Dilema Warga soal Beach Club: Antara Lapangan Kerja dan Kelangkaan Air

CNN Indonesia
Sabtu, 15 Jun 2024 08:36 WIB
Sejumlah warga di dekat Pantai Krakal di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta dihadapi dilema atas pembangunan beach club ( CNN Indonesia/ Tunggul Damarjati)
Yogyakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah warga di dekat Pantai Krakal di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta dihadapi dilema usai Raffi Ahmad mundur dari proyek beach club.

Ada warga yang berharap proyek tersebut dilanjutkan pembangunannya hingga beroperasi demi lapangan pekerjaan. Di sisi yang lain, ada kekhawatiran tentang berkurangnya ketersediaan air.

Supatmi (46), salah seorang warga setempat mengaku lebih ingin proyek beach club dilanjut hingga beroperasi.

Selama ini, Supatmi membuka usaha warung di sebelah selatan calon lokasi beach club. Dia yakin beach club berpotensi mendatangkan banyak wisatawan.

Di samping usahanya bisa lebih berkembang, warga setempat pun bisa mendapat pekerjaan.

"Seumpama diadakan proyek itu kan bisa menyerap tenaga kerja orang sekitar sini, jadi orang kerja enggak harus ke luar kota," kata Supatmi ditemui di warung kelontongnya, Jumat (14/6).

Supatmi merasa kasihan jika anak-anak muda di wilayahnya menganggur karena ketiadaan mata pencaharian di kampung halaman sendiri.

"Seumpama itu dilanjut, senang sekali," sambungnya.

Sejauh ini, penolakan terhadap pembangunan beach club berasal dari kalangan yang khawatir akan dampak buruk terhadap ketersediaan air. Namun, Supatmi mengatakan selama ini wilayahnya pun sudah sering mengalami kekeringan.

Dengan kata lain, jika proyek beach club tersebut dihentikan, kekeringan juga pasti akan terjadi. Tinggal bagaimana pemerintah daerah setempat mencari solusi.

Selama ini Supatmi mengandalkan sumur bor guna mengatasi kekurangan air. Di lahannya, pengeboran dibutuhkan hingga kedalaman 16 meter sampai mata air bawah tanah ditemukan dan disedot untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Tapi ya itu (solusi pengeboran) cuma pendapat saya saja. Di sini memang daerah kekeringan juga, mungkin pemerintah daerah, gimana caranya ada solusinya juga, menurut saya. Tapi itu tergantung pemda sendiri juga," imbuhnya.

Senada, seorang warga setempat yang enggan disebutkan identitasnya juga sepakat proyek beach club bakal mendatangkan mata pencaharian buat masyarakat setempat.

"Saya lebih setuju jika diteruskan, karena anak-anak yang baru lulus SMA kebanyakan ngelaju ke (Kota) Jogja dan bayarannya enggak seberapa," ungkapnya.

Sementara itu beberapa warga mengaku tak tahu menahu soal proyek tersebut. Ada pula yang khawatir jika sampai kesulitan memperoleh air. Baik karena faktor iklim maupun dampak dari pembangunan beach club ini. Satu di antaranya adalah Tukijo (50).

Tukijo, seorang petani yang tinggal tak jauh di selatan lokasi beach club mengaku selama ini bisa memenuhi kebutuhan air dengan mengandalkan air tanah hasil pengeboran.

"Dulu 25 meter gagal, karena sumbat. Terus pindah baru bisa lagi, ya memang harus ngebor," ucapnya.

Pertanian ubi dan kacang-kacangan miliknya juga bisa bertahan hingga hari ini karena bertumpu pada sawah tadah hujan. Itu pun tak melulu sampai panen, terutama di musim tanam kedua, lantaran musim kemarau keburu datang.

"Soal proyek itu saya enggak tahu ya, tapi kalau semisal (proyek) berdampak ke air, ya jelas khawatir," katanya.

Beach club yang akan dibangun di Gunungkidul adalah rencana kerja sama Raffi Ahmad dengan beberapa pihak, salah satunya investor asal Yogyakarta, Arbi Leo.

Peletakan batu pertama telah dilakukan untuk pembangunan proyek yang dinamai "Resort dan Beach Club Bekizart".

Di bawah naungan PT Agung Rans Bersahaja Indonesia (ARBI), beach club tersebut bakal menjadi yang terbesar di Indonesia. Lokasi beach club rencananya berada di Pantai Krakal, Kapanewon Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Luas tanah untuk beach club tersebut mencapai 10 hektar.

Nantinya juga akan tersedia fasilitas lain di Resort dan Beach Club Bekizart seperti, bekizart villa, spa dan yoga, iconic area, ballroom, hotel, bussines centre, kavling area, sampai restoran.

Belakangan, Raffi Ahmad menarik diri dari proyek atau setelah muncul sebuah petisi di change.org berisi penolakan pembangunan beach club tersebut. Raffi Ahmad menyampaikan hal itu lewat akun Instagram pribadi @raffinagita1717.

Pembangunan beach club mendapat tentangan, salah satunya dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), yang menyebut proyek tersebut berada di Kawasan Bentangan Alam Karst (KBAK) Gunungsewu bagian timur.

Di dalam Permen Nomor 17 tahun 2012 turut menyebutkan Kawasan Bentang Alam Karst adalah kawasan lindung geologi sebagai bagian kawasan lindung nasional. Pemanfaatannya tidak boleh berpotensi merusak kawasan bentang alam karst.

WALHI menilai pembangunan wisata milik Raffi itu berpotensi merusak wilayah batuan karst serta daya tampung dan dukung air. Selain itu, WALHI menyebutkan wilayah KBAK tersebut merupakan zona rawan banjir dan amblesan tinggi.

(kum/bmw)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK