkan semua kekuasaannya untuk Gibran. Dan sekaligus mengawali konflik terbuka antara PDIP dan Jokowi," ujar dia.
Dedi mengatakan jika Prabowo memilih Gibran, menteri pertahanan itu akan dicap negatif oleh masyarakat karena memilih cawapres bukan berdasarkan kemampuan melainkan hanya sekadar politik kekeluargaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena akhirnya ia mengorbankan reputasi cawapres yang seharusnya bisa mengimbanginya, tetapi lebih memilih tokoh yang hanya andalkan orang tuanya," ujar Dedi.
"Sekaligus akan menguatkan opini Prabowo menyuburkan politik kekerabatan. Ini bisa memunculkan gerakan anti Prabowo kian luas," katanya menegaskan.
Lihat Juga : |
Senada dengan Dedi, Direktur Trias Politika Strategis Agung Baskoro juga menilai diliriknya Gibran menjadi cawapres Prabowo tak terlepas dari pengaruh Jokowi.
Terlebih, tingkat kepuasan yang tinggi atas kepemimpinan Jokowi juga melahirkan sebuah coat tail effect atau efek ekor jas.
"Suka atau tidak approval rating yang tinggi, militansi relawan, dan masih menjabatnya Presiden Jokowi hingga 20 Oktober 2024 menjadi magnet elektoral tersendiri," kata Agung.
Agung mengaggap wajar jika isu politik dinasti menguat jika Gibran berpasangan dengan Prabowo mengingat status sebagai putra sulung Jokowi.
Ia menilai isu tersebut hanya bisa ditepis oleh Gibran dengan melakukan pembuktian kapabilitas serta rekam jejaknya semasa menjadi pengusaha atau walikota.
"Soal mencuatnya isu politik dinasti menjadi wajar karena Gibran merepresentasikan langsung Presiden Jokowi," ujarnya.
Di sisi lain, Agung menyebut jika pasangan Gibran-Prabowo terwujud akan menjadi bukti penguat bahwa hubungan Jokowi dan PDIP semakin merenggang.
Terlebih, manuver Kaesang Pangarep menjadi Ketua Umum PSI memantik keregangan antara Jokowi dan PDIP.
"Artinya bila Gibran menjadi cawapresnya Prabowo maka semakin menguatkan bahwa hubungan antara Istana - PDIP semakin merenggang dan membesar arahan Gibran keluar dari PDIP mengikuti jejak langkah Kaesang," jelas dia.
Meskipun demikian, Agung menilai PDIP berpeluang melepaskan Gibran menjadi cawapres Prabowo. Terlebih, Gibran masih berstatus sebagai anak Jokowi yang masih memiliki kekuatan besar.
"Walaupun masih ada kemungkinan PDIP tetap membolehkan Gibran maju bersama Prabowo menimbang political privillige yang Ia miliki," kata Agung.
"Sekaligus bagi PDIP meminimalkan ekses politik bila terlalu berlebihan menyikapi perihal Gibran sebagai cawapres," ujarnya.
(mab/fra)