Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengatakan gini ratio Jakarta meningkat berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru.
Menurutnya, data itu menunjukkan orang kaya di Jakarta semakin kaya.
"Dari semua indikator sebenarnya yang kita mengalami kenaikan itu gini ratio. Jadi bukan orang miskinnya bertambah, tetapi memang orang kayanya tambah kaya di Jakarta ini," kata Pramono di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (30/7).
Pramono mengatakan fenomena kenaikan gini ratio ini sudah terlihat sejak pandemi Covid-19.
Oleh karena itu, pemerintah terus menyalurkan program bantuan sosial (bansos) kepada warga yang membutuhkan.
"Bantalan untuk masyarakat tidak mampu itu terus-menerus kami lakukan. Kalau dilihat yang dibagikan, baik itu Kartu Jakarta Pintar, Jakarta Sehat, lansia, difabel, enggak ada lah yang seperti Jakarta," kata dia.
Lihat Juga : |
Mengutip Antara, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ratio gini di Jakarta sebesar 0,441 pada Maret 2025, naik dibandingkan September 2024 sebesar 0,431.
"Ini berarti ada gap pengeluaran penduduk kelas atas dan kelas bawah semakin lebar," kata Kepala BPS DKI Jakarta Nurul Hasanudin di Jakarta, Jumat.
Hasanudin mengatakan ketimpangan pengeluaran penduduk kelas atas dan kelas bawah yang semakin lebar ini menandakan manfaat pertumbuhan ekonomi di ibu kota belum merata di semua kelompok masyarakat.
Distribusi pengeluaran penduduk Maret 2025 menunjukkan kelompok pengeluaran 40 persen terbawah mengalami penurunan sebesar 0,03 persen poin menjadi sebesar 16,12 persen dibandingkan September 2024 (16,15 persen).
Lihat Juga : |
Sementara untuk kelompok 20 persen teratas (penduduk kelas atas) ada kenaikan 1,01 persen dari semula 51,14 persen pada September 2024 menjadi 52,45 persen pada Maret 2025.
Menurut kategori Bank Dunia, angka ini menunjukkan ketimpangan pengeluaran penduduk di DKI Jakarta masih berada pada kategori ketimpangan sedang.
(fra/yoa/fra)