Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto meyakini langkah yang diambil AMIN dengan menggaet kelompok Islam konservatif ini adalah langkah yang realistis jika pasangan tersebut ingin masuk ke putaran kedua dalam Pilpres 2024.
Arif menjelaskan langkah AMIN itu juga memang bisa menggerus suara dari kelompok Islam moderat dan liberal. Meskipun, banyak juga kelompok Islam moderat yang masih sejalan dengan narasi pada beberapa poin dalam pakta integritas ulama, terutama terkait LGBTQ.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kata Arif, patut diakui jika kelompok ini tak begitu signifikan dalam mendulang suara, sebab jumlahnya masih kalah dengan kelompok konservatif.
Selain itu, kelompok Islam konservatif juga cenderung lebih loyal dalam menentukan pilihan di Pilpres, ketimbang kelompok Islam moderat dan liberal. Sehingga, kata dia, memegang suara kelompok Islam konservatif lebih menguntungkan.
"Jadi kontradiksi-kontradiksi itu bisa terjelaskan kalau memang target yang saya pikir itu realistis. Target awal adalah masuk ke putaran kedua," kata Arif.
Arif menyatakan AMIN memang harus mengambil sikap suara mana yang menjadi prioritasnya. Menurut Arif, sulit jika AMIN ingin menggaet dua kelompok berbeda sekaligus.
Dia mengatakan kelompok PKB dan NU tidak bulat mendukung AMIN. Sebab, dukungan suaranya terpecah ke Mahfud MD, cawapres dari nomor urut 3.
Terlebih, AMIN juga diusung oleh PKS. Menurut Arif lebih masuk akal jika AMIN memainkan narasi yang sesuai dengan PKS dan kelompok Islam konservatif jika ingin mendulang suara.
"Kekuatan kelompok ini adalah mereka loyal. Kalau dalam pemilu yang jelas bahwa kontestasinya akan dimenangkan oleh jumlah dukungan yang lebih banyak. Ini menguntungkan. Karena mereka punya loyalitas," jelas Arif.
Catatan redaksi: Berita dikoreksi pada 15 Desember pukul 30 WIB, untuk menambahkan keterangan soal poin Revolusi Akhlak dalam pakta integritas yang telah ditanda-tangani pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Poin tersebut mengalami perubahan narasi dari semula yang diajukan oleh Forum Ijtima Ulama.
(yla/pmg)