Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,9 terjadi di barat laut Tahuna, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Jumat (17/11) petang.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir gempa bumi itu terjadi pada pukul 15.14 WIB, dan tak berpotensi tsunami.
Dalam keterangan persnya, BMKG menyatakan berdasarkan laporan masyarakat guncangan dirasakan nyata di Naha, Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan skala MMI V (getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti),.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu di Kabupaten Kepulauan Talaud guncangan dirasakan III-IV MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu - Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi).
Guncangan gempa juga dirasakan hingga Bolaang Mongondow, Manado, Bitung, Tomohon, Minahasa Utara dengan skala III MMI. Skala MMI III didefinisikan Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu) .
"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut," demikian keterangan resmi BMKG, Jumat.
"Hasil pemodelan tsunami dengan sumber gempa bumi tektonik menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," kelanjutan dalam rilis tersebut.
Dalam keterangannya tersebut, BMKG melansir berdasarkan pemutakhiran perhitungan, gempa bumi itu memiliki parameter update magnitudo M 6,8.
"Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 5,50° LU; 125,18° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 228 km Barat Laut Tahuna- Kep.Sangihe-Sulut, pada kedalaman 63 km," demikian keterangan BMKG.
BMKG menyatakan berdasarkan titik episentrum dan kedalaman hiposentrum, itu adalah gempa bumi jenis menengah akibat deformasi batuan dalam slab lempeng cotabato (intra-slab) yang tersubduksi ke bawah Mindanao.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan sesar naik ( thrust fault )," kata BMKG.
BMKG menyatakan hingga pengamatan per pukul 15.32 WIB, hasil monitoring belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).
Lihat Juga : |