Terpisah, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai akar masalah antara PKB dan NU itu ada banyak. Namun, Ujang mengatakan akar masalah terbaru terkait Pansus Angket Haji yang dinilai ingin menguliti Gus Yaqut.
"Itu yang membuat PBNU gerah. Karena (Ketua Umum) PBNU kakaknya Gus Yaqut dan mereka juga kubu Gus Dur dulu. Maka di situlah awal mula perseteruan yang baru ya," ujar Ujang kepada CNNIndonesia.com, Senin (29/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ujang menjelaskan perseteruan lama di antara keduanya adalah terkait kubu Cak Imin dan kubu Gus Dur. Lalu, kembali memuncak pada Pilpres 2024 lalu.
Menurutnya, konflik ini merupakan permusuhan lama yang tersulut kembali oleh pelbagai perjalanan dan dinamika yang berkembang hingga saat ini.
"Kalau di cinta ada CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali), kalau di sini ada PLBK, permusuhan lama bersemi kembali. Permusuhannya terjadi lagi," tutur Ujang.
Ujang menilai konflik keduanya dapat diselesaikan apabila kedua pihak memahami fungsi masing-masing, yakni NU sebagai organisasi masyarakat (ormas) dan PKB sebagai partai politik.
"Jadi saya melihat sih bahwa saling memahami fungsi masing-masing, saling memahami peran masing-masing. Dan saling berbagi tugas, PKB sebagai partai, NU sebagai ormas," kata Ujang.
"Kalau itu dilakukan, saling menghormati, saling berbagi peran, saling berbagi fungsi, ya akan jalan-jalan saja. Tapi karena ini permusuhan lama ya, yang bersemi kembali akhirnya muncul kembali konflik-konflik itu," ujarnya menambahkan.
Di sisi lain, Agung menyebut konflik di level elite dapat menular ke bawah. Agung mengatakan masalah Cak Imin dan Gus Yahya ini sebaiknya diselesaikan secara bijak di belakang layar agar tidak berlarut.
Bahkan, Agung menilai penyelesaian konflik kedua kubu ini sebaiknya menggunakan juru damai.
"Baiknya ada "juru damai" yang bisa menjembatani PKB - PBNU agar "konflik" terbuka ini tak berkepanjangan. Mungkin Jusuf Kalla," kata Agung.
Ia berkata Jusuf Kalla memiliki rekam-jejak mendamaikan banyak konflik.
Selain itu, Jusuf Kalla disebut juga seorang Nahdliyin. Agung menyebut Jusuf Kalla juga merupakan tokoh bangsa yang pernah menjadi wakil presiden selama dua periode.
(pop/fra)