Jakarta, CNN Indonesia --
Satu per satu kasus dugaan kekerasan seksual yang dilakukan dokter muncul ke permukaan dalam beberapa pekan terakhir. Kasus ini menambah kelam dunia kedokteran Indonesia.
Ada kasus PPDS Priguna Anugerah Pratama di RSHS Bandung, dokter kandungan di Garut, Jawa Barat, hingga dokter di Persada Hospital Malang, Jawa Timur.
Priguna, dokter PPDS Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung, sudah ditetapkan tersangka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu juga Syafril Firdaus (MSF), dokter kandungan di Garut yang diduga melecehkan pasiennya juga telah dijerat sebagai tersangka.
Sedangkan kasus dugaan asusila oleh dokter berinisial AY di Persada Hospital Malang masih didalami. AY saat ini sudah diberhentikan untuk sementara.
Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Reza Indragiri mengatakan kasus dugaan pencabulan di rumah sakit menjadi sebuah anomali. Menurutnya, selama ini rumah sakit dan dokter dianggap erat kaitannya dengan kerja-kerja kemanusiaan.
Setelah muncul kasus dugaan pencabulan di dunia kedokteran satu per satu, Reza mendorong pemerintah daftar nama para pelaku kejahatan seksual.
Menurutnya, masyarakat harus tahu daftar dokter atau tenaga kesehatan cabul kala kasus kekerasan seksual masih mengintai masyarakat, terutama perempuan.
"Sekali lagi, musang bisa menjadi domba dengan seragam yang mereka kenakan," kata Reza kepada CNNIndonesia.com, Kamis (17/4).
Reza menjelaskan tindakan asusila terjadi karena relasi kuasa yang tak berimbang atau power asymmetry.
Namun, dalam teori yang lain, kasus asusila bisa terjadi karena imbas konten atau narasi yang beredar di media sosial yang semakin tidak terkontrol.
Akhirnya, masyarakat kehilangan kepekaan terhadap nilai-nilai yang selama ini dianggap sakral.
Namun, Reza juga mengutip satu pernyataan dokter Nazar. Menurut Reza, bekas pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu menyatakan kasus asusila yang dilakukan Priguna boleh jadi karena beban berat yang bersangkutan sebagai dokter spesialis anestesi.
Dengan beban kerja yang panjang, membosankan, dan meletihkan, patut diduga Priguna menggunakan seks untuk pelampiasan.
"Sehingga oknum dokter tersebut menjadikan seks sebagai cara untuk memperoleh kesenangan. Sebagai penawar atas kejenuhan. Cara yang harus kita sepakati sebagai cara yang jahat," kata Reza.
Di sisi lain, kata Reza, faktor itu didukung oleh minimnya pengawasan rumah sakit. Sehingga, kondisi itu dianggap menjadi kesempatan oleh pelaku untuk melakukan aksinya.
Berlanjut ke halaman berikutnya...
Sementara, pakar kesehatan masyarakat, Tjandra Yoga Aditama menilai kasus asusila dan pelecehan seksual dua dokter di Jabar telah merusak, mengoyak, dan mencabik-cabik sumpah hipocrates yang dibaca oleh dokter.
Mantan Direktur Penyakit Menular, World Health Organization (WHO) ASEAN itu mengatakan profesi dokter memang menangani kesehatan manusia, dan itu yang harus jadi pilar utama profesi. Tugas itu, katanya, tidak boleh dicederai pelecehan seksual dalam bentuk apapun.
"Dokter yang melakukan perkosaan dan pelecehan sexual, selain mendapat sangsi hukum sesuai aturan yang ada, juga mendapat sangsi profesi karena melakukan kegiatan yang berlawanan dan bertentangan dengan keluhuran profesi," katanya.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto mengaku prihatin dengan sejumlah kasus asusila yang dilakukan dokter kepada pasiennya.
Menurut Slamet, sebagai profesi yang mulia, dokter mestinya harus menjunjung tinggi sumpah dan kode etik kedokteran.
"Karena dibatasi oleh sumpah dokter dan kode etik kedokteran," kata Slamet saat dihubungi, Kamis (17/4).
Slamet mengaku belum bisa memastikan bahwa sejumlah kasus tersebut merupakan puncak gunung es. Sebab, kata Slamet, tak ada data pasti di kepolisian terkait jumlah kasus asusila oleh dokter, begitu pula tak ada laporan di IDI sebelumnya terkait kasus serupa.
Namun, Slamet memastikan kasus asusila oleh dokter PPDS di RSHS Bandung hingga dokter kandungan di Garut, akan menjadi perhatian pihaknya. Apalagi, lanjut dia, selama ini dokter menurut hasil survei dinilai sebagai profesi yang paling dipercaya. Baik level nasional maupun internasional.
"Tapi itu jadi menampar kita. Kalau dokter sebagai profesi enggak dipercaya mestinya juga enggak dipercaya," kata dia.
Lembaga Ipsos pada 2024 merilis hasil survei tentang profesi yang paling dipercaya oleh publik selama 2024. Hasilnya, dokter, ilmuwan, dan guru masuk dalam tiga besar profesi yang paling dipercaya masyarakat. Dokter memperoleh suara 58 persen, ilmuwan 56 persen, dan guru 54 persen.
[Gambas:Infografis CNN]
Menurut Slamet, pihaknya ke depan mendorong agar setiap rumah sakit memperketat pengawasan kepada setiap dokter. Rumah sakit, kata dia, harus memperbaiki tata kelola atau sop pengawasan.
Selain itu, dia meminta agar dokter residen dibatasi hanya memiliki waktu kerja 50 jam per minggu. Menurut dia, hal itu agar para dokter bisa rutin bertemu keluarganya untuk mengurangi potensi kesalahan dalam bekerja.
"Itu mengurangi angka kriminalitas dan bullying. Itu untuk mengurangi lah. Tapi aturan internasional begitu 40-50 jam per minggu. Kalau seminggu di rumah sakit enggak pulang-pulang bahaya," katanya.