Di sisi lain, Agung mengatakan Pramono sosok yang bisa berkomunikasi dengan seluruh pihak, termasuk dengan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo.
Pramono merupakan Seskab dua periode kepemimpinan Jokowi. Pada periode kedua (2019-2024), ia merupakan teman satu kabinet Prabowo yang saat itu duduk sebagai Menteri Pertahanan.
Selain itu, Pramono juga pernah menjabat sebagai Sekjen PDIP periode 2005-2010. Pramono juga terlibat dalam tim pemenangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo pada Pilpres 2009. Prabowo menjadi cawapres pendamping Megawati. Duet mereka dikenal dengan sebutan 'Mega Pro'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Agung, Pramono dapat menjadi perantara antara Prabowo dengan Megawati. Ia dinilai bisa mengorkestrasi dan menjembatani kepentingan antara PDIP yang berada di luar pemerintah pusat di bawah kendali Prabowo.
"Pram secara personal memang orang yang bisa merajut komunikasi politik ke siapapun," katanya.
Lebih lanjut, Agung berpendapat kemenangan Pramono ini merupakan win-win solution bagi PDIP dan Istana dalam konteks relasi hubungan mereka ke depan.
Agung menyebut kondisi ini akan 'mendinginkan' tensi dan situasi politik di konstelasi nasional.
"Dan itu sudah beliau lakukan selama ini sejak Jokowi dua periode, dan relasi PDIP dengan istana bisa dikendalikan dalam konteks produktif dan konstruktif, saya melihat hal ini apalagi Mas Pram gubernur, orkestrasi atas kepentingan PDIP maupun istana bisa dicari jalan tengahnya," ujar dia.
Agung berpandangan sosok Rano Karno sebagai wakil gubernur akan memainkan peran membangun komunikasi dengan publik.
Ia mengatakan Rano Karno nantinya akan menjalin komunikasi dengan masyarakat hingga ke tatanan akar rumput.
"Karena dia wajah Jakarta yang sesungguhnya dia yang juga bisa jadi campaigner-lah mensosialisasikan kebijakan Pemprov Jakarta ke masyarakat luas supaya tidak ada miskoordinasi dan misinterpretasi ke publik," ucapnya.
Agung juga berpendapat kemenangan Pramono-Rano ini bertalian dengan konstelasi politik Pilpres 2029 yang akan datang.
Ia menyatakan bahwa Jakarta merupakan magnet politik dan perekonomian nasional, sehingga Gubernur Jakarta pun akan selalu mendapatkan 'spotlight' di gelaran pilpres.
Agung mengatakan eks Gubernur Jakarta selama ini selalu mengancam jika nantinya mereka bertarung di pilpres. Hal itu terbukti di figur Jokowi dan Anies.
"Sudah terbukti siapapun yang jadi Gubernur Jakarta minimal dia capres, maksimal presiden. Minimal capres contohnya Anies, maksimal presiden ya Jokowi. Pram itu ada di dua potensi tadi sebagai capres atau sebagai presiden," ujarnya.
Ia juga mengatakan hal ini akan menjadi investasi besar bagi PDIP dalam menghadapi Pilpres 2029. Terlebih, PDIP merupakan satu-satunya parpol yang berada di luar pemerintahan Prabowo-Gibran.
"Kalau Pram kerjanya bagus kemudian capaian-capaianya juga luar biasa, sedikit banyak publik akan melirik khususnya kelas menengah," katanya.
(fra/mnf/fra)