ANALISIS

PKB Dominan di Jatim, Kenapa Suara AMIN Terseok?

CNN Indonesia
Senin, 19 Feb 2024 11:19 WIB
Kemenangan PKB di Jawa Timur terasa hambar karena pasangan yang mereka usung, Anies-Cak Imin, justru terpuruk di sana. Pakar menjelasakan fenomena ini.
Kemenangan PKB di Jawa Timur dalam pemilihan calon anggota legislatif DPR RI menjadi sorotan. Pasalnya, pasangan yang mereka usung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) justru tak laku. (Arsip PKB Jatim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kemenangan PKB di Jawa Timur dalam pemilihan calon anggota legislatif DPR RI menjadi sorotan. Pasalnya, pasangan yang mereka usung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) justru tak laku.

Quick count Lembaga Survei Indonesia (LSI) mencatat suara PKB di Jawa Timur mencapai 17,97 persen. Mereka menjadi partai dengan perolehan suara terbesar di wilayah tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, hitung cepat Politika Research and Consulting (PRC) mencatat PKB meraih 16,51 persen suara di Jawa Timur. Namun, suara tersebut masih di bawah PDIP.

Perolehan suara PKB ini tak meluber ke pasangan Anies-Cak Imin. PRC menyebut suara pasangan nomor 1 di Jawa Timur hanya 17,2 persen. Kemudian LSI mencatat suara Anies-Cak Imin cuma 18,12 persen.

PRC dan LSI merekam kemenangan telak Prabowo-Gibran di Jawa Timur dengan perolehan suara hampir 65 persen.

Direktur Riset Poltracking Arya Budi mengatakan fenomena ini disebut sebagai split ticket voting. Pemilih PKB tidak serta-merta memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusung partai tersebut.

"Di 01 itu split ticket voting, yaitu pemilih-pemilih PKB itu separuhnya ke 02. Jadi, meskipun semua orang tahu bahwa Muhaimin adalah Ketua Umum PKB, tetapi pemilih PKB itu (pilihan) capresnya memang ke 02," kata Arya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (19/2).

Arya menjelaskan split ticket voting di Anies-Cak Imin terjadi karena dua hal. Pertama, PKB punya caleg-caleg yang bekerja baik, terutama di Jawa Timur.

Caleg-caleg itu mampu menjadi mesin partai dan mendongkrak perolehan suara partai. Di saat yang sama, caleg-caleg itu tidak mampu mengonversi suara pendukung mereka ke kandidat Anies-Cak Imin.

Faktor kedua adalah keterbelahan basis massa Nahdlatul Ulama (NU) di pemilu. Arya mengatakan PKB sebagai partai berbasis NU dirugikan dengan kejadian tersebut.

"Ada 02 juga lumayan ya karena Prabowo juga didukung oleh banyak ulama dan seterusnya," ujarnya.

Faktor Nahdlatul Ulama

Peneliti Charta Politika Ardha Ranadireksa juga menyoroti keterbelahan NU di pilpres kali ini. Meski tak ada sikap resmi dari PBNU, tokoh-tokoh NU tersebar di berbagai kandidat.

Persoalannya, banyak tokoh besar yang merapat ke Prabowo-Gibran. Ardha melihat hal ini menggerus basis suara PKB yang bersandar pada kalangan NU.

"Terlepas bahwa kemudian NU menyatakan secara organisasi, netral dan segala macam. Kecenderungan ke arah pilihan Prabowo itu lebih kuat dibandingkan katakanlah kepada Amin," ujar Ardha saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (19/2).

Faktor lainnya yang menyebabkan Amin tak laku adalah lemahnya manuver Anies. Ardha melihat Anies kurang mendekatkan diri ke para kader PKB.

Padahal, kader-kader PKB terbukti menjadi mesin pemenangan. Hal itu tak berdampak ke Amin karena Anies dinilai tak memanfaatkannya.

"Dengan masa kampanye yang hanya 2,5 bulan, mungkin, saya tentu harus garis bawahi, mungkin Mas Anies ini belum berhasil bonding ya dengan massa PKB di Jawa Timur," ujarnya.



(dhf/fra)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER