KRONIK

Catatan Kritis Kampus Merdeka: Benarkah Solusi Pengangguran Terdidik?

CNN Indonesia
Jumat, 09 Agu 2024 09:55 WIB
Sejumlah persoalan dialami mahasiswa yang mengikuti program magang besutan Nadiem Makarim. Lulusannya pun tak serta merta dapat kerja.
Mahasiswa mengikuti orientasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Wachyu Hari Haji menjelaskan salah satu latar belakang MSIB yaitu memberikan pengalaman mahasiswa di dunia industri sebagai bekal setelah lulus. Harapannya, jumlah pengangguran terdidik menjadi berkurang.

"MSIB ini sebenarnya dasarnya itu melihat banyak pengangguran terdidik. Alumni-alumni dari perguruan tinggi yang belum bekerja. Waktu itu memang ketemu dengan praktisi-praktisi dengan pengusaha kita diskusi masukannya adalah pengennya itu mahasiswa belajar langsung di industri aja dengan cara magang," ujar Wachyu.

Dia mengatakan mitra yang ingin melakukan kerja sama dalam program MSIB diseleksi secara ketat. Setiap perusahaan yang ingin menjadi mitra harus mempunyai skema kegiatan apa saja yang akan diberikan kepada mahasiswa magang.

Setelah itu, kata dia, skema tadi akan ditinjau ulang oleh praktisi atau dosen yang ditunjuk. Lalu, dinilai apakah kegiatan yang akan diberikan kepada mahasiswa magang itu bisa direkognisi ke 20 SKS.

"Kalau sudah [memenuhi kriteria] baru diumumkan perusahaan-perusahaan mana yang jadi mitra atau yang menerima magang buat mahasiswa," katanya.

Wachyu mengatakan seleksi yang ketat harus dilakukan terhadap mitra.

Dia tidak mau mahasiswa magang hanya disuruh membuat kopi atau teh saja, sedangkan ilmunya tidak diterapkan. Dia pun mengingatkan agar mahasiswa bisa belajar dan beradaptasi dengan dunia industri.

"Mahasiswa pada saat magang kadang berpikir kalau dia kuliah. Jadi dia di sana magang tapi berpikirnya kuliah. Kalau kuliah kan metodenya ketemu dosen terus diajarin. Tapi kalau saat kerja kan enggak bisa gitu. Mahasiswa mindset-nya belum berubah, itu yang membuat mahasiswa ngerasa enggak adil," tuturnya.

Wachyu tak menampik ada beberapa temuan mitra yang memberikan penugasan berlebihan terhadap mahasiswa magang. Dia menyebut mitra yang melakukan hal tersebut dipastikan tidak akan dilibatkan dalam MSIB berikutnya.

"Saya tidak menampik ada juga yang bener-bener mahasiswa ada kesan eksploitasi karena ada juga perusahaan yang terpaksa kita alihkan kerja samanya," kata Wachyu.

"Misal MSIB 5 ada laporan kayak gini gini akhirnya kita kumpulkan mahasiswanya setelah itu kita kumpulkan mitranya dan kita putuskan kita enggak mau kerja sama lagi. Bahasanya bukan diberhentikan ya, tapi bahasanya sudah habis enggak boleh ikut lagi, jadi MSIB berikutnya kita enggak libatkan," imbuhnya.

Onboarding Kampus MerdekaMahasiswa mengikuti orientasi Kampus Merdeka. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Terkait keterlambatan pencairan bantuan biaya hidup, Wachyu mengatakan ada beberapa hal yang menyebabkan hal itu terjadi. Menurutnya, mekanisme pencairan BBH tidak bisa dilakukan sekaligus terhadap semua mahasiswa.

Belum lagi, kata Wachyu, permasalahannya kerap kali ada di data yang diinput oleh mahasiswa. Dia mengatakan banyak temuan bahwa rekening yang didaftarkan sudah tak aktif.

"Proses di pemerintahan kan ada tahapan yang harus dilalui dan tahapan-tahapan itu harus diikuti. Misal ada pencairan dana hidup untuk banyak mahasiswa itu kan prosesnya enggak cuma sekali karena kan pencairan itu modelnya gelondongan," ujar Wachyu.

"Jadi misalnya 1.000 mahasiswa diproses cuma kadang kan ada satu masalah entah nomor rekeningnya enggak aktif," ujar dosen Binus University itu.

Diklaim lebih cepat dapat kerja

Terlepas dari semua itu, Wachyu mengklaim program MSIB sudah mulai membuahkan hasil untuk mengurangi pengangguran terdidik. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh pihaknya, mahasiswa yang baru lulus kuliah (fresh graduate) menjadi lebih cepat mendapatkan pekerjaan.

Sebelum ada program MSIB, kata Wachyu, rata-rata fresh graduate mendapatkan pekerjaan setelah empat bulan dinyatakan lulus. Sementara itu, Wachyu menyebut kini fresh graduate rata-rata mendapat kerja setelah 1-3 bulan usai lulus.

Dia juga mengeklaim fresh graduate alumni MSIB rata-rata mendapat upah lebih tinggi karena dianggap sudah mempunyai kompetensi mumpuni.

"Gajinya mereka juga ternyata lebih tinggi dari rata-rata nasional baru bekerja jadi kalau alumni baru bekerja itu pada saat penerimaan gaji pertama itu biasanya enggak 100 persen. Nanti ada UMP 80 persen karena statusnya masih baru atau training," ujarnya.

