DLH DKI Turunkan 'Pasukan Mikroba' untuk Redam Penumpukan Busa di BKT

DLH DKI Jakarta | CNN Indonesia
Kamis, 14 Agu 2025 19:34 WIB
DLH DKI Jakarta melakukan simulasi penanganan busa di BKT menggunakan microorganisme. (Foto: Arsip DLH DKI Jakarta)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menurunkan 'pasukan mikroba' untuk melawan tumpukan busa putih yang kembali muncul di Pintu Weir 3 Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Utara. Pendekatan inovatif ini menggunakan mikroorganisme sebagai senjata biologis untuk mengurai pencemar organik penyebab pembentukan busa.

Pada Rabu (13/8), DLH bersama beberapa instansi terkait menggelar simulasi penanggulangan busa dengan menguji dua metode sekaligus.

Pertama, penyemprotan air bertekanan tinggi untuk menghancurkan busa secara fisik. Kedua, pelepasan mikroorganisme yang bertugas mengurai pencemar organik penyebab terbentuknya busa.

Kepala DLH DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menjelaskan bahwa hasil simulasi ini nantinya akan dijadikan panduan dalam menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan busa di 13 sungai Jakarta.

"Penanganan busa harus menjadi bagian dari program pemulihan kualitas air jangka panjang yang terintegrasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (14/8).

Ia menegaskan, pencegahan di sumber pencemar lebih diutamakan dibanding penanganan di hilir. Pengawasan akan difokuskan pada pelaku usaha, khususnya skala kecil, yang wajib memiliki Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) serta mengelola limbah cair sesuai ketentuan.

Petugas melakukan pengecekan simulasi. (Foto: Arsip DLH DKI Jakarta)

Sementara itu, Analis Lingkungan DLH DKI Jakarta, Ria Triany, menjelaskan busa terbentuk akibat tingginya kadar bahan organik seperti BOD dan COD, serta surfaktan sintetis yang berasal dari limbah rumah tangga maupun usaha yang belum terolah dengan baik.

Turbulensi di pintu air memicu busa tersebut. Mikroba yang digunakan dalam simulasi diharapkan mampu menguraikan polutan secara biologis melalui proses biodegradasi.

Dalam simulasi, DLH menggunakan 10 ribu liter air tawar untuk penyemprotan fisik dari darat dan air, serta 2.500 liter air yang dicampur 4 liter cairan mikroorganisme efektif untuk degradasi polutan.

Simulasi penanganan busa menumpuk di sungai Jakarta. (Foto: Arsip DLH DKI Jakarta)

Kepala Seksi Operasi Kebakaran Dinas Penanggulangan Kebakaran, M. Tasor, menambahkan bahwa penyemprotan dilakukan dengan berbagai variasi.

"Penyemprotan dilakukan dengan berbagai tipe pancaran, ukuran nozzle, dan lokasi berbeda," pungkas dia.

Simulasi ini menjadi langkah strategis DKI Jakarta dalam mengatasi permasalahan pencemaran air yang kerap menimbulkan fenomena busa di berbagai titik sungai. Dengan menggabungkan pendekatan fisik dan biologis, diharapkan penanganan busa di masa depan bisa lebih efektif dan ramah lingkungan.

(rir)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK