Viral Warga Surabaya Serahkan Ibu ke Panti Jompo: Ekonomi Sulit

CNN Indonesia
Jumat, 18 Jul 2025 11:11 WIB
Ilustrasi lansia di panti jompo. (REUTERS/KAI PFAFFENBACH)
Surabaya, CNN Indonesia --

Seorang warga Surabaya menyerahkan ibu kandungnya sendiri ke panti jompo di Malang, Jawa Timur. Dia bahkan menyetujui syarat larangan menjenguk hingga tidak dikabari bila ibunya wafat. 

Warga yang kemudian viral itu adalah Lukman Arif yang tinggal Jalan Perlis Selatan, Kelurahan Perak Timur, Kecamatan Pabean Cantian, Surabaya. Dia itu tega menyerahkan ibunya, Siti Fatimah (65) ke pengelola Graha Lansia Khusnul Khotimah, Malang.

Lukman mengatakan ia bersama tiga saudaranya itu terpaksa menitipkan ibunya ke panti jompo karena faktor ekonomi. Dia tak punya rumah, dan selama ini hanya tinggal menumpang di kediaman saudaranya.

"Saya hanya menumpang di rumah sepupu di Jalan Perlis Selatan Gang 6. Saudara-saudara saya tinggal di luar Pulau Jawa," kata Lukman ditemui Kamis (17/7).

Lukman mengatakan, ia tidak punya niat sedikitpun untuk membuang atau menelantarkan ibunya. Saudara-saudaranya tinggal di luar pulau. Sedangkan ia sendiri harus bekerja, sementara Siti Fatimah tak mau dirawat orang lain.

"Saya tidak ada niat membuang ibu saya. Saya sudah usaha rawat, tetapi saya harus kerja, dan ibu tidak mau dijaga orang lain," ucapnya.

Menurutnya dengan menitipkan Fatimah ke panti jompo adalah satu-satunya jalan agar ibunya itu bisa hidup layak. Bahkan dia sampai setuju memenuhi syarat dari pengelola Graha Lansia perihal larangan menjenguk dan tidak dikabari bila ibunya itu meninggal suatu hari nanti.

"Di Graha Lansia Malang, ibu sudah dapat pelayanan yang layak," ucapnya.

Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Kecamatan Pabean Cantian berupaya melakukan pendekatan persuasif agar Siti Fatimah bisa kembali dirawat keluarganya.

Camat Pabean Cantian, Muhammad Januar Rizal menjelaskan kasus ini tidak sesederhana apa yang sedang viral. Ia menyebut, Lukman, anak kedua Siti, tidak memiliki niat untuk membuang ibunya.

"Sebenarnya tidak ada niatan ditelantarkan oleh anaknya. Tetapi, karena keterbatasan untuk merawat anaknya memilih menitipkan ibunya ke tempat yang lebih baik," kata Rizal.

Lukman Arif yang tinggal Jalan Perlis Selatan, Surabaya, mengaku terpaksa menyerahkan ibunya ke Panti Jompo karena keterbatasan ekonomi. (CNN Indonesia/Farid)

Selama ini, Rizal mengatakan, pihak kecamatan dan kelurahan berkoordinasi dengan RW dan RT untuk memberikan perhatian kepada lansia sebatang kara. Dalam kasus Siti Fatimah, anaknya sebenarnya sudah berupaya merawat ibunya.

"Siti Fatimah ini sebelumnya, dua tahun terakhir, tinggal di Madura. Baru satu bulan terakhir ini tinggal bersama Lukman di Perlis," kata dia.

Lukman yang berprofesi sebagai pekerja serabutan dan menumpang di rumah sepupunya itu, merasa kewalahan merawat ibunya sendirian, apalagi dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Sementara, saudara-saudaranya yang lain tersebar di Kalimantan dan Madura.

"Sebenarnya SF ini, termasuk dalam kategori keluarga miskin dan telah menerima Program Keluarga Harapan (PKH) serta Bantuan Langsung Tunai (BLT) berupa beras dari Bulog. Kemudian, untuk pemakaman juga disediakan oleh warga sekitar lewat program Kampung Madani," terangnya.

Rizal juga mengaku sudah menghubungi pengelola Griya Lansia Malang, pihaknya telah melakukan klarifikasi langsung dengan pengurus terkait kondisi Siti Fatimah.

"Tadi kami juga sempat mengklarifikasi terkait berita yang muncul, saya juga telepon Pak Arif (pihak Griya Lansia) bersama Lukman bahwa di sana memang perawatannya sangat luar biasa. Saya matur nuwun kepada pihak Griya Lansia bahwa sudah membantu warga kami," ucap Rizal.

Ia juga mengonfirmasi bahwa informasi yang viral, mengenai larangan menjenguk dan tidak ada pemberitahuan jika terjadi keadaan darurat, adalah hal yang tidak benar.

"Kalau menjenguk silakan setiap bulan, dua bulan tidak masalah. Dan kalau misalnya ada kejadian apapun misalnya atau sakit atau apa, nanti bisa disampaikan kepada pihak keluarga. Apa yang disampaikan di media sosial itu mungkin peringatan untuk anak-anak agar tidak menelantarkan orang tuanya," jelasnya.

Untuk mengatasi permasalahan tempat tinggal, Pemkot Surabaya menawarkan solusi kepada Lukman. Solusi tersebut adalah menyewakan rumah kontrakan selama beberapa waktu. Hal ini dilakukan agar Siti Fatimah bisa dirawat kembali oleh anaknya dan dekat dengan keluarga.

"Tadi saya berusaha untuk menawarkan ke anaknya, saya sediakan kos-kosan, saya kontrakkan. Dalam satu bulan ini saya kontrakkan terlebih dahulu supaya apa? Supaya lepas dari rumahnya sepupunya," kata Rizal.

Namun, keputusan untuk membawa kembali Siti Fatimah ke Surabaya tetap berada di tangan Lukman dan keluarga.

"Kami memfasilitasi, kami sudah siapkan akomodasi, transportasi, tinggal kalau anaknya mau bersedia, saya berangkat," ujarnya.

Melihat fenomena ini, ia berharap agar masyarakat, khususnya warga di wilayah Tanjung Perak dan Pabean Cantian, senantiasa berkoordinasi dengan RT, RW, untuk kasus-kasus serupa.

"Kami selalu menyampaikan kepada pihak keluarga, di mana-mana tidak ada namanya bekas orang tua. Yang ada adalah orang tua," pesannya.

(frd/dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK