Secara terpisah, baik Agung Baskoro maupun Ali Rif'an mengkritisi tujuh tuntutan lain purnawirawan TNI--termasuk Try Sutrisno--yang disampaikan ke Prabowo.
Ali mengaku paling tak sepakat dengan tuntutan para pensiunan TNI itu soal seruan mengembalikan UUD 1945 yang asli. Menurutnya, hal itu tidak relevan, tetapi untuk tuntutan lainnya masih mungkin untuk dipertimbangkan Prabowo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi usulan seperti reshuffle menteri yang diduga korupsi perlu dipertimbangkan. Karena dari sisi momentum, 6 bulan pemerintahan Prabowo, bisa menjadi momentum untuk melakukan evaluasi kabinet secara menyeluruh. Menteri dengan performa kinerja buruk perlu segera dicopot," katanya.
Senada, Agung pun tidak sependapat soal tuntutan kembali kepada UUD 1945 yang asli. Agung menilai usul itu kemunduran dalam bernegara, terutama setelah era reformasi 1998 yang menumbangkan rezim Orde Baru (Orba).
"Setback lagi ke masa lampau, kita lupa bahwa reformasi punya amanat untuk mengamendemen, menyempurnakan terus sistem berbangsa dan bernegara. Kalau kembali lagi, kita akan banyak menghabiskan energi yang tidak perlu, kita membuka kotak pandora kan ketika mengamandemen kalau arahnya ke sana," ujar Agung.
Agung juga mengkritik poin soal dukungan terhadap Asta Cita Prabowo, kecuali pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Nusantara di Kalimantan. Agung mengatakan pemerintah pusat sudah menggelontorkan dana yang terbilang besar untuk mewujudkan IKN di Kalimantan.
Ia sepakat dengan tuntutan reshuffle menteri-menteri yang terindikasi korupsi. Namun, Agung menggarisbawahi soal embel-embel Jokowi dalam tuntutan itu.
"Tapi jangan ada embel-embel yang terkait dengan Pak Jokowi, enggak sehat seperti itu, ekosistemnya kan ingin merangkul semua presiden," kata Agung.
"Pak Prabowo ini ingin merangkul semua presiden agar semuanya bisa berkolaborasi bantu beliau... kita jangan memisahkan antara presiden, membenturkan mereka jangan," imbuh dia.