FEATURE

Dunia Baru Umar Patek, Tampil Necis Bersama Kopi Ramu

CNN Indonesia
Rabu, 04 Jun 2025 13:40 WIB
Mantan narapidana terorisme Umar Patek meluncurkan bisnis 'Kopi Ramu' setelah bebas bersyarat. Patek memulai bisnis dengan bangkit dari stigma masa lalu.
Mantan narapidana terorisme Umar Patek bersama kopi-kopi yang ia produksi. (CNN Indonesia/Farid)

Selain merintis bisnis kopi dan aktif dalam program deradikalisasi, Patek juga tengah menekuni kegemaran barunya, yakni fotografi makro. Fotografi makro adalah jenis fotografi yang fokus pada pengambilan gambar dari jarak sangat dekat untuk menunjukkan detail. Objek fotografi ini biasanya berupa serangga, bunga atau benda-benda mini lainnya.

Patek kemudian memamerkan beberapa foto hasil jepretannya. Seperti potret katak, kupu-kupu, laba-laba dan beberapa jenis serangga lainnya. Hasil jepretannya indah, detailnya fokus, warna-warninya cerah dan bungah.

"Fotografi yang saya sukai itu genre fotografi makro," kata Patek kepada CNNIndonesia.com.

Patek mengaku awal kali ia tertarik dengan fotografi makro adalah saat dia melihat liputan CNN Indonesia yang berjudul 'Seni Berburu Foto Serangga'. Dia mengaku terkesan, objek kecil ternyata bisa diabadikan hanya dengan kamera ponsel dengan bantuan tambahan lensa.

"Awal kali saya tertarik dengan fotografi makro itu ketika saya melihat, ketika saya masih di dalam penjara menonton TV tayangan CNN Indonesia yang meliput tentang fotografi makro menggunakan handphone dengan lensa tambahan yang dijepit di kamera belakang," ucapnya.

Lalu saat CNN Indonesia meliput ke Lapas Porong tempatnya dihukum, Patek kemudian bertanya soal fotografi makro ke jurnalis tersebut. Dia pun makin tertarik. Selepas bebas bersyarat dari penjara pada 2022, Patek akhirnya benar-benar mempelajari hobi barunya itu

"Akhirnya ketika saya bebas dari penjara, di situlah saya mulai mencari lensa bongkaran itu. Dan kemudian saya berusaha mulai mempraktikkan, belajar, belajar, belajar. Sampai akhirnya saya masuk ke dalam satu komunitas," ujarnya.

Bergabung dengan komunitas fotografi makro ini membuat Patek banyak mengunjungi hutan-hutan atau taman nasional di sejumlah daerah. Di momen itu, Patek mengaku banyak dibantu rekan komunitasnya, bahkan yang beragama Nasrani.

"Saya memotret ini malam hari di hutan Baturraden, selama satu minggu saya berada di Purwokerto saya menginap di rumah sahabat saya yang [beragama] Nasrani, satu minggu saya di situ, di rumah beliau," ucap dia.

Patek akhirnya sadar, bahwa ia tak hanya sedang belajar soal mencapai fokus pada fotografi makro, dia ternyata juga berkesempatan memahami kemanusiaan, menghargai perbedaan, dan menjalani keseharian di tengah keberagaman. Nilai-nilai hidup itulah yang dulu dilihat Patek dengan samar dan buram.

"Saya sudah tidak melihat batas agama, ras, suku, semua saya lalui, mereka sangat welcome menerima saya. Mereka sangat baik menerima saya, bahwa mentor saya [dokter David] seorang nasrani, tapi dia tidak mau memandang kisah dan masa lalu saya, semua kita bersahabat, semua kita anak bangsa Indonesia," ujar Patek.

Kesempatan kedua

Mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri Komjen Marthinus Hukom yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI mengaku terkesan dengan transformasi Patek.

Marthinus mengingat upaya pengejaran eks napiter kelahiran 20 Juli 1966 ini bertahun-tahun lalu yang harus dilakukan dengan susah payah.

"Umar Patek ini saya kenal dia ketika namanya muncul dalam list pelaku Bom Bali tahun 2002, kebetulan saya yang pertama kali menemukan namanya Amrozi, dari gerakan itu ada seorang nama besar, seorang Umar Patek," kata Marthinus.

