Suara Pedagang Barito saat Akan Direlokasi demi Proyek Taman ASEAN

CNN Indonesia
Sabtu, 02 Agu 2025 20:40 WIB
Pemerintah Kota Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) akan relokasi para pedagang di Pasar Barito. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Jaksel) akan membantu fasilitasi pemindahan pedagang Lokasi Sementara (Loksem) dari Pasar Barito, Jalan Barito I, Kebayoran Baru ke sejumlah pasar di bawah naungan Perumda Pasar Jaya.

Pengosongan itu ditargetkan dilaksanakan pada Minggu (3/8), di mana sebelumnya Pemkot telah melakukan sosialisasi rencana relokasi itu demi proyek Taman ASEAN. Diketahui, Pemprov DKI akan mengoneksikan tiga taman--Taman Ayodya, Taman Langsat, dan Taman Leuser--jadi Taman ASEAN.

Pasar Barito yang selama ini dikenal sebagai pasar hewan peliharaan dan kuliner itu menempel ke Taman Langsat atau di seberang Taman Ayodya.

"Kami akan bantu semuanya, seperti kendaraan angkut dan lainnya," kata Wali Kota Jakarta Selatan Muhammad Anwar, Jumat (1/8) seperti dikutip dari Antara.

Anwar memastikan para pedagang akan terus mendapatkan perhatian sampai nantinya pindah ke lokasi binaan (lokbin). Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan memberikan waktu sampai Minggu (3/8) agar Loksem Barito dikosongkan para pedagang.

Camat Kebayoran Baru, Achmad Basyaruddin mengatakan, pihaknya turut membantu pemindahan barang pedagang sesuai permintaan mereka.

"InsyaAllah besok tanggal 3 [Agustus] kami akan bantu fasilitasi pemindahan barang-barang pedagang sesuai permintaan mereka," katanya.

Menurut dia, sejak beberapa hari lalu sudah banyak pedagang yang pindah secara mandiri ke pasar tujuan masing-masing.

Ketua Perkumpulan Pedagang Kaki Lima (PPKL) Jakarta, Tri Harijanto, menyampaikan bahwa relokasi Pasar Barito pada dasarnya bisa diterima para pedagang asalkan dilakukan secara manusiawi, bertahap, dan dengan fasilitas yang memadai. (CNN Indonesia/Kayla Nathaniel)

Suara hati para pedagang di Pasar Barito

Pada tengah pekan ini, Kamis (30/7), CNNIndonesia.com berbincang dengan sejumlah pedagang di Pasar Barito tersebut.

Mereka pada umumnya menolak rencana relokasi pasar, namun meminta waktu lebih panjang lantaran lokasi pemindahan yang belum disiapkan.

Salah satu pedagang yang berbincang dengan CNNIndonesia.com mengatakan hingga akhir Juli itu, okasi baru yang dijanjikan di kawasan Lenteng Agung di bawah naungan Perumda Pasar Jaya masih berupa lahan kosong tanpa bangunan kios.

Selain itu, mereka juga mengaku khawatir dengan risiko harus memulai dari awal, karena tempat mencari nafkah saat ini sudah dikenal publik, bahkan ada pula yang langganan di sana.

"Bukan berarti kita menolak, tapi minta penangguhan waktu sampai 2026. Karena pun di Tanah Lenteng Agung juga belum jadi," kata Danang (26) yang yang berjualan hamster dan perlengkapan perawatan hewan peliharaan sejak 2016 di sana.

"Masih tanah kosong. Itu yang bikin kami bimbang, makin kita juga takut. Karena kan bangunannya belum ada," sambungnya.

Menurutnya, tenggat waktu hingga awal Agustus ini tidak realistis dan justru membuat pedagang panik dan bingung.

Ia berharap Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung untuk turun langsung mendengar suara pedagang yang mayoritas merupakan tulang punggung keluarga.

