Total pelajar SMP Negeri 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur yang diduga keracunan setelah menyantap makanan bergizi gratis (MBG) sehari sebelumnya mencapai 200 orang.
Dari 200 siswa yang mengalami keracunan, 140 orang harus mendapat penanganan medis di tiga rumah sakit, yakni Rumah Sakit Umum (RSU) Mamami, RSU S.K. Lerik Kota Kupang, dan RSU Siloam.
Sedangkan sisanya langsung dipulangkan setelah mendapat penanganan medis di Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dengan bantuan tenaga medis dari Dinas Kesehatan Kota Kupang.
"(Total) ada 200an (siswa), yang ditangani rumah sakit itu sebanyak 140 orang sedangkan yang ringan-ringan ditangani di sekolah," kata Kepala SMP Negeri 8 Kota Kupang, Maria Th. Roslin Lanja kepada wartawan di Kupang, Selasa (21/7).
Roslin mengungkapkan siswa yang dibawa ke rumah sakit karena mengalami gejala berat, seperti sakit perut, pusing, dan mual bahkan ada yang muntah-muntah.
Semua bermula ketika para siswa mulai menunjukkan gejala keracunan pada Selasa (22/7) pagi dimulai sekitar pukul 07.30 wita saat dimulainya proses belajar mengajar.
Anak-anak kemudian izin ke toilet sekolah dengan alasan sakit perut. Dan dari laporan para murid, mereka mengalami diare dan bahkan ada yang sudah empat hingga lima kali ke toilet.
"Awal mula kami tahu itu kurang lebih jam 07.30 pagi ketika pembelajaran di kelas anak-anak ijin kepada guru untuk ke kamar mandi, ke kamar mandi itu, mereka mencret, bolak balik sudah empat lima kali mencret," kata Roslin.
Para murid kemudian diarahkan ke ruang UKS sambil memberi air hangat dan minyak gosok, tapi masih ada beberapa siswa yang muntah. Sehingga kondisi tersebut diberitahukan ke orang tua untuk datang dan menjemput anak-anak yang mengalami gejala ringan.
Awalnya, 18 siswa dilaporkan keracunan dan berkembang menjadi ratusan siswa dengan keluhan sakit perut yang melilit, pusing, mual dan bahkan ada yang muntah.
Pihak sekolah langsung melaporkannya ke Dinas Pendidikan Kota Kupang ketika merasa kondisi itu menjadi kejadian luar biasa karena melihat semakin banyak siswa yang mengalami dugaan keracunan.
"Langkah kedua yakni kami menghubungi ke Puskesmas Oesapa dan arahan dari Puskesmas harus dibawa ke rumah sakit, sehingga anak-anak lalu dibawa ke rumah sakit SK," tuturnya.
"Tapi karena banyaknya anak-anak yang mengalami sakit dan sampai ratusan sehingga ada yang dibawa ke Rumah Sakit Siloam dan Rumah Sakit Mamami," jelas Roslin.
Karena banyaknya siswa yang mengalami sakit akibat dugaan keracunan tersebut, maka seluruh anak akhirnya dipulangkan. Pihak sekolah menghubungi orang tua untuk menjemput langsung di sekolah menyusul semakin banyak anak mengalami gejala itu.
Lanjut ke sebelah...