"Mahasiswa yang ikut program ini malah lebih dari UMP rata-rata gajinya. Ini ada peningkatan dan hasil signifikan makanya program ini terus didorong," imbuhnya.

INSERT - Kampus Merdeka Kurangi Pengangguran?INSERT - Kampus Merdeka Kurangi Pengangguran? (CNN Indonesia/Agder Maulana)

Alumni MSIB sulit dapat kerja

Klaim Wachyu terbantahkan oleh pengalaman alumni program MSIB. Uli, bukan nama sebenarnya, mengikuti MSIB angkatan 3 atau 2022 di salah satu startup di Jakarta.

Selama magang, dia ditempatkan di divisi marcom. Seperti mahasiswa lainnya, saat itu Uli magang selama kurang lebih enam bulan. Perempuan asal Medan itu kemudian lulus akhir 2023. Hingga saat ini dia belum mendapatkan pekerjaan tetap.

Uli merasa kesulitan memperoleh pekerjaan. Meskipun dia berkali-kali mengirim lamaran ke beberapa perusahaan.

"Kalau kesulitan mencari kerja jujur iya, apalagi di kota gede kayak Jakarta ini dan aku yang sebagai perantau ngerasain banget nyari kerja di Jakarta susah banget," ujarnya.

"Menurutku enggak ngaruh banget meski sudah pernah join MSIB jadi makin mudah dapet kerja, he-he-he balik lagi ke individunya masing-masing sih," imbuhnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS), jumlah pengangguran terbuka lulusan universitas pada Agustus 2020 sebanyak 999.543 orang.

Jumlah pengangguran lulusan universitas memang mengalami penurunan pada 2021. Per Agustus tahun itu, BPS mencatat 884.769 pengangguran lulusan universitas. Pada tahun 2021 inilah program MISB pertama kali diselenggarakan.

Jumlah pengangguran lulusan universitas ini kembali turun per Februari 2022 menjadi 673.485 orang. Namun, kembali bertambah pada Agustus 2022 menjadi 753.732 orang.

Per Februari 2023 kembali mengalami kenaikan jumlah pengangguran lulusan universitas menjadi 787.973 orang. Kemudian, per Agustus 2023 jumlahnya mengalami kenaikan menjadi 871.860.

Jika dikonversi ke dalam persentase, pengangguran lulusan universitas masih menyumbang 12,12 persen dari total jumlah pengangguran terbuka secara umum yakni 7.194.862 orang.

Catatan kritis pakar pendidikan

Pakar Pendidikan dari Universitas Negeri Semarang (Unes) Edi Subkhan menilai program MBKM, termasuk MSIB secara konsep sudah cukup bagus. Salah satunya mempermudah mahasiswa mendapatkan tempat magang karena disediakan wadahnya oleh Kemendikbudristek.

Namun, dia memberikan sejumlah catatan terkait implementasi program tersebut. Pertama, Edi menilai program magang ini akan menambah kompetensi praktis mahasiswa. Namun, di sisi lain juga berpotensi mengurangi kompetensi akademis, salah satunya riset.

Edi menjelaskan tidak semua mata kuliah bisa digantikan dengan praktik magang. Dia mengingatkan hakikat pendidikan bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan.

"Ada berapa kompetensi atau mata kuliah yang tidak dipelajari dengan baik dan akhirnya hasilnya tidak bisa memuaskan untuk menunjang kompetensi mahasiswa tersebut," kata Edi.

"Mahasiswa itu kemudian punya perspektif kuat terkait kerja, tapi kemudian lemah terkait riset," imbuhnya.

Kedua, banyak mahasiswa yang magang tidak sesuai dengan prodi yang diambilnya. Edi memahami, hal ini bisa membuat mahasiswa mendapatkan pengetahuan lain di luar prodinya.

Namun, hal itu juga menyebabkan ilmu yang seharusnya dipelajari dalam mata kuliah di prodi mahasiswa jadi tertinggalkan.

Selain itu, dia juga menyebut tugas dosen menjadi bertambah. "Peran dosen jadi harus mengelola program ini dan jadi makin banyak perannya," ucapnya.

"Misalkan jadi pendamping, masukkan data, dan itu terseparatisasi, jadi kayak turunin ke data ini, jadi banyak terkait itu. Kalau yang paling krusial, ya yang tadi terkait penempatan mahasiswa di tempat yang enggak sesuai itu jomplang," imbuhnya.

Ketiga, masih ada program MBKM yang sulit untuk diakses oleh sebagian kalangan dengan kemampuan finansial sulit. Salah satunya program MBKM terkait Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA).

IISMA merupakan skema beasiswa dari Kemendikbudristek untuk mendanai mahasiswa Indonesia yang ingin belajar selama satu semester di universitas ternama di luar negeri. Namun, untuk mengikuti itu ada beberapa syarat yang membutuhkan modal tak sedikit, seperti tes TOEFL.

Edi berharap pemerintah mempunyai solusi alternatif untuk mahasiswa dengan finansial sulit agar bisa juga mengikuti program tersebut.

"Kalaupun kampus menyediakan dana kemudian peminatnya banyak, maka harus ada sistem seleksi yang berlapis, misalnya satu, seleksi tingkat intelektualnya dan kalau memang sudah tersaring kan diterima. Nah, mungkin itu yang harus dibiayai dari kampus," ujarnya.

(yla/pmg)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER