Setu Babakan merupakan salah satu situs yang menjadi taman sari budaya Betawi di Jakarta Selatan (Jaksel).
Pada 2022 lalu, Pemprov DKI Jakarta mengubah nama Jalan Setu Babakan menjadi Jalan KH Ahmad Suhaimi di Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jaksel.
Mengutip dari situs Pemkot Jaksel, KH Ahmad Suhaimi dikenal sebagai tokoh ulama berpengaruh di daerahnya yang kemudian memiliki andil dalam berdirinya Masjid Baitul Ma'mur (kini menjadi Masjid Raya Baitul Ma'mur), juga beberapa masjid di sekitar Kelurahan Srengseng.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masjid Baitul Ma'mur dikenal warga sekitar juga sebagai Masjid Betawi. Hal itu tak lain karena masjid tersebut memang penuh nuansa arsitektur bangunan khas Betawi seperti pagar pembatas teras atau langkan, lisplang gigi balang, dan atap.
KH Ahmad Suhaimi selain seorang pemuka agama juga sebelumnya dikenal sebagai pengajar.
Dia awalnya adalah guru sekolah dasar sebelum diangkat jadi PNS di lingkungan Kemenag. Ia kemudian mendapat mandat untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat yang tertarik mendalaminya.
Dikenal sebagai pribadi yang ringan tangan dan juga rajin menyampaikan dakwah di berbagai tingkatan hingga pemerintah, KH Ahmad Suhaimi kemudian dipercayakan sebagai Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Baitul Ma'mur hingga akhir hayatnya pada tahun 1997.
Masjid Baitul Ma'mur merupakan salah satu masjid bersejarah bagi masyarakat Betawi karena merupakan hasil manifestasi akulturasi kebudayaan Betawi dengan agama Islam.
Masjid ini juga menjadi salah satu wahana konservasi dalam rangka mempertahankan corak kebudayaan Betawi di tengah era globalisasi saat ini.
![]() |
Dikenal sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya Betawi di masa kini, Setu Babakan juga menyajikan berbagai sarana hiburan dan pengenalan terhadap kebudayaan asli Jakarta itu baik fisik maupun nonfisik.
Setu Babakan juga menjadi ladang penghasilan warga sekitar seperti budidaya ikan, pemancingan, bercocok tanam, perdagangan, pembuatan kerajinan tangan serta pembuatan makanan khas Betawi seperti dodol Betawi dan Bir pletok.
Menurut Rojali, seorang warga daerah Mangga Bolong yang sering melewati jalan tersebut, mengaku tahu nama jalur itu sudah berubah sejak dua tahun lalu. Dia pun memiliki kesan tersendiri terhadap area Setu babakan.
"Ramai kalau Sabtu-Minggu mah penuh, buat rekreasi sama orang-orang mancing." tambahnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (28/2).