Cak Imin Respons Survei LSI Denny JA Anies di Sumut Cuma 5 Persen
Ketua Umum PKB sekaligus bakal calon wakil presiden (cawapres) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyerahkan kepada rakyat untuk menilai survei LSI Denny JA yang merilis elektabilitas capres Anies Baswedan di Sumatera Utara hanya 5 persen.
"Soal LSI atau survei nanti rakyat yang menguji kredibilitasnya. Silakan mau bilang kecil, mau bilang besar, mau menggiring opini, mari kita buktikan. Suara rakyat yang menjadi penentunya," kata Cak Imin usai acara Temu Juang Aktivis Jogja untuk AMIN (Anies-Imin) di University Club UGM Sleman, DIY, Rabu (11/10).
Dalam survei yang dirilis Senin (2/10) itu elektabilitas Anies di Sumatera Utara terpaut jauh dengan dua rivalnya, yakni Ganjar Pranowo dengan 65 persen dan Prabowo Subianto 30 persen.
Hasil survei ini membuat Badan Advokasi Hukum (BAHU) DPW Partai Nasdem Sumatera Utara melayangkan somasi kepada LSI Denny JA. Ketua DPP PKB Cucun Ahmad Syamsurijal menyebut terbuka peluang bagi partainya untuk mengambil langkah serupa.
Cucun menyatakan akan melihat persoalan ini melalui kode etik dari organisasi yang menaungi para lembaga-lembaga survei. Bila rencana ini terjadi, ia mengaku akan membedah proses pengambilan sampel responden hingga cara penghitungan survei.
Kendati, Cak Imin justru mengaku belum mengecek soal kans PKB melayangkan somasi ke LSI Denny JA tersebut.
"Saya belum cek ya mungkin kalau itu masih mewakili, saya belum cek," katanya.
Di sisi lain, Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby menilai respons NasDem terlalu berlebihan. Menurut dia, somasi itu tidak proporsional karena hasil survei lembaganya telah memenuhi standar dan bisa dipertanggungjawabkan.
Dia berujar survei yang dilakukan pihaknya di Sumatera Utara merupakan hasil breakdown dari survei nasional yang melibatkan 1.200 responden. Dari hasil survei itu, kata Adjie, dukungan ke Anies di wilayah Sumut masih lemah.
Denny JA Buka Suara
Denny JA juga ikut buka suara soal somasi Partai NasDem. Ia meminta para elite politik, terutama mereka yang baru saja terjun dalam politik praktis, harus belajar lebih rileks dalam membaca hasil survei opini publik.
Menurut dia, hasil survei selalu disambut dengan senyum manis oleh mereka yang saat itu sedang menang di survei. Namun hasil survei juga disambut dengan senyum kecut, bahkan kecaman oleh mereka yang saat itu kalah dalam hasil survei.
"Untuk banyak kasus lain, juga kasus pilkada, kubu yang dikalahkan bahkan menduga ada permainan tingkat tinggi. Bahkan mereka mengatakan hasil survei ini diatur untuk nanti membenarkan kecurangan pemilu atau pilkada," kata Denny JA lewat keterangan tertulis.
Denny kemudian menyinggung Pilkada DKI 2017. Bulan Januari 2017, LSI Denny memotret Anies nomor buncit saat itu. Tapi di bulan April 2017, LSI Denny JA mengumumkan Anies akan menang di pilkada DKI, mengalahkan Ahok.
"Mengapa LSI Denny JA di pilkada 2017, mengumumkan posisi Anies yang berbeda antara bulan Januari ke April? Itu karena elektabilitas Anies sendiri memang berubah di lapangan. Survei yang kredibel mampu memotret perubahan itu," katanya.
"Tapi tentu saja, Indonesia, dari Aceh hingga Papua, jauh lebih luas dan kompleks dibandingkan DKI. Apa yang terjadi di DKI 2017 (pilkada) belum tentu juga terjadi untuk skala Indonesia 2024 (pilpres)," tambahnya.
Ke depan, Denny berharap hasil riset sebaiknya juga dibantah oleh hasil riset.
"Jika hasil riset dibantah oleh somasi hukum, itu akan dikenang oleh sejarah, dan negara demokrasi luar negeri, sebagai, ucapan anak gaul sekarang: 'lebai banget sih elu ini'," demikian Denny.