"Seharusnya Gubernur itu langsung datang ke sini membicarakan baik-baik. Ini semuanya menyangkut kepala keluarga, terutama di sini pedagangnya banyak yang sepuh-sepuh. Pemerintah harus mengurusi benar-benar UMKM ini, pedagang-pedagang di sini. Karena ini bukan cuma soal taman, tapi perut keluarga juga," ujarnya.

Dari sosialisasi yang diterima pihaknya, Danang menyebut para pedagang nantinya akan berada di bawah pengelolaan Perumda Pasar Jaya, dengan skema empat bulan awal tanpa pungutan. Namun selanjutnya tetap dikenakan sewa kios. Namun skema ini dinilai belum menjawab kecemasan pedagang.

Ia berharap pemerintah juga mempertimbangkan beban finansial pedagang kecil seperti dirinya.

"Kata Wali Kota itu, kan kita sudah dirapatkan di bawah Pasar Jaya. Tapi Pasar Jaya itu 4 bulan gratis, setelah itu bayar, dan itu yang menjadi problem juga. Apalagi kan sewa itu mahal," tuturnya.

Nada serupa juga disampaikan Cipto (52) seorang pelapak yang menjual hewan peliharaan burung dan kucing di Pasar Barito.

"Kalau mungkin bisa mundur, mundur aja. Jadi misalkan direlokasinya ke Lenteng Agung, Lenteng Agung jadi, kemudian ke sini dikosongin," kata Cipto yang sudah berdagang di Pasar Barito sejak 1994.

Ia menilai relokasi yang dilakukan sebelum lokasi pengganti siap justru tidak berpihak pada rakyat kecil.

"Katanya mau bikin Taman ASEAN, masyarakat pemerintah mementingkan taman daripada mementingkan perut rakyatnya," ujar Cipto.

"Kalau relokasi itu ya tempat pindahannya udah siap. Nah ini kan disuruh pindah tapi tempat pindahnya belum ada," lanjutnya.

Cipto khawatir jika relokasi dilakukan terburu-buru tanpa kesiapan lokasi baru, maka seluruh pedagang harus memulai segalanya dari nol lagi.

Ia menyebut, Pasar Barito sudah punya nama dan pelanggan tetap. Pindah ke lokasi baru berarti kehilangan pelanggan yang sudah biasa berbelanja di sana selama bertahun-tahun.

"Kalau misalkan pindah ke sana ya mungkin mulai dari nol lagi lah ya. Kalau sini kan udah terkenal. Kalau di sana ya nyari pasar lagi," imbuhnya.

Omzet pedagang

Tak hanya urusan tempat, rencana relokasi ini juga mulai memukul pendapatan para pedagang. Sejak wacana pengosongan lapak disampaikan, menurut Danang, suasana pasar menjadi sepi dan jumlah pembeli menurun drastis.

"Sangat pengaruh sekali. Bisa lihat sekeliling sini. Ini beda dari yang sebelum-sebelumnya. Bahkan waktu macet pun juga jarang ada orang yang mampir ke sini," jelas Danang.

Bahkan, menurut Danang, kecemasan yang dirasakan para pedagang kini sudah berdampak ke kesehatan mereka.

"Banyak teman-teman kita yang sampai masuk rumah sakit saking kepikirannya," ucap Danang.

Meski kecewa, para pedagang menyatakan tidak menolak relokasi selama dilakukan dengan perencanaan matang dan waktu yang cukup.

"Kalau menurut saya yang paling strategis itu sebenarnya itu Lenteng Agung. Cuman untuk sementara ini, minta penangguhan waktu aja 2026, di Idul Fitri 2026," kata Danang.

Bagi mereka, perpindahan lokasi bukan hanya soal tempat berjualan, tapi juga tentang kelangsungan hidup.

Mereka berharap ada ruang dialog dan kebijakan yang mempertimbangkan kepentingan seluruh pihak, termasuk suara mereka sebagai pedagang yang sudah berjualan selama bertahun-tahun.

