TKN menegaskan program makan bergizi gratis juga memerlukan susu. Setidaknya 4 juta kiloliter susu sapi segar per tahun diperlukan untuk program ini.
Terpisah, Guru Besar IPB University Rachmat Pambudy menilai bahwa sapi perah di Indonesia masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ia bahkan mengklaim mendengar langsung dari Prabowo soal kesulitan pemenuhan susu tersebut.
"Jadi, ya, makan bergizi plus susu itu pertama-tama tentu untuk daerah yang punya produksi sapi perah di sekitarnya atau yang sapi perah untuk memproduksi masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan makan bergizi. Nanti lambat laun kita juga harus melakukan perbaikan genetik, kita juga harus memperbanyak indukan sapi. Dan mungkin mau tidak mau kita harus impor sapi perah," jelasnya saat ditemui di Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Kamis (4/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, ia menekankan tidak bisa serta-merta bergantung pada impor. Wakil ketua Dewan Pembina Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu menyebut perlu upaya peningkatan kemampuan produksi susu di dalam negeri.
Rachmat menyebut ini bisa dilakukan dengan bantuan teknologi pembibitan. Ia meminta Indonesia mencari bibit sapi perah untuk iklim tropis.
"Sudah ada ahli-ahli Indonesia bersama ahli negara lain yang sudah bisa mengembangkan sapi untuk tropis. Kemudian, manajemen pengelolaan sapi yang terbaik, sampai nanti bisa menghasilkan susu tidak hanya 10 liter-20 liter per hari, tapi 30 liter per hari. Kalau itu terjadi, maka lambat laun kita akan swasembada susu," tutur Rachmat.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga siap membantu Prabowo. Mereka menegaskan tengah memikirkan cara memproduksi 35 liter susu per hari untuk makan bergizi gratis.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menegaskan pihaknya pasti akan mendukung program-program pemerintah. Ini termasuk penyelenggaraan makan bergizi gratis yang menjadi janji kampanye Prabowo dan Gibran.
"Selama ini kalau untuk sapi perah itu diketahui bahwa di negara tropis kayak kita (Indonesia) itu produktivitasnya sangat rendah. Nah, kami ada beberapa teknologi yang sebenarnya tidak terlalu advance yang bisa meningkatkan produksi, minimal sampai 35 liter per hari per ekor," kata Handoko usai Annual Conference on Indonesia Economic Development (ACIED) 2024 di Kantor BRIN, Jakarta Pusat, Selasa (30/7).
"Itu (produksi susu 35 liter per hari) sudah cukup mendekati. Meskipun, kalau di negara yang subtropis bisa 40 liter (per hari), tapi 35 liter itu sudah cukup bagus untuk negara tropis kayak kita," imbuhnya.
Gagasan Badan Gizi Nasional pernah diungkapkan Prabowo Subianto untuk mempersiapkan program makan bergizi gratis. Sampai akhirnya ini terealisasi dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2024 yang diteken Presiden Jokowi.
Beleid tersebut mulai berlaku pada 15 Agustus 2024. Pada pasal 2 ayat 2 ditegaskan bahwa Badan Gizi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.
Tugas utama badan ini adalah melaksanakan pemenuhan gizi nasional.
Badan Gizi Nasional akan dipimpin oleh seorang kepala. Salah satu kandidat kuatnya disinyalir 'orang dekat' Prabowo.
Prabowo erat dengan HKTI. Ia bahkan pernah memimpin organisasi tersebut selama dua periode, yakni 2004-2009 dan 2010-2015.
Wakil Ketua Dewan Pembina HKTI Rachmat Pambudy disebut-sebut berpeluang menjadi Kepala Badan Gizi Nasional. Terlebih, namanya pernah dicatut dalam daftar viral di media sosial mengenai calon menteri di kabinet Prabowo-Gibran.
"Nanti ada, nanti pasti ada (leading sector makan bergizi gratis). Pokoknya sesegera mungkin lah, saya gak bisa ngomong itu. Saya tidak bicara itu. Saya tahu, tapi saya tidak boleh bicara," kata Rachmat saat ditemui di Kementan.
"Grand design (makan bergizi gratis) sudah ada. Nanti kalau saya sudah boleh bicara, saya bicara. Pelantikan (Prabowo) kan 20 Oktober (2024)," sambungnya merahasiakan.
Meski, sejatinya belum ada nama pasti siapa yang akan memimpin Badan Gizi Nasional untuk menjalankan program makan bergizi gratis tersebut.
(skt/wiw)