PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) menyatakan bahwa nilai keberagaman, kesetaraan, dan inklusivitas dalam bingkai meritokrasi, berperan besar dalam perusahaan yang tahun ini genap berusia 111 tahun. Berkat nilai-nilai itu, Sampoerna mampu bertahan menghadapi berbagai tantangan yang dinamis.
Presiden Direktur Sampoerna Ivan Cahyadi mengatakan, keberagaman latar belakang, gender, ras, dan lainnya, telah menjadi hal mutlak di Sampoerna. Menurutnya, perusahaan yang berdiri pada 1913 itu dapat bertahan selama lebih dari satu abad karena memiliki talenta dari berbagai latar belakang, sehingga bisa memecahkan masalah yang juga beragam.
"Kami percaya setiap individu berhak mendapatkan kesempatan yang adil, tanpa memandang gender, ras, agama, atau latar belakang lainnya," kata Ivan di Jakarta, baru-baru ini.
Melansir Laporan Keberlanjutan 2023, persentase perempuan yang mengisi jabatan direktur dan kepala bagian di Sampoerna mencapai 46,03 persen, naik dari posisi 39,06 persen dari tahun 2022. Data itu membuktikan, Sampoerna memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk menempati posisi strategis.
Menurut Ivan, hal itu sejalan dengan Falsafah Tiga Tangan yang mewakili penciptaan nilai bagi para pemangku kepentingan utama, di mana salah satunya adalah para karyawan. Sampoerna berkomitmen untuk terus menciptakan tempat kerja yang inklusif dan beragam, dengan memberi rasa dihargai dan dihormati kepada setiap karyawan.
Bagi Ivan, salah satu contoh penerapan prinsip keberagaman, kesetaraan, dan inklusivitas dalam bingkai semangat meritokrasi adalah perjalanan kariernya sendiri, yang dirintis dari bawah hingga pucuk pimpinan Sampoerna.
"Saya bukan siapa-siapa, bukan dari kalangan mana-mana dan meniti karier dari bawah. Keberagaman di Sampoerna itu mutlak. Perusahaan bisa bertahan 111 tahun karena selalu punya orang yang tepat yang datang dari keberagaman dan kesetaraan," kata Ivan.
Ivan memulai karier di Sampoerna pada 1996 sebagai Management Trainee. Melalui rotasi tugas ke beragam divisi serta berbagai pelatihan, lulusan Universitas Surabaya itu secara bertahap dipercaya menyelesaikan tugas-tugas besar hingga saat ini.
Ivan menjelaskan, Sampoerna menjadi tujuan bagi talenta-talenta PMI dari berbagai belahan dunia untuk mengembangkan diri. Saat ini, banyak talenta PMI yang berkesempatan melihat dari dekat proses bisnis dan praktik kesetaraan, keberagaman dan inklusivitas di Tanah Air.
Pada saat bersamaan, talenta asal Indonesia juga berkarier di sejumlah afiliasi PMI di seluruh dunia. Ivan menjelaskan, Sampoerna membantu memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk mengeluarkan kemampuan terbaik karyawan melalui job rotation hingga pelatihan.
Adapun salah satu talenta Sampoerna yang seangkatan dengan Ivan, yakni Mimi Kurniawan, saat ini dipercaya menjabat sebagai Chief Diversity Officer Philip Morris International (PMI). Hal itu tak terlepas dari keragaman dan kesetaraan di Sampoerna yang bertumbuh seiring semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Konsistensi Sampoerna dalam menerapkan Diversity, Equity, and Inclusion (DEI), telah membuahkan berbagai penghargaan. Salah satunya, Sampoerna berhasil mempertahankan sertifikasi Equal-Salary sejak 2018, yang menjamin kesetaraan upah bagi pekerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama.
"Langkah-langkah ini menegaskan dedikasi kami dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan adil bagi semua," kata Ivan.
Pada tahun ini, Sampoerna untuk ketiga kalinya, kembali dinobatkan sebagai salah satu LinkedIn Top Companies 2024. Penghargaan ini mempertimbangkan beberapa hal, termasuk aspek perkembangan karier, peluang promosi, dan penambahan keahlian baru.
Berkaca dari pengalaman karier pribadi selama 27 tahun di Sampoerna, Ivan menyebut perusahaan juga membantu pengembangan diri melalui beragam pelatihan terkait core skill atau pengembangan dengan pendekatan manajemen kinerja, serta skills for future atau program pembelajaran yang menyediakan sertifikasi dari lembaga eksternal.
Untuk itu, dalam upaya membantu karyawan mengeluarkan kemampuan terbaiknya, Sampoerna berkolaborasi dengan sejumlah lembaga kredibel baik di dalam dan luar negeri. Serupa, karyawan yang tengah mempersiapkan masa purna tugas dapat mengikuti program Holistic Program for Employability (HOPE) yang menyediakan pelatihan mulai manajemen keuangan hingga kewirausahaan.
"Syarat karyawan untuk mengikuti berbagai pelatihan cuma satu, harus lulus," katanya.
Seluruh praktik keberagaman, kesetaraan, dan inklusivitas itu dilakukan Sampoerna dalam semangat meritokrasi.
Prinsip utama praktik meritokrasi Sampoerna, papar Ivan, adalah tidak hanya menilai apa yang dicapai karyawan, tetapi juga bagaimana proses yang dilakukan melalui penilaian atau kalibrasi berjenjang. Sehingga, meritokrasi dipastikan dilaksanakan dengan jelas.
"Meritokrasi itu sudah sehari-hari. Kami berupaya menata bagaimana Sampoerna menjadi lingkungan kerja yang inklusif, tidak memandang latar belakang. Semua punya kesempatan yang sama," lanjut Ivan.
(adv/adv)