Lebih lanjut, Jamiluddin menilai masyarakat ingin mengetahui program unggulan dari tiga calon mengenai Penguatan SDM dan Transformasi Kota Global lewat debat perdana nanti.
Dalam penguatan SDM, menurutnya, warga Jakarta ingin program pendidikan formal dan informal yang dapat meningkatkan kualitas SDM. Termasuk kualitas SDM yang dapat menopang Jakarta sebagai kota niaga dan jasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Jamiluddin melihat warga Jakarta juga ingin mengetahui program unggulan tiga paslon terkait rencana Jakarta bertransformasi menjadi kota global.
"Hal itu berkaitan dengan program yang pas untuk mengubah Jakarta menjadi kota perdagangan dan jasa global," jelasnya.
Jamiluddin menyebut kemungkinan muncul gimmick yang terjadi layaknya Pilpres 2024 akan kecil sekali. Sebab, tipikal tiga paslon yang akan berdebat sudah masuk pada usia matang.
"Karena itu, gimmick seperti yang dipertontonkan Gibran Rakabuming saat debat cawapres 2024 tampaknya tidak akan mengemuka," ujar Jamiluddin.
"Sebab, gimmick dan semacamnya lebih berpeluang muncul bila ada calon yang tidak menguasai substansi debat, dan usia yang belum matang," imbuhnya.
Tak jauh berbeda, pengamat Politik Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menilai paslon nomor urut 1 dan 3 akan lebih menguasai panggung dibandingkan paslon nomor urut 2 dalam debat perdana Pilkada Jakarta.
Namun bila dilihat dari siapa yang paling cemerlang tampil, Herry menilai RK yang akan menguasai tema debat lantaran sudah memiliki pengalaman di Kota Bandung hingga Provinsi Jawa Barat.
"Sedangkan paslon lainnya kan masih harus melihat ini dari sisi teoritik saja bukan praktis. Artinya paslon nomor urut 1 masih unggul," kata Herry kepada CNNIndonesia.com, Jumat (4/10).
Menurutnya, tak menutup kemungkinan Pramono yang merupakan orang di lingkungan Presiden Joko Widodo dalam satu dekade terakhir serta Rano Karno yang pernah menjabat sebagai kepala daerah juga bisa bersaing dengan RK.
Herry menila Dharma-Kun dalam debat nanti tak bisa berbuat banyak lantaran tidak memiliki pengalaman di pemerintahan terutama yang fokus perihal SDM dan transformasi kota.
"Dharma-Kun bisa saja mengungguli namun masih terbilang belum nampak programnya. Karena narasi yang dibangun masih tidak bersifat populis dan praktis. Belum mudah dipahami secara sederhana," jelasnya.
Secara keseluruhan, Herry menilai mereka yang bakal tampil prima dan menguasai panggung dalam debat perdana Pilkada Jakarta 2024 adalah mereka yang memiliki pengalaman dan visi-misi paling selaras dengan kebutuhan masyarakat Jakarta.
Kebutuhan itu terutama menjelang Jakarta yang tidak menjadi Ibu Kota Indonesia dan akan menjadi kota niaga. Oleh sebab itu, Herry menilai ada beberapa program yang harus ditekankan masing-masing paslon.
Di antaranya program untuk menguatkan indeks kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan kapasitas, serta membuka akses pendidikan yang memadai dan berbasis teknologi global seluas-luasnya.
"Persoalan lainnya adalah program solusi transformasi daerah Jakarta, kemacetan dan teknologi yang bisa bersaing dengan kota-kota lain misalnya Kuala Lumpur dan Singapura," ujar Herry.
(khr/fra)