Djayadi mengatakan sikap Anies di Pilgub Jakarta akan mempengaruhi kandidat yang maju. Ia sempat melakukan eksperimen melihat perilaku pemilih jika Anies bersikap di Pilgub Jakarta.
Ia merinci jika Anies menyatakan dukungan ke Ridwan Kamil atau bersikap netral di Pilgub Jakarta, maka akan menguntungkan bagi mantan Gubernur Jabar tersebut.
"Bagi RK-Suswono cukup Anies diam saja, netral. Itu akan untungkan RK-Suswono secara elektoral," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Djayadi mengatakan jika Anies menyatakan dukungan ke Pramono Anung, maka pasangan RK-Suswono akan menurun tingkat elektabilitasnya.
"Menurut eksperimen ini, itu besar penurunannya [elektabilitas RK-Suswono] sampai belasan. Artinya kalau bagi Pram-Rano, itu harus kerja dua kali. Mengajak Anies ke kolam mereka. Lalu mengajak pemilih yang bingung untuk masuk," kata Djayadi.
Senada, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan elektabilitas Anies masih tinggi sebelum bergulirnya Pilkada Jakarta ketimbang kandidat lain. Hal ini membuktikan Anies masih memiliki pendukung loyal di Jakarta.
Survei Litbang Kompas pada pertengahan Juni 2024 lalu menunjukkan elektabilitas Anies berada di posisi atas hampir 30 persen. Ahok berada di posisi kedua dengan elektabilitas 20 persen.
Tingginya pengaruh Anies di Jakarta juga dapat dijelaskan dalam pemilihan presiden 2024. Anies yang maju bersama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, pasangan ini berhasil meraih 2,65 juta suara di Jakarta. Mereka kalah tipis dari pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang memperoleh 2,69 juta suara.
"Fakta menunjukkan bahwa memang Anies punya pemilih, punya grassroots, punya pendukung yang loyal selama ini, yang setia," kata Pangi kepada CNNIndonesia.com, Rabu (25/9).
Atas dasar itu, Pangi melihat faktor dukungan Anies kepada salah satu kandidat menjadi salah satu variabel penting untuk memenangkan Pilgub Jakarta.
Ia menilai jika Anies mendeklarasikan dukungannya ke paslon tertentu, maka akan terjadi pergeseran dukungan elektoral besar-besaran ke kandidat yang didukungnya.
"Dan mereka tunggu-tunggu tuh Anies ke mana, apakah Anies ke pasangan mana. Itu akan menentukan juga peta kemenangan 2024 di DKI Jakarta. Karena yang ditunggu-tunggu kan, itu kan Anies memberikan endorse kepada salah satu pasangan. Jadi mereka tunggu-tunggu," kata dia.
Sebaliknya, Pangi mengatakan para kandidat harus bekerja keras sendiri-sendiri jika Anies nantinya memilih untuk golput di Pilgub Jakarta. Terlebih, ia melihat hingga saat ini Anies belum menyatakan dukungannya ke salah satu kandidat.
"Ya harus berjuang masing-masing karena memang tidak bisa lagi bergantung kepada Anies," kata dia.
Anies sendiri sampai saat ini mengaku belum menentukan pilihan untuk mendukung calon gubernur tertentu di Pilgub Jakarta 2024.
"Nah, begini teman-teman, pada saatnya kita harus bersikap, tapi saat ini masih terlalu awal, terlalu awal untuk menyatakan mendukung A, mendukung B, mendukung C atau tidak mendukung semuanya," kata Anies dalam pernyataan video di akun media sosial X pribadinya @aniesbaswedan, Senin (23/9).
Anies menyadari belakangan ini banyak yang bertanya-tanya kabar dirinya mendukung pihak mana dalam Pilgub Jakarta. Namun, ia mengatakan belum membaca visi, misi dan nilai para kandidat Pilgub Jakarta yang maju.
Baginya, para 'Anak Abah' yang disebut sebagai para pendukungnya ketika mendukung paslon di Pilgub bukan semata-mata orangnya, melainkan harus melihat nilai, gagasan dan rencana para paslon.
"Saat ini dokumen rencana kerja saja belum kita baca, visi, misi kita belum lihat nilai apa yang akan dibawa, nilai apa yang akan dipertahankan, nilai apa yang akan diperjuangkan," kata dia.
Anies hanya berpesan ketika menentukan pilihan harus tahu nilai, gagasan dan rencana para kandidat ketika memimpin nantinya. Ia menyarankan untuk melihat terlebih dulu dokumen visi, misi hingga rencana kerja para paslon.
"Apalagi hanya dengan diajak Saya rasa kita semua selama ini tidak pernah menentukan Pilihan semata-mata karena diajak. Kalau karena diajak, mana nilainya? mana visinya?" kata dia.
(fra/fra)