ANALISIS

Pakar: Kasus Bos Rental di Pati Bukti Lemahnya Kepercayaan pada Polisi

CNN Indonesia
Selasa, 11 Jun 2024 11:42 WIB
Tindakan bos rental mengambil mobilnya sendiri dan aksi pengeroyokan terhadap dirinya menjadi indikasi lemahnya kepercayaan publik pada polisi.
Pengusaha jasa rental mobil mengirimkan karangan bunga ke Mapolresta Pati sebagai bentuk dukungan untuk pengusutan kasus tersebut. (Detikcom/Dian Utoro Aji)

Dihubungi terpisah, dosen Sosiologi Universitas Nasional, Sigit Rochadi mengatakan kesadaran hukum masyarakat semakin menurun. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya aksi kejahatan.

Menurut Sigit, meningkatnya kesulitan ekonomi yang dipicu oleh melemahnya perekonomian nasional dan semakin mahalnya bahan pokok, ikut menyumbang angka kejahatan.

"Lambatnya polisi menangani kasus-kasus kejahatan dan berbagai kejanggalan polisi dalam menangani kejahatan juga mendorong masyarakat mengambil jalan pintas," kata Sigit kepada CNNIndonesia.com, Selasa (11/6).

Ia berpandangan bahwa kepuasan masyarakat terhadap kinerja polisi masih rendah. Menurutnya, polisi cenderung merespons kasus ketika masalahnya telah meluas atau menjadi perhatian publik alias viral.

"Emosi publik mudah mencuat jika berhadapan dengan pencurian barang-barang penting yang menjadi andalan anak muda (HP, laptop, motor, dan mobil)," ujar Sigit.

Selain itu, dia turut menyoroti teriakan 'maling' yang menjadi pemicu terjadinya penganiayaan terhadap bos rental mobil berinisial BH dan tiga rekannya itu.

"Emosi yang mencuat ini hanya menunggu faktor picu (trigger) untuk menggerakkan massa melakukan kekerasan. Teriakan 'maling', 'rampok', 'copet', 'jambret', dimaknai sebagai komando untuk menggerakkan massa menyerang sasaran," tutur Sigit.

Sigit mengatakan penyewaan mobil yang berpindah-pindah tangan banyak ditemukan di kota kecil. Mobil menjadi alat pamer seakan-akan penyewa telah berhasil dalam sisi ekonomi.

Dalam kasus ini, kata Sigit, bos rental mestinya menjelaskan persoalan secara baik-baik sebelum mengambil mobilnya sendiri.

"Dalam kasus pemilik rental di Pati Jateng, seharusnya pemilik rental bicara baik-baik dan menjelaskan persoalannya. Dengan menunjukkan bukti kepemilikan, maka pemilik rental akan mudah dipercaya oleh masyarakat di kota kecil yang masih memiliki kepedulian," kata Sigit.

Sementara itu, Kriminolog dari Universitas Indonesia Adrianus Meliala mengatakan laporan kepolisian yang disampaikan warga namun tak ditindaklanjuti oleh aparat, menjadi cerita lama yang terus berulang.

"Soal pelaporan dan respons, ini memang cerita klasik di mana laporan tidak ditindaklanjuti, ditindaklanjuti tapi lama atau tidak secara memuaskan. Wajar kalau pelapor kemudian tidak sabar dan memilih turun langsung," kata Adrianus kepada CNNIndonesia.com, Selasa (11/6).

Adrianus berpandangan bahwa main hakim sendiri merupakan perilaku kelompok. Hal itu dapat dilihat dari sudut psikologi kelompok di mana bisa menghinggapi siapa saja.

Ia menilai pemicu main hakim sendiri itu berasal dari teriakan 'maling' dan juga lemahnya penegakan hukum di masyarakat.

"Karena penegak hukum lemah maka main hakim sendiri marak," kata Adrianus.

Dia menyebut beberapa alasan terkait lemahnya penegakan hukum di masyarakat, yakni kehadiran aparat penegak hukum (APH) belum merata, ketidakmampuan melakukan tindakan tegas karena berbagai pertimbangan, hingga adanya sub-budaya kekerasan di sebagian kalangan.

(pop/pmg)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER