KRONIK

Catatan Kritis Kampus Merdeka: Benarkah Solusi Pengangguran Terdidik?

CNN Indonesia
Jumat, 09 Agu 2024 09:55 WIB
Sejumlah persoalan dialami mahasiswa yang mengikuti program magang besutan Nadiem Makarim. Lulusannya pun tak serta merta dapat kerja.
Sejumlah persoalan dialami mahasiswa yang mengikuti program magang besutan Nadiem Makarim. Lulusannya pun tak serta merta dapat kerja. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)
Jakarta, CNN Indonesia --

Joy kewalahan mengikuti program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Dia harus membuat konten dan kegiatan pemasaran di media sosial untuk sembilan merek, namun minim bimbingan mentor di tempat kerja.

"[Ini seperti] eksploitasi anak magang," kata mahasiswa yang tak ingin disebutkan nama aslinya itu kepada CNNIndonesia.com, Jumat (2/8).

Kegiatan magang ini salah satu bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Program itu memungkinkan mahasiswa magang di dunia industri dan dapat dikonversi menjadi nilai. Enam bulan magang itu setara dengan nilai untuk 20 Satuan Kredit Semester (SKS).

Joy mengikuti program magang MSIB angkatan ketiga. Dia magang di salah satu startup digital multi-brands yang bergerak di bidang penyajian makanan dan minuman (food and beverages/FnB) di Tangerang Selatan pada 2022.

Mahasiswa yang mengambil program studi Ilmu Komunikasi itu mendapat posisi magang sebagai marketing communication (marcom) di startup tersebut.

Awalnya dia berharap bisa menambah pengalaman sebelum benar-benar masuk ke dunia kerja. Namun magang yang dia ikuti tak seperti yang dibayangkan.

Dia merasa keberatan dengan beban kerja yang diberikan. Sama seperti karyawan yang digaji oleh perusahaan tersebut, dia bekerja dari pukul sembilan pagi hingga enam petang pada Senin sampai Jumat. Bedanya, dia tidak diberi upah.

"Ternyata pas magang, aku sama temen-temenku ngerasain banget, kita beneran dijadiin buruh gratis karena kan mitra enggak ngegaji kita ya, itu pure dari Kemendikbud," ucap dia.

Selama magang, dia bersama tim divisi harus mencari ide dan membuat konten sendiri. Sementara, mentor dari perusahaan yang ditugasi untuk membimbing mereka, kata Joy, lepas tangan.

Padahal, menurutnya, mentor mahasiswa magang mendapat honor dari Kemendikbudristek Rp7 juta per bulan.

"Tugas aku tuh bikin konten dan campaign ya tapi proses acc (accord/persetujuan) kerjaannya tuh susah banget karena mentor aku (leader marcom) itu kayak suka ghosting gitu deh hilang-hilangan, dan anak magangnya beneran dilepas banget, enggak diarahin apapun," ujarnya.

Berdasarkan publikasi Kemendikbud di laman resminya, tertuang aturan bahwa honor mentor yang diberikan pemerintah yaitu Rp300 ribu per jam dan maksimal Rp7 juta per bulan.

Namun aturan itu berubah sejak awal 2023, honor mentor ditiadakan hingga sekarang.

"Ini sudah tidak berlaku sejak 2023," kata Kepala Program MSIB, Wachyu Hari Haji kepada CNNIndonesia.com. Dia enggan menjelaskan alasan honor mentor dihapus pada tahun lalu.

Berbeda dengan honor mentor, mahasiswa magang mendapat bantuan biaya hidup (BBH) dari Kemendikbud mulai Rp1,2 juta hingga Rp2,8 juta per bulan.

Tercatat sebanyak 27.952 mahasiswa dari 648 perguruan tinggi mengikuti program magang MSIB angkatan ketiga. Dengan jumlah itu, pemerintah diperkirakan menggelontorkan anggaran untuk bantuan biaya hidup mahasiswa magang angkatan tersebut antara Rp33,5 miliar hingga Rp78,2 miliar.

Menurut Joy, pembayaran bantuan tersebut diberikan setiap tiga bulan sekali. Dengan skema pembayaran tersebut, dia harus merogoh kocek pribadi untuk biaya transportasi bolak-balik ke tempat magang.

"Masalah uang saku sih itu lama banget turunnya, 2-3 bulan sekali. Jadi pakai uang pribadi dulu," ucapnya.

Menurutnya, jumlah mahasiswa magang di perusahaan itu lebih banyak daripada total karyawannya.

"Jadi mereka memberdayakan anak magang. Mereka hire banyak banget [anak magang]," katanya.

Joy mengungkapkan mahasiswa magang lainnya ada yang menanggung beban kerja lebih berat. Mereka berada di posisi desainer dan Key Opinion Leader (KOL).

"Apalagi anak design [capek banget]. Mereka harus stay di kantor kalo lembur," ucapnya.

Ketika Joy mengakhiri program MSIB, dia merasa tak puas dengan hasil kerjanya untuk dimasukkan sebagai portofolio.

"Karena mentornya makan gaji buta, kita jadi enggak ada portofolio yang bagus," keluhnya.

Kini dia telah lulus kuliah namun tak yakin segera mendapatkan pekerjaan meskipun sudah mempunyai pengalaman magang selama setengah tahun.

Dia berharap Kemendikbudristek memonitor dan mengevaluasi ketat perusahaan yang menjadi mitra MSIB. Dia berharap tak ada lagi mahasiswa yang diperlakukan seperti dirinya oleh mitra MSIB.

"Kemdikbud tuh harusnya evaluasi, harus mantau, kasih lah kita ruang feedback dari apa yang kita rasain pas magang. Kita kasihan sama angkatan selanjutnya," ucap dia.

Tempat Joy magang, Malam Minggu Group menanggapi sejumlah keluhan, termasuk beban kerja yang dianggap berlebihan.

Bos Malam Minggu Group, Michael Kusuma menilai beban kerja yang diberikan kepada mahasiswa masih sesuai ketentuan. Sebab, kata dia, program MSIB memang mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja.

"Mungkin teman-teman mahasiswa agak kaget dengan dunia kerja ternyata enggak kayak dunia kampus," kata Michael ketika ditemui di kantornya, Ruko Savia, Nusa Loka BSD, Kota Tangerang Selatan, Kamis (8/8).

Perusahaan yang berdiri sejak 2018 ini menjadi mitra program MSIB pada 2022 hingga 2023. Saat itu mereka menampung 55 mahasiswa magang pada angkatan ketiga. Sementara total karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut berjumlah 30 orang.

Michael menjelaskan setiap mahasiswa diberikan bimbingan oleh mentor. Mentoring itu disesuaikan dengan divisi masing-masing, termasuk bagian marketing communication.

"Sesi mentoring pasti ada. Tujuh mahasiswa dipegang satu mentor. Biasanya kami online dan offline," katanya.

Michael pun membenarkan bahwa setiap mentor mendapatkan honor dari pemerintah. Namun dia tak menyebutkan jumlahnya. "Kalau enggak salah pernah ada (honor mentor)," ujarnya.

Di tengah keluhan tersebut, menurut Michael, hasil kerja mahasiswa cukup baik selama mengikuti magang. Hanya saja, dunia kerja dan kampus jauh berbeda.

Biaya hidup terlambat

Priska, peserta MSIB angkatan 6 tahun 2024 terbilang lebih mujur. Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu magang di sebuah toko waralaba di Jakarta.

Dia tidak mempunyai masalah dengan mitra MSIB tempatnya magang. Namun, bantuan biaya hidup yang harus dia dapatkan kerap telat pembayarannya. Imbasnya, dia harus mengeluarkan uang dari sakunya untuk sementara hingga dana tersebut cair.

"Paling kendalanya kalo upload bukti mobilisasi, terus upload laporan akhir kemarin juga ada beberapa yang lama di-acc-nya jadi nunggu sertifikatnya lama," kata Priska.

"Mungkin permasalahan turun BBH," imbuhnya.

Priska ikut magang MSIB saat mengampu kuliah semester delapan. Dia menjalani kegiatan magang itu sambil mengerjakan skripsi.

Program MSIB ini sebenarnya sudah bisa diambil dari semester enam. Namun saat itu, kampusnya melakukan kesalahan dalam menyediakan berkas administrasi.

Dia juga tidak bisa mengikuti MSIB di semester tujuh lantaran harus mengikuti program magang wajib mengajar dari kampus. Sebab, program studi yang diambil Priska adalah Pendidikan IPS.

Oleh sebab itu dia harus memecah konsentrasinya di semester delapan untuk magang. Tantangan lainnya, dia harus mempelajari hal baru di tempat magangnya. Sebab, penempatan posisi yang diterimanya tidak berkaitan dengan program studi yang diampunya.

"Aku di SOP Operation. Aku jobdesk-nya buat materi sosialisasi SOP (PPT), bikin bank soal dari SOP tersebut sama bikin text to voice buat voice over di website SOP-nya," ucap dia.

"Aku pikir kita bakalan diajarin cara buat dan nyusun SOP-nya. Tapi ternyata enggak. Tapi lumayan aku jadi ada pengalaman kerja di luar bidang pendidikan," kata mahasiswa calon guru tersebut.

Hampir di setiap angkatan, permasalahan terkait MSIB ini selalu ada. Terbaru, Kemendikbudristek mengubah jadwal pelaksanaan MSIB menjadi mundur. Hal ini membuat mahasiswa ketar-ketir karena takut mengganggu mata kuliah yang harus diambil di semester berikutnya, seperti skripsi.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim memberi sambutan pada perayaan puncak Hari Guru Nasional (HGN) 2023 dengan tema Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim memberi sambutan pada perayaan puncak Hari Guru Nasional (HGN) 2023. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)

Penjelasan Kemendikbud

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) diluncurkan oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim pada 2020. Adapun MSIB sendiri diluncurkan pada 2021.

Magang dalam program ini diawasi langsung oleh Kemendikbudristek selama satu semester untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang praktik kerja di industri yang diminati mahasiswa.

Salah satu ketentuannya yaitu, mahasiswa diharapkan menjalani program secara penuh waktu (fulltime) dan berkomitmen menyelesaikan MSIB hingga selesai.

Jumlah mahasiswa peserta magang MSIB selalu bertambah setiap angkatan. Pada angkatan pertama 2021 tercatat 13.272 mahasiswa, kemudian meningkat pada angkatan ketiga sebanyak 27.952, lalu 47.984 mahasiswa magang MSIB angkatan keenam 2024.

Nadiem mengklaim MSIB bukan program magang biasa. Dia menyebut mitra industri yang menjadi rekanan MSIB adalah perusahaan dan organisasi kelas dunia yang sudah terjamin kredibilitasnya, sehingga mahasiswa mendapatkan bimbingan (mentoring) dari para ahli yang berpengalaman.

"Ketika kami meluncurkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), saya berpesan kepada para mahasiswa untuk menghadapi tantangan di lautan dunia nyata," kata Nadiem Sosialisasi Program MSIB Angkatan 3 secara daring, Selasa (31/5/2022).

Baca halaman berikutnya: Mitra Eksploitatif Tak Akan Dilibatkan Lagi

Mitra Eksploitatif Tak Akan Dilibatkan Lagi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER