Agung pun meyakini tidak ada yang kebetulan dalam strategi politik. Menurutnya, jurus kampanye Anies berinteraksi dua arah di TikTok merupakan strategi dari tim AMIN. Namun demikian, ia juga menilai apresiasi dan sambutan yang diperoleh Anies menurutnya tidak terduga dan dapat dikatakan organik.
Oleh sebab itu, Agung menilai baik Prabowo-Gibran atau Ganjar-Mahfud harus mencari jurus baru yang kreatif guna menghadapi 'kecolongan' atas gaya kampanye Anies di TikTok.
"Karena waktunya masih cukup banyak ya. Yang penting, timnya kreatif dan harus lebih inovatif agar bisa menarik perhatian generasi Z, Kpopers, atau segmen pemilih di sana. Karena kalau mereka tidak punya cara-cara yang khas dan sesuai zaman maka, itu bisa tergerus dengan cara Anies," ujar Agung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak jauh berbeda, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai fenomena dukungan terhadap Anies itu membuat PR kedua paslon lain semakin berat dan bertambah.
Selama ini, Adib menilai para paslon sudah cukup apik dalam menggunakan media sosial untuk kampanye. Hanya saya mereka kurang melakukan interaksi dua arah dan terkesan kurang persuasif.
Gebrakan Anies melalui live TikTok itu kemudian dapat menjadi parameter baru untuk menggaet pendukung. Ia pun menilai viralnya Anies di tengah generasi Z dan pecinta idol K-Pop itu membawa pengaruh yang cukup untuk meningkatkan elektabilitasnya di Pilpres tahun ini.
"Segmentasinya tepat dan jelas ya, bagaimana mengkomunikasikan secara persuasif, pengaruhnya saya kira cukup besar," kata Adib kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/1).
Dengan demikian, Adib pun berpendapat fenomena Anies ini tidak hanya menjadi euforia semata, namun akan berkelanjutan, mengingat hari pemungutan suara juga sudah dekat. Namun demikian, Tim Anies menurutnya harus tetap menggenjot strategi kampanye di media sosia agar suara mereka tidak tergerus.
Apalagi dalam hal ini, AMIN membawa slogan perubahan yang dapat menjadi alternatif bagi para pemilih yang bimbang atau apatis serta mereka yang mungkin tidak menghendaki keberlanjutan.
"Euforia ini bukan sesaat menurut saya, apalagi simbol Anies oposisi. Intinya pesan melalui TikTok bisa mengubah persepsi seseorang, karena ini kan perang persepsi," kata dia.
Melihat fenomena Anies yang viral itu, Adib pun berpendapat para generasi Z dan milenial menyukai gaya kampanye yang melibatkan interaksi langsung antara para paslon dengan calon pemilih.
Oleh sebab itu, Adib pun mengimbau agar para paslon juga tidak melupakan kampanye di media sosial dengan cara yang lebih unik dan kreatif.
"Jadi bagaimana memaksimalkan pesan politik melalui media sosial, untuk persuasi politik kepada segmentasi generasi Z dengan desain misalnya kreatifitas. Itu yang saya kira akan dilakukan oleh paslon-paslon yang bakal bertarung. Jadi sangat efektif, selain biayanya murah dan gampang viral," ujar Adib.
(khr/fra)