Marthinus menyebut, nama Patek begitu ditakuti kala itu. Ia berkali-kali lolos dari pengejaran dan pengepungan di Filipina. Dia menjadi buron dunia internasional. Bahkan, Amerika Serikat menawarkan hadiah sebesar US$1 juta bagi siapapun yang bisa memberikan informasi keberadaan Patek.

"Kepalanya dibanderol sebesar Rp10 miliar, dia orang termahal di republik pada saat itu," ucapnya.

Namun hari ini, kata dia, Patek diyakininya sudah sadar dan memahami nilai-nilai cinta kasih ke sesama manusia. Hal itu berkat program deradikalisasi yang dijalani serta bantuan dari drg David.

"Terima kasih dokter David dengan inisiatif sendiri tanpa dibantu negara, membangun suatu kedekatan dengan didasarkan cinta sesama manusia, dan hari ini kita melihat seorang Umar Patek yang baik," kata dia.

"Mereka [eks napiter] yang dulunya berjuang membawa senjata, hari ini mereka berjuang untuk menegakkan kemanusiaan, cinta kasih, tanpa batas, tanpa tedeng aling-aling tembok-tembok imajiner keyakinan, jadi satu-kesatuan Indonesia," lanjut Marthinus.

Sementara itu, pengusaha drg David yang mengajak Patek berbisnis, mengaku terkesan dengan kesungguhan mantan napiter ini dalam upaya memperbaiki hidup. David mengakui awalnya sempat takut saat pertama kali bertemu Patek.

"Saat pertama kali melihat Mas Umar, saya terus terang melihat sorot matanya, ini orang belum sembuh," kata David bercerita.

Namun pada pertemuan-pertemuan berikutnya, David mulai merasakan dan meyakini bahwa Patek bisa berubah. Apalagi setelah mengetahui kesungguhan Patek yang ingin bekerja. Dia bahkan selalu menolak uang pemberian David.

"Saya harus tolong orang ini. Umar Patek tidak pernah mau saat saya kasih uang, dia bilang ke saya, 'kasih saya pekerjaan'. Dia bisa jadi orang baik," ucap dia.

David kemudian membimbing Patek untuk memulai bisnis kopi dari nol. Ia juga mengirim Patek belajar metode roasting atau pemanggangan biji kopi di Bondowoso, Jawa Timur. Hingga akhirnya, Patek bisa menemukan racikan kopinya sendiri.

"Kenapa saya kerjasama dengan Umar Patek, dia lebih dulu mencintai saya, dia tahu saya orang Kristen, saya non-muslim, tapi dia mau dekat dengan saya, bukan karena uang, dia dekat dengan saya karena dia bisa bercanda dan banyak ketawa saat sama saya, dan itu membuat saya bahagia," pungkas David.

Maaf dari penyintas

Salah satu penyintas Bom Bali 2002, Chusnul Chotimah yang hadir dalam peluncuran Kopi Ramu terlihat begitu emosional saat bertemu Umar Patek. Ia meluapkan perasaan dan kesedihannya.

"Alhamdulillah, bapak [Patek] sekarang masih sehat dan diberi rezeki sama Allah yang banyak, saya mewakili penyintas, bapak lihat kan luka saya 70 persen luka bakar, kami sebenarnya sulit memaafkan," kata Chusnul, persis di depan Patek.

Chusnul mengaku banyak menghadapi kesulitan usai menjadi korban Bom Bali 2002 silam. Ia harus puluhan kali menjalani operasi dan terapi bahkan sampai ke Australia.

Hidupnya jadi bergantung pada bantuan yayasan dan utang. Hal itu lah yang membuat dia sulit memaafkan pelaku teror Bom Bali, termasuk Patek. Namun, berkat bimbingan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) yang memberikannya konseling serta pendampingan psikologi, Chusnul akhirnya mau memaafkan Patek atau pelaku teror Bom Bali lainnya.

Dia juga berharap agar bisnis kopi yang sedang dirintis Patek sukses. Agar kelak, Patek bisa membantu kehidupan para penyintas.

"Saya sendiri akhirnya menyadari dan memaafkan perbuatan bapak dan Alhamdulillah sekarang bapak sudah berubah jadi orang yang baik. Dan saya berharap jika bapak ini berhasil, tolonglah intip sedikit kehidupan kami, bantu kami, bantu anak-anak kami, bukan dalam uang, tapi pekerjaan," pungkas Chusnul. (frd)

(frd/wis)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER