17 Hari Dirawat Usai Didorong Teman, Siswa SD di Lamongan Meninggal

CNN Indonesia
Jumat, 03 Mei 2024 20:27 WIB
Siswa SD di Lamongan Jawa Timur korban bully tewas usai didorong teman dan didiagnosis mengalami robek di bagian pankreas.
Ilustrasi korban bully siswa SD meninggal dunia di Lamongan Jatim. (iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Seorang bocah kelas 6 SD di Kecamatan Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur (Jatim), berinisial ARS (12) meninggal dunia usai didorong teman sekolahnya. Dia didiagnosis mengalami robek di dalam perut tepatnya bagian pankreas.

Ibu korban, Chresa Sulistiana (35) mengatakan kejadian itu bermula saat anaknya mendapatkan perlakuan bullying dari teman sekolahnya, 19 Februari 2024 lalu. Saat itu, korban mencoba menghindar saat diajak bercanda dengan terduga pelaku. Dia berlari, tapi kemudian pelaku mendorongnya. Badan korban lantas jatuh membentur sudut tangga keramik menuju sekolah.

"Jadi ceritanya, anak saya ini posisinya menghindari temannya itu karena tidak mau diajak bercanda. Dia lari habis itu didorong dan jatuh, ulu hatinya kena benturan undak-undakan (tangga) pinggiran keramik," kata Chresa, saat dihubungi, Jumat (3/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihak sekolah kemudian menghubunginya, mengabari bahwa ARS sedang dirawat di puskesmas akibat terjatuh. Saat Chresa tiba, anaknya sudah mengeluh kesakitan sambil memegang perut.

"Saya tanya ke wali muridnya. Ini anak saya kenapa kok jatuh sampai gini, anak saya megangin perut sambil sesak napas. Terus wali kelasnya bilang, 'biasa mbak anak-anak bercanda'. Saya pikir bercanda kok sampai lihat di perutnya sampai ada goresan luka," ucapnya.

Puskesmas kemudian merekomendasikan agar ARS dibawa ke rumah sakit (ARS). Chresa lalu melarikan anaknya ke RS Muhammadiyah Lamongan. Sementara korban terus mengeluh kesakitan dan sesak nafas.

ARS kemudian dirawat selama beberapa hari di RS Muhammadiyah Lamongan. Dia juga menjalani rontgen dan computerized tomography (CT) scan. Hasil diagnosa dokter menyebut organ pankreas anaknya mengalami robekan.

"Dan setelah di kasih tahu hasil CT scan itu di pankreasnya ada kayak robekan," ucapnya.

Karena luka dan kondisi ARS yang parah, anaknya itu kemudian dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya, 23 Februari 2024. Dokter juga mendiagnosa pankreas korban mengalami robek dan tak bisa berfungsi dengan baik.

"Sementara dari [RSUD dr] Soetomo pun dikasih tahu kalau pankreasnya pecah akibat benturan itu tadi," ucapnya.

Ibu korban mengatakan, ARS tidak bisa makan sama sekali. Urinenya mengeluarkan warna merah dan lambungnya terus menerus mengeluarkan cairan berwarna hijau. Anaknya juga tak bisa menahan buang air besar.

"Anak saya masih bisa ngomong, ngomong lah ke dokter. [Dokter tanya] 'adek kenapa dek bisa kayak gini?', [ARS menjawab] 'itu bu dokter saya didorong sama teman pas waktu melaksanakan upacara'," nelangsa Chresa saat menirukan ucapan anaknya.

Usai 17 hari dirawat di RSUD dr Soetomo, ARS mengembuskan nafas terakhirnya pukul 19.22 WIB, Senin, 11 Maret 2024, atau awal Ramadan lalu.

Chresa begitu terpukul atas kepergian anaknya. Ia menyayangkan mengapa peristiwa ini bisa terjadi. Saat ARS pertama kali mengalami dorongan hingga akhirnya meninggal, dia beberapa kali mempertanyakan kasus ini ke pihak sekolah.

Namun, kata dia, alih-alih mengusut peristiwa ini dan memberikan sanksi ke pelaku, pihak sekolah hanya menyebut peristiwa ini merupakan candaan anak-anak belaka. Pihak sekolah cuma sekali menengok korban saat dirawat di RS Muhammadiyah Lamongan. Serta bertakziah ke rumah ketika ARS meninggal dunia.

"Kok temannya tidak di sanksi dan tidak ditindaklanjuti sama pihak sekolah," kata Chresa bertanya-tanya.

Chresa pun melaporkan kejadian yang menewaskan anaknya itu ke Polres Lamongan. Laporannya pun sudah diterima dengan LP: LP-B/137/V/2024/SPKT/POLRES LAMONGAN/POLDA JAWA TIMUR, Kamis (2/5). Dia berharap mendiang anaknya memperoleh keadilan, dan pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini bertanggung jawab di mata hukum.

"Harapan saya untuk mendapat keadilan, apakah si sekolah memebenarkan bullying begitu sampai meregang nyawa. Kita seorang ibu sampai anak tidak ada, saya masih merasa shock, masih merasa kehilangan. Adai saja anak saya masih ada," tuturnya.

Kasi Humas Polres Lamongan Ipda Andi Nur Cahya mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki kasus ini. Sejumlah saksi-saksi tengah diperiksa.

"Masih dilidik dan pemeriksaan saksi-saksi," kata Andi.

(frd/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER