Beberapa dekade setelah Indonesia merdeka, Jaka menuturkan masjid ini sempat 'dibongkar' untuk mengambil senjata-senjata pejuang yang terkubur di sana oleh pemerintah Indonsia.
Jaka mengaku mengetahui pembongkaran itu bukan berdasarkan dokumen atau buku sejarah, tapi dari cerita turun temurun yang dituturkan para orang tua yang tinggal di daerah sekitar masjid.
"Pernah masjid ini dibongkar itu ada kuburannya ada senjatanya. Itu 60-an, 70-an itu dibongkar ditarik dan kuburannya sempat dipindah," jelas dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awal 1990an, ketika kawasan Segitiga Senen mulai bersalin rupa dipenuhi gedung-gedung bertingkat, masjid ini pun sempat 'hampir' digusur pula. Kala itu masjid itu mau dibongkar demi pembangunan apartemen, tapi warga mempertahankannya.
"Tahun 1993 itu nih apartemen mau pembentukan apartemen, mau bikin apartemen mau bongkar ini mau dipindahin masjid ini. Warga senen itu mempertahankan," tutur Jaka.
Upaya penggusuran itu gagal. Perlawanan warga justru berhasil dan semakin membuat kemuliaan masjid ini tersiar ke penjuru negeri.
Pasalnya, usai batal digusur, masjid ini diresmikan sebagai cagar budaya yang termaktub dalam Keputusan Gubernur Nomor 475 Tahun 1993. Kepgub itu menjadi angin segar bagi masjid ini. Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta beberapa kali kerap melakukan pemugaran masjid. G
Pada 1996 pemugaran dilakukan dengan mengganti genteng yang menutupi tiga undakan. Pemugaran kembali dilakukan pada 1997, lantai marmer masjid turut diganti.
Pada 2002, pemugaran diganti dengan mengganti jendela yang berada di dalam masjid. Teranyar, pemugaran kembali dilakukan pada tahun 2020. Meski begitu, pemugaran tetap tidak merombak keaslian dari arsitektur yang dimiliki oleh masjid ini.
"Tapi hanya sebatas renovasi cagar budaya hanya dirapihkan tidak dibongkar tidak diganti, pelestarian. Betul-betul masih awet," ujar Jaka.
Meski kini Indonesia tetap merdeka, Masjid ini masih menebarkan manfaatnya kepada masyarakat Indonesia. Di hari-hari biasa, pengunjung masjid yang mayoritas berasal dari ojek online, supir angkot, pedagang pasar dapat beristirahat di sini.
Tak hanya beristirahat, mereka juga dapat menikmati teh hangat beserta camilan yang selalu disediakan pengurus masjid.
Pada bulan Ramadhan masjid ini tak hanya rutin melakukan kegiatan biasa seperti tarawih atau kajian menjelang buka puasa.
Masjid ini juga rutin melakukan ruqiah, pengobatan hingga buka puasa bersama.
"Tarhib ramadhan itu, kita kajian rutin. Biasanya kita dengan ruqiah massal, atau totok punggung atau bekam itu biasanya," jelas Jaka.
"Selanjutnya ini buka puasa bersama selama ramadhan dari mulai sampai akhir full gratis minimal 200 orang. Biasanya kita langsung makan besar," sambungnya.
(mab/kid)