Koordinator Forum Air untuk Rakyat atau People's Water Forum (PWF) Reza Sahib mengungkapkan kronologi pembubaran dan deretan intimidasi yang dilakukan salah satu organisasi masyarakat (ormas) di Bali di tengah kegiatan World Water Forum (WWF) ke-10.
Ia menceritakan jauh sebelumnya intimidasi kepada panitia PWF, pembatalan tempat untuk diskusi PWF di Bali sudah berkali-kali dilakukan oleh aparat negara.
"Kita dibungkam dari kemarin, kita diikuti bahkan dari Mei itu setelah pembatalan tempat, kita mulai diintimidasi berbagai pihak. Kita sudah yakini, bisa konfirmasi bahwa itu aparat negara. Tapi juga mereka gunakan ormas," klaim Reza saat ditemui di lokasi acara, di Hotel Oranjje, Kota Denpasar, Bali, Kamis (23/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, selain adanya pembubaran diskusi dan intimidasi ada barang-barang panitia dan peserta yang juga hilang dan beberapa kali didatangi oleh oknum-oknum yang tidak jelas dari mana untuk menghentikan diskusi PWF.
"Barang kita banyak yang hilang dirampas. Kita akan tuntut itu, kita gugat, karena itu juga partisipasi banyak orang. Pekerjaan seniman-seniman dari Bali, luar Bali yang kerjanya sudah dua dan tiga bulan lalu," kata Reza.
"Itu bukan sekedar cerita-cerita, juga banyak barang laptop, handphone, yang kita belum tahu di mana. Berapa kali diserang dan kita nggak tahu siapa yang menyerang, dan itu dibiarkan. Padahal ini acara kita tidak mengundang mereka. Ini acara sudah jelas, pesertanya semua jelas," tambahnya.
Ia juga menyebutkan saat ini masih 'kucing-kucingan' untuk kembali menggelar diskusi PWF tersebut.
"Situasinya sekarang enggak ada jaminan keamanan, kita masih umpet-umpetan. Semua teman-teman kita nggak tahu di mana jadi tercecer di Bali," ujarnya.
Ia menerangkan bahwa peserta diskusi PWF sebenarnya akan dihadiri 130 orang. Namun yang datang sebagian karena adanya pembubaran diskusi dan tempat untuk diskusi diboikot.
Menurut pantauan CNNIndonesia.com di Hotel Oranjje Kota Denpasar, para peserta PWF sudah meninggalkan lokasi acara. Sementara orang-orang yang sebelumnya memblokade akses keluar masuk hotel sudah tak terlihat mendatangi lokasi.
Reza yang juga sebagai Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KRUHA) mengatakan terkait pembubaran diskusi PWF sudah melaporkan kepada pihak kepolisian.
"Tadi saya sebutkan laporan barang hilang, dan ada tiga dan empat (laporan) gugatan. Kita lihat bagaimana Polda-nya, diurusin atau enggak. Yang penting kita udah laporkan. Karena dari kemarin kita catat semua kejadian itu akan kami gugat," ujarnya.
Selain itu melapor polisi, pihaknya juga sudah melapor ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
"Kita tunggu followup-nya, Komnas HAM sudah lapor, pihak lain sudah lapor, banyak pihak yang melapor," imbuhnya.
Sebelumnya, kegiatan The People's Water Forum (PWF) yang dilaksanakan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan aktivis lingkungan dibubarkan oleh puluhan orang dari salah satu ormas.
Tak berhenti pada awal pekan ini, massa dari ormas yang sama pun melakukan aksi serupa pada lanjutan gelaran tersebut di hari selanjutnya.
Bahkan, eks Hakim MK I Dewa Gede Palguna yang menjadi pemateri pun turut diusir sehingga tak bisa masuk ke hotel tempat gelaran forum tersebut pada Selasa (21/5). Selain itu, viral pula Pelapor khusus PBB untuk hak atas air dan sanitasi, Pedro Arrojo Agudo juga diadang massa ormas untuk masuk ke hotel tersebut pada hari yang sama.
Polda Bali menyatakan masih mendalami dugaan upaya pembubaran paksa dan intimidasi oleh ormas terhadap acara dan peserta Forum Air untuk Rakyat (People's Water Forum/PWF).
"Kami masih dalami dan belum tahu pasti apa masalahnya dan siapa-siapa yang miskomunikasi," kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan pada Selasa lalu.