Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyebut faktor utama elektabiltas pasangan RK-Suswono masih stagnan hingga saat ini lantaran mesin politik dari partai koalisi pendukung belum maksimal.
"Ya saya kira memang RK-Suswono mesin politiknya belum dimaksimalkan ini waktu survei dilakukan, belum masif pergerakan-pergerakan politik," ujarnya.
Di sisi lain, Adi melihat berbeloknya dukungan dari sejumlah kader di Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus kepada pasangan Pramono-Anung tak memiliki dampak berarti bagi RK-Suswono.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, ada tujuh orang yang mengatasnamakan sebagai kader sejumlah parpol di KIM Plus yakni, PKB, PPP, PSI, dan PAN yang menyatakan dukungan ke Pramono-Rano.
"Tergantung caleg ini mau bekerja apa enggak, kalau cuma dukungan personal, ya cuma sejumlah personal itu saja tambahannya, karena pemilih ini kalau tidak diajak, tidak disentuh ya suka-suka dia aja," kata Adi.
"Kecuali elite-elite partainya (yang pindah dukungan), entah dia ketua umumnya, entah dia sekjen atau dia Ketua DPW, kalau itu yang beda arah politiknya mungkin agak riskan, karena posisinya strategis dan bisa menggerakkan," lanjutnya.
Adi berpendapat dengan waktu kurang satu bulan sebelum pemungutan suara ini, upaya yang bisa dilakukan RK-Suswono adalah menggenjot mesin politik partai pendukung.
Kata Adi, hal itu mutlak harus dilakukan jika ingin mengunci kemenangan, sekaligus memastikan Pilgub Jakarta berlangsung satu putaran.
"Ya tentu memaksimalkan mesin politiknya karena kalau secara sederhana kita melihat kekuatan politik pendukung RK-Suswono ini kan mesin politiknya sudah lebih dari 50 persen plus 1, ya cukup itu saja maksimalkan untuk memenangkan mereka 1 putaran," tutur Adi.
Sementara itu, Dedi menyebut yang bisa dilakukan pasangan RK-Suswono adalah dengan memperbanyak kegiatan untuk mendekatkan diri dengan warga Jakarta.
Kata Dedi, dalam situasi politik saat ini, gembar-gembor terkait gagasan ataupun program sudah tak lagi efektif untuk menggaet suara pemilih.
"Jangan selalu juga berbicara gagasan, kemudian berbicara program karena pemilih sebetulnya juga sudah tidak begitu berminat terkait dengan ujaran-ujaran gagasan dan program," ucap Dedi.
"Mereka cenderung akan memilih tokoh yang disukai, memang ini adalah kelemahan bahwa RK termasuk yang punya potensi tidak disukai, karena ada sentimen kultural termasuk sentimen generasi muda terkait Persija-Persib saya kira itu juga kerja berat untuk bisa mendapatkan empati atau bahkan mendapat dukungan dari mereka," imbuhnya.
(dis/fra)