Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap kronologi lengkap tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Rabu (2/7). Sejumlah fakta ditemukan dalam investigasi KNKT tersebut.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, berdasarkan wawancara KNKT terhadap awak kapal, KMP Tunu Pratama Jaya berangkat dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali pukul 22.51 WIB. Awalnya kapal berlayar seperti biasa.
"Ketika kapal bertolak tidak ada anomali kemiringan atau ketidak atau keadaan tidak biasa. Jadi semuanya berjalan [seperti biasa]," kata Soerjanto dalam kunjungan kerja Komisi V DPR-RI di Kantor ASDP Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Selasa (22/7).
Setelah 30 menit berlayar, Soerjanto mengatakan, Mualim Jaga di anjungan merasakan kemiringan kapal ke arah kanan.
"Setelah sekitar 30 menit pelayaran Mualim Jaga di anjungan merasakan kemiringan kapal. Jadi Mualim Jaga jaga merasakan kemiringan kapal," kata dia.
Juru Mudi Jaga dan Kelasi Jaga juga merasakan hal yang sama. Mereka kemudian melihat air laut masuk ke kamar mesin melalui pintu yang ada.
"Juru Minyak Jaga yang berada di kamar mesin melihat hal yang sama, kemudian ia segera lari keluar dari kamar mesin karena airnya masuk," ucapnya.
Melihat kapal semakin miring dan air masuk, Mualim Jaga, lalu memerintahkan awak kapal untuk membantu penumpang mengenakan jaket pelampung. Penumpang diminta untuk persiapan evakuasi.
"Ini hasil wawancara kami dengan mereka bertiga ini. Mualim Jaga memerintahkan awak kapal untuk bantu penumpang kenakan pelampung jaket dan persiapan evakuasi. Sempat si Mualim Jaga meminta untuk membantu penumpang," ucapnya.
Kapal awalnya dikemudikan oleh Mualim. Karena kondisi darurat, nahkoda yang tidur langsung dibangunkan.
"Setelah dibangunkan oleh Mualim Jaga, Nahkoda ambil alih kemudi dan siarkan panggilan darurat melalui radio dengan channel 16," sebut dia.
Soerjanto mengatakan, Kepala Kamar Mesin (KKM) kemudian melihat kapal semakin miring. Muatan kendaraan bergeser ke kanan dan bertumpuk.
"Kemiringan terus bertambah, awalnya perlahan, kemudian semakin cepat," ujarnya.
Beberapa menit setelah panggilan darurat, kapal mulai tenggelam. Bagian belakang kapal atau buritan tenggelam lebih dulu, lalu diikuti bagian kapal yang lain. Kapal kemudian tenggelam dalam keadaan tegak.
"Beberapa menit setelah panggilan darurat kapal mulai tenggelam, buritan tenggelam terlebih dahulu sambil miring ke kanan. jadi kapal itu miring ke kanan terus tenggelam buritan dulu terus tegak," tuturnya.
Hal itu, kata dia, diperkuat dengan keterangan kapal-kapal di sekitar lokasi kecelakaan. Kapal sekitar sempat mendekat untuk menolong, tapi karena kondisi ombak, akhirnya mereka kembali ke dermaga.
"Beberapa kapal lain di dekatnya kesulitan untuk membantu evakuasi korban karena ombak cukup besar dan muatan juga mulai bergeser maka diputuskan untuk kembali," pungkasnya.
KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam dalam perjalanan dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali Rabu (2/7) malam.
Petugas jaga Syahbandar melihat kapal tenggelam sekitar Pukul 23.35 WIB. Posisi terakhir kapal terlihat di perairan Selat Bali pada koordinat _8° 9'32.35"S 114°25'6.38_.
Hingga Selasa (22/7) atau 20 hari operasi pencarian korban, dari total 65 penumpang dan awak kapal sebagaimana data manifes KMP Tunu Pratama Jaya, sebanyak 49 orang di antaranya sudah ditemukan.
Dari jumlah itu 19 orang di antaranya dalam kondisi meninggal dunia, kemudian 30 orang selamat. Sedangkan 16 oranglainnya masih dalam pencarian.
Namun jumlah korban diperkirakan lebih dari 65 orang. Pasalnya data manifes penumpang KMP Tunu Pratama Jaya diduga tak valid.
Banyak orang menaiki kapal tersebut tapi mereka tak tercatat dalam daftar manifes, hal itu terungkap melalui laporan keluarga korban dan hasil identifikasi yang dilakukan Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri.
(frd/gil)