Agung berpandangan skema KIM plus ini sebagai upaya menjegal Anies maju di Pilkada Jakarta. Terlebih lagi, jika PKS, NasDem dan PKB tergiur dengan janji politik koalisi KIM untuk terlibat dalam pemerintahan lima tahun ke depan.
Kemungkinan gerbong Anies bubar bisa terjadi mengingat mantan Gubernur DKI itu bukan kader partai manapun. Dengan status Anies tersebut, partai-partai pendukungnya di Pilpres 2024 lalu, masih terbuka berbalik arah. Termasuk PKS yang telah menyatakan dukungan lisan dan tertulis.
"Kalau misalkan tidak ada alasan kuat bagi PKS untuk 'mem-PKS-kan' Anies, ya buat apa dukung Anies? Karena mereka harus berkorban 5 tahun atau tidak mendapat porsi dan posisi di kabinet kan. Saya kira agak susah melewatkan atau mengabaikan tawaran ini begitu saja," kata Agung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agung menilai Golkar pasti memiliki kalkulasi yang matang ketika mencalonkan RK. Baginya, untuk maju di Pilkada Jakarta bukan cuma sekadar jadi penggembira, melainkan untuk menang. Terlebih, Jakarta sebagai provinsi yang selama ini diidentikkan sebagai barometer politik nasional.
"Karena mempengaruhi konstelasi politik secara nasional juga, jadi itu yang kemudian membuat akhirnya Golkar rasional dan realistis Untuk memajukan nama RK," ujarnya.
Lihat Juga : |
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah melihat ada tangan-tangan kekuasaan yang berkeinginan supaya Jakarta tak jatuh ke tangan Anies.
Baginya, rivalitas Pilpres 2024 di kubu Prabowo masih terbawa hingga jelang kontestasi Pilkada Jakarta.
"Juga satu-satunya orang pesaing ketatnya di Jakarta adalah Anies Baswedan. Rivalitas masih muncul. Tentu Jokowi juga saya kira menginstruksikan agar Jakarta tidak sampai lepas dari kelompok-kelompok pemenang Pilpres. Itulah sebabnya kemudian apapun yang terjadi Jakarta harus dikuasai oleh KIM," kata Dedi.
Dedi mengatakan salah satu cara melawan Anies adalah memborong dukungan partai politik. Sehingga, praktis hanya KIM plus yang nantinya bisa mengusung kandidat.
"Meniadakan Anies Baswedan dari kontestasi dengan dalam tanda kutip ya memborong atau membeli semua partai politik," ujarnya.
Lihat Juga : |
Indikasi lain dari intervensi kekuasaan adalah sikap Golkar. Dedi melihat Golkar dalam situasi tertekan sehingga mau tidak mau harus mengikuti kebutuhan mitra penguasa, bukan kebutuhan Golkar.
Jika ingin realistis, Dedi menilai Golkar idealnya mendorong RK maju di Pilkada Jawa Barat ketimbang Jakarta. Sebab, peluang besarnya lebih unggul ketimbang di Jakarta jika di saat bersamaan Anies maju Pilkada.
Di sisi lain, jika RK ke Jabar praktis tak ada tokoh dari KIM yang punya elektabilitas kuat untuk menantang Anies. Hal ini bisa jadi salah satu pemicu RK terus didorong maju ke Jakarta.
"Tekanan yang datang ke Golkar saya kira tidak ringan... Yang menjadi masalah adalah di KIM tidak ada tokoh. Ahmad Riza Patria yang seharusnya punya elektabilitas yang bagus, hanya tinggal menunggu konsolidasi di tingkatan koalisi faktanya justru degradasi Di Tangsel. Kemudian tokoh-tokoh seperti Rahayu Saraswati juga tidak terbukti mampu untuk lebih unggul bahkan dari Riza Patria," kata Dedi.
"Ini yang membuat kemudian ada semacam Koalisi Indonesia Maju ini frustasi untuk menentukan siapa yang akan menghadapi Anies Baswedan," imbuhnya.
(fra/rzr/fra)