"Yang pasti kita minta kebijakan pemerintah. Karena bukan pemerintah doang yang harus memikirkannya sendiri. Harus dipikirkan juga pedagang-pedagang kita. Pedagang UMKM di sini. Yang pasti aspirasi saya itu minta tolong ditangguhkan sampai Idul Fitri 2026. Karena apapun yang terjadi, ini menyakutkan perusahaan perut seseorang," ujar Danang.

Sudah ada lapak yang terlihat kosong di Pasar Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (30/7). (CNN Indonesia/Kayla Nathaniel)

Jumlah pedagang di Pasar Barito

Ketua Umum Perkumpulan Pedagang Kaki Lima, Loksem, dan Lokbin (PPKL) DKI Jakarta Tri Harijanto menyebut ada 97 pedagang resmi yang terdaftar di Pasar Barito, tersebar di tiga titik yaitu JS 25, JS 26, dan JS 30.

Mereka tergabung dalam kelompok pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) resmi di bawah koordinasi Pemprov DKI.

Ia memastikan, secara prinsip para pedagang tidak menolak relokasi ke Lenteng Agung. Namun tenggat 3 Agustus dinilai sangat tidak realistis, apalagi pembangunan di lokasi pengganti belum dimulai, sementara pengosongan lokasi dikejar demi peletakan batu pertama proyek Taman ASEAN pada 8 Agustus mendatang.

"Pada dasarnya ya, mereka setuju lah. Tapi dipaksakan, itu masih memerlukan waktu untuk pembangunan. Harapan kita sesuai dengan peraturannya Pak Pram. Waktu kampanye, dia akan perhatikan keluhan masyarakat dan memadukan UMKM. Dia punya semboyan 'Kagak Ribet, deh!' Tapi kenapa sekarang kok rakyatnya dibikin ribet?" tuturnya.

Ia juga menambahkan bahwa para pedagang sudah mengadukan hal ini ke DPRD DKI, baik ke Komisi B maupun Komisi D.

"Sudah ditanggapi, kita terima kasih. Cuma sayangnya, mereka menurut pengakuannya tidak bisa berbuat banyak karena wali kota menekankan hari Minggu tanggal 3 harus keluar," katanya.

Harijanto mengaku khawatir dengan potensi ledakan emosi dari pedagang apabila pemindahan tetap dipaksakan. Hingga kini, para pedagang masih mencoba menghormati hal tersebut, namun suasana di lapangan sudah mulai memanas.

"Kekhawatiran saya nanti emosi dari pedagang. Sekarang mereka masih menghargai kami, maupun dari pihak lain. Nanti pas hari H-nya, kalau dari pihak wali kota Jakarta Selatan tetap memaksakan, kekhawatiran saya itu sangat tidak kita inginkan," sambungnya.

Warga melihat hewan peliharaan yang dijual di Pasar Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)

Mengutip dari Antara, Camat Kebayoran Baru, Achmad Basyaruddin mengatakan seandainya Loksem Barito sudah benar-benar kosong, nantinya sepenuhnya akan menjadi kewenangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM) Provinsi DKI.

"Bangunannya nanti menjadi kewenangan UMKM," katanya, Jumat.

Kemudian, pihaknya juga akan melibatkan unsur dari kelurahan, kecamatan, Satpol PP Jakarta Selatan dan Dinas PPKUKM DKI dalam pemindahan menggunakan kendaraan Satpol PP.

Para pedagang diberikan pilihan lokasi pindah ke pasar yang berada di bawah naungan Perumda Pasar Jaya yakni Mampang, Pondok Indah, Pondok Labu, Tebet Barat, Tebet Timur, Bata Putih, dan Kebayoran Lama.

Pasar Barito sebelumnya direnovasi dan beroperasi kembali pada 13 Oktober 2023. Tercatat sebanyak 137 kios di Pasar Barito yang terdiri dari 85 kios hewan, 18 kios buah, dan 34 kios kuliner.

Pemprov DKI Jakarta akan menggabungkan tiga taman yakni Taman Leuser, Taman Ayodhya dan Taman Langsat menjadi Taman Utama ASEAN yang ditargetkan bisa diresmikan pada Desember 2025.

(kay/kid/bac)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK