Sementara itu, pemilik toko camilan, Olin (40) mengaku menjual roti Okko sejak lima bulan lalu. Ia mengaku memperoleh roti itu dari seorang sales. Olin bercerita mulanya roti Okko yang dia terima mulanya dalam kondisi bagus.
Namun lama kelamaan, kondisi rotinya menjadi menurun. Penurunan itu tampak pada kemasan roti yang biasanya kembung menjadi kempes. Selain itu, Olin juga mengatakan sales roti yang jarang datang ke tokonya. Oleh karenanya, dia jarang menjual roti tersebut. Olin mengungkap tokonya tak lagi menjual roti Okko sebelum adanya temuan BPOM itu.
"Saya mah udah ada kali dua minggu. Saya juga enggak niat jualannya. (Karena) Dikirimnya lama banget, makanya kan males. Makanya saya juga pesennya enggak banyak," ujar Olin kepada CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Olin menjual roti Okko secara eceran dengan harga Rp2.200. Adapun menurut dia, roti Okko juga tidak terlalu laku di tokonya. Oleh karena itu, Olin lebih fokus menjual roti merek lain, yakni Aoka. Lebih lanjut, Olin semakin yakin untuk tidak lagi menjual roti Okko. Hal itu bertalian dengan temuan BPOM.
"Malah sebelum ada berita ini juga sudah tidak jual Okko. Udah enggak jualan lagi. Udah dua mingguan kayaknya sih. Terus ada kayak gini (temuan BPOM) lagi, ya udahlah," kata Olin.
Pemilik warung, Dea (54) mengaku tak lagi menjual roti Okko lantaran kurang diminati pembeli. Bahkan, Dea tak lagi menjual roti Okko sebelum adanya temuan BPOM belakangan ini.
"Udah lama (tak jual roti Okko) soalnya, jujur ya, lambat orang belinya," kata Dea kepada CNNIndonesia.com.
Lihat Juga : |
Dea bercerita dia turut mencoba roti Okko itu sebelum akhirnya dijual di warungnya. Dea menjual roti Okko dengan harga Rp2.500. Ia menduga roti Okko kurang laku lantaran pembeli lebih memilih roti merek lin yang dia jual dengan harga Rp2 ribu.
Lalu karena roti Okko jarang dilirik pembeli, Dea pun akhirnya mengonsumsi roti tersebut bersama keluarganya.
"Iya. Buat makan aja sendiri, buat bekal anak. (Rasa) biasa sih, enak kok," ungkap Dea.
Adapun Dea dan keluarganya sempat kaget saat mendengar berita perihal kandungan Natrium Dehidroasetat di roti Okko.
"Aku bilang gini ke anak. Pas lihat berita ini kan malam. "Waktu itu kan kita makan"," imbuh Dea.
Di sisi lain, pemberitaan mengenai temuan BPOM ini dinilai turut memengaruhi penjualan pada roti Aoka.
Hal itu diungkap oleh pemilik warung, Murtini (53). Dia mengaku tidak pernah menjual roti Okko. Namun, Ia menilai pemberitaan yang beredar membuat penjualan roti Aoka di warungnya menjadi menurun.
"Cuma biasanya saya sehari dua hari. Ini agak lambat jadinya gara-gara berita itu," beber Murtini kepada CNNIndonesia.com.
Ia menjual roti Aoka secara eceran dengan harga Rp2.500. Murtini mengaku hanya mengambil sedikit untung, asalkan penjualan rotinya terus banyak.
Saking larisnya, Murtini bisa menyimpan stok hingga 4 dus. Namun kini, Murtini mengaku membutuhkan waktu untuk sekadar menjual roti 1 dus. Sempat terbesit niat Murtini untuk mengembalikan roti Aoka itu kepada penjual agen di pasar.
Kendati demikian, niat itu ditahan karena Murtini mengaku membaca berita bahwa roti Aoka dinyatakan tidak mengandung Natrium Dehidroasetat. Kini, Murtini berupaya meyakinkan para pembeli bahwa roti Aoka yang dia jual aman.
"Iya (kecewa) gara-gara berita itu gitu. Gara-gara berita itu jadinya "Oh ini lho roti ini mengandung ini". Saya bilang gini "Berita itu gak bener"," kata Murtini.
Pemilik toko lain, Uus (30) juga mengaku tak pernah menjual roti Okko di tokonya. Namun, ia berpandangan bahwa temuan terkait bahan pengawet belakangan ini turut berdampak pada penjualan roti Aoka.
"(Dulu) Paling lama 3 hari habis, sekarang bisa di atas seminggu," ungkap Uus kepada CNNIndonesia.com, Kamis.
Uus menduga ada persaingan dagang di antara merek roti di balik munculnya isu ini.
"Di sini ada persaingan antara pabrik. Ada pabrik yang ngerasa enggak senang dengan pesaingnya yang laku keras. Jadi ada isu-isu seperti itu lah," kata Uus.
Sementara itu, Uus tetap yakin dan masih terus menjual roti Aoka. Ia menjual roti Aoka secara eceran diharga Rp2.200.
Hal itu turut didukung dengan keterangan dari sales roti Aoka kepada pihak pedagang.
CNNIndonesia.com melihat kadaluarsa salah satu roti Aoka di toko Uus tertulis hingga September 2024. Adapun Uus mengaku tak curiga dengan kadaluarsa roti Aoka tersebut.
"Kalau Aoka enggak curiga saya. Karena saya makan juga," kata Uus.
Uus kembali menegaskan bahwa dirinya tidak pernah mencoba maupun menjual roti Okko.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memutuskan menarik peredaran roti Okko di pasaran usai hasil pemeriksaan menunjukkan roti produksi produksi PT Abadi Rasa Food Bandung itu mengandung Natrium Dehidroasetat.
Dalam keterangan resminya, BPOM mengklaim telah melakukan inspeksi ke sarana produksi roti Okko pada 2 Juli 2024.
Selain itu, BPOM juga melakukan sampling dan pengujian di laboratorium. Hasil pengujian terhadap sampel roti Okko dari sarana produksi dan peredaran menunjukkan kandungan Natrium Dehidroasetat dalam roti tidak sesuai dengan komposisi pada saat pendaftaran produk.
"Terhadap temuan ini, BPOM memerintahkan produsen roti Okko untuk menarik produk dari peredaran, memusnahkan, dan melaporkan hasilnya kepada BPOM," kata BPOM.