Polrestabes Semarang Ungkap Hasil Visum Kematian Dokter PPDS Undip

CNN Indonesia
Jumat, 16 Agu 2024 16:20 WIB
Tim Kemenkes yang datang ke Polrestabes Semarang dipimpin Irjen Kemenkes Murti Utami dan Inspektur Investigasi Valentinus Rudy Hartono.
Ilustrasi. FK Undip sedang disorot terkait dugaan bullying yang menjadi salah satu faktor salah satu mahasiswi PPDS bunuh diri. (CNN Indonesia/Damar)
Semarang, CNN Indonesia --

Polrestabes Semarang mengungkap hasil visum kasus kematian Aulia Risma Lestari, mahasiswi calon dokter spesialis anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip).

Hasil visum diungkap kepada Tim Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat mendatangi Mapolrestabes Semarang , Jumat (16/8).

Tim Kemenkes yang datang ke Mapoolrestabes Semarang dipimpin Irjen Kemenkes Murti Utami dan Inspektur Investigasi Valentinus Rudy Hartono.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka langsung menggelar pertemuan dengan Kapolrestabes Semarang Kombes Polisi Irwan Anwar dan Kasat Reskrim Kompol Andika Dharma Sena.

Irwan mengatakan tim Kemenkes datang ke kantornya untuk berkoordinasi dalam penyelidikan dan investigasi kasus kematian Aulia yang diduga melakukan aksi bunuh diri pada Senin (12/8) lalu.

Irwan mengatakan kepada tim Kemenkes, pihaknya membeberkan hasil visum yang menunjukkan korban meninggal akibat lemas. Sementara apakah kematian itu berkaitan dengan dugaan overdosis obat nyeri yang disuntikkan korban ke tubuhnya, Irwan menyebut baru diketahui dari hasil autopsi.

Sejauh ini, katanya, proses autopsi tersebut belum mendapat izin dari pihak keluarga korban.

"Hasil visumnya sih mati lemas, tak ada tanda kekerasan dan penganiayaan. Soal bunuh diri, belum tentu juga karena bisa juga karena lalai diri sendiri menyuntikkan obat nyeri melebihi aturan. Masih kita dalami," ujar Irwan usai pertemuan dengan tim Kemenkes tersebut di Mapolrestabes Semarang.

Terkait soal dugaan perundungan atau bully yang menjadi salah satu faktor bunuh diri korban, Irwan menyebut sampai saat ini belum mendapat petunjuk ke arah itu baik dari saksi maupun bukti.

"Sampai saat ini belum ada ke arah itu. Butuh saksi dan alat bukti. Kalau memang ada bully-an dan perundungan pasti akan langsung kita proses hukum," kata Irwan.

Sementara itu, dari pihak Kemenkes yang datang ke Mapolrestabes Semarang--baik Irjen Murti maupun Valentinus Rudy-- enggan memberikan komentar dan menyerahkannya kepada Kapolrestabes Semarang.

"Masih pendalaman. Satu pintu saja ke pak Kapolrestabes. Kita sudah koordinasi dan sikapnya sama," kata Valentinus Rudy.

Dekan sebut korban sempat konsul ke BKMF

Sementara itu dari pihak Dekanat FK Undip menyatakan Aulia--mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) program studi (Prodi) Anestesi-- beberapa kali tak masuk kuliah karena izin sakit.

"Tercatat beberapa kali mengajukan surat ijin karena sakit, namun soal persentase kehadirannya saya tidak tahu persisnya," ujar Dekan Fakultas Kedokteran UNDIP Yan Wisnu Prajoko di Semarang, Jumat ini.

Yan juga menyebut bahwa Aulia beberapa kali datang ke Badan Konsultasi Mahasiswa Fakultas (BKMF) untuk curhat dan sharing terkait permasalahan dirinya dengan orang tua soal studinya.

"Pernah beberapa kali datang konsultasi ke BKMF soal progres studi dan komunikasi dengan orang tua. Tapi, detailnya bagaimana, saya tidak begitu tahu. Sama seperti mahasiswa lain," kata Yan.

Dari buku harian yang ditemukan di kamar kos, Aulia sempat curhat yang disampaikan lewat tulisan tangan di mana dirinya sudah tidak kuat menjalani studi Calon Dokter Spesialis Anestesi di Fakultas Kedokteran Undip.

Selain buku harian, polisi juga mendapati tiga luka bekas suntikan di punggung telapak tangan dan cairan sisa obat nyeri saraf kejepit.

Disclaimer Kesehatan Mental - rev1
(dmr/kid)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER