Sekolah Petra Surabaya Diminta Bayar Iuran Keamanan Rp35 Juta/ Bulan

CNN Indonesia
Jumat, 02 Agu 2024 20:27 WIB
Sekolah Petra di Surabaya tengah berseteru dengan warga Manyar, Mulyorejo, Surabaya, karena ditarik iuran uang keamanan sebesar Rp35 juta per bulan.
Sekolah Petra di Surabaya tengah berseteru dengan warga Manyar, Mulyorejo, Surabaya, karena ditarik iuran uang keamanan sebesar Rp35 juta per bulan. (CNN Indonesia/Farid)
Surabaya, CNN Indonesia --

Sekolah swasta yakni SMP dan SMA Petra tengah berseteru dengan warga Manyar, Mulyorejo, Surabaya, karena ditarik iuran uang keamanan sebesar Rp35 juta per bulan.

Kabag Legal Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen Petra (PPPKP) Christin Novianty mengaku menolak iuran yang terus naik. Dampaknya warga sampai menutup satu-satunya akses jalan menuju sekolah.

Christin mengatakan di wilayah setempat sebenarnya ada tiga RW yang membayar iuran keamanan ke bendahara keamanan yang ditunjuk. Yakni RW 4, RW 5 dan RW 7. Namun entah mengapa sekolahnya juga diminta membayar iuran serupa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Petra tidak bayar ke RW. Petra bayar ke bendahara keamanan. Bendahara keamanan ini yang ditunjuk oleh RW 4, RW 5, RW 7 untuk mengatur keuangan keamanan yang disetor masing-masing orang ini," kata Christin kepada awak media, Jumat (2/7).

Christin mengatakan sekolah SMP dan SMA Petra masuk di RW 3. Namun, sekolahnya ternyata dianggap sama dengan RW lainnya, hingga harus membayar iuran.

"Petra sebenarnya ikut RW 3, kita ini domisili aslinya ikut RW 3, karena kita enggak punya jalan untuk masuk ke sekolah, karena RW 3 ini jalannya kecil, makanya melewati RW 4, 5, dan 7," ucapnya.

Iuran itu disebut digunakan untuk membayar 30 sekuriti di lingkungan setempat. Mereka digaji Rp2,5 juta untuk masing-masing orang.

Namun pihak RW atau Bendahara Keamanan tak pernah memberikan laporan pertanggungjawaban. Pihak sekolah pun merasa keberatan dan menolak kenaikan iuran.

Karena menolak, warga kemudian mengancam dan menutup akses masuk sekolah. Hal itu sempat membuat siswa kesulitan masuk sekolah hingga terjadi kemacetan di sekitarnya.

"Siswa diturunkan di jalan, jadi jalannya jauh, berapa kilometer saya kurang tahu, dan itu kan makin menimbulkan kemacetan, karena menurunkan aja butuh effort yang lebih," katanya.

"Mereka masuknya juga agak terlambat sekolah, akhirnya pada saat penutupan pertama kali, proses pembelajaran pertama kali akhirnya mundur," ucapnya.

Mereka pun mengadukan polemik ini ke Komisi C DPRD Surabaya. Di tengah berjalannya rapat dengar pendapat, ternyata pihak RW walkout. Keputusan pun deadlock.

Wakil Wali Kota Surabaya Armuji juga sempat berusaha menengahi perseteruan ini. Saat itu sekolah dan warga adu mulut. Hasilnya lagi-lagi nihil. Tapi dengan viralnya kasus ini, pihak warga ternyata tak lagi menutup akses masuk sekolah.

"Dan memang besar harapan kita memang tidak ada lagi lah penutupan jalan. Sejauh ini masih dibuka, dan semoga dibuka lagi dan tidak ada lagi penutupan jalan ini," pungkasnya.

(frd/